H-7 Pernikahan
Joy tidak menyangka kalau dalam 7 hari lagi, ia sudah tidak akan menyandang titel jomblo lapuk. Dalam beberapa minggu terakhir Joy dan Alvian sudah mengurus berbagai macam persiapan pernikahan, mulai dari gedung resepsi, souvenir, dan juga undangan. Kini tinggal fitting kebaya akad nikah, dan juga gaun resepsi saja yang belum.
Berkat rekomendasi ayah, Joy dan Alvian bisa sekaligus menyewa gedung beserta jasa EOnya. Di sana juga menyediakan katering sekalian, sangat membantu sekali menurut dua sejoli sahabat itu. Dan sesuai permintaan Joy, tema resepsi mereka akan rose gold yang cukup mewah.
Hari ini Joy akan meminta izin cuti pada hari pernikahannya dan juga beberapa hari setelahnya nanti. Gadis itu dan Alvian sudah membuat kesepakatan untuk melakukan bulan madu langsung setelah acara pernikahan usai. Untuk destinasinya Joy sebenarnya meminta ke luar negeri, dia ingin ke Eropa tetapi dengan jadwal Alvian di rumah sakit yang begitu padat tidak mungkin Joy memaksakan diri untuk melakukan bulan madu di Eropa. Sehingga ia hanya berbulan madu ke seberang pulau alias Singapura.
Tepat pada jam makan siang Joy memutuskan untuk menuju ruang HRD guna memberikan surat keterangan izin. Letak meja HRD tidak begitu jauh dari kubiklenya , dari situ Joy bisa lihat jika rekan HRD-nya masih belum keluar kantor untuk beristirahat atau sekadar makan siang.
"Permisi mbak Nadia," panggil Joy kepada staff HRD yang sedang sibuk merapikan mejanya karena akan ditinggal untuk pergi.
"Iya mbak Joy, ada apa ya?" tanya Nadia sang HRD.
"Ini Mbak Nadia, saya mau mengajukan surat keterangan izin cuti untuk bulan depan," jelas Joy, cukup lirih. Ia sedikit malu jika terlalu bersuara keras. Karena kemungkinan ia hanya mengundang beberapa rekan kerjanya saja.
"Cuti dalam rangka apa Mbak?"
Joy tertawa canggung sebelum menjawab pertanyaan dari HRD, "Insya Allah, Aku mau nikah."
"Loh Mbak kok tiba-tiba,kami bakal diundangkan?" tanya Nadia basa-basi.
"Iya, nanti H- 1 sebelum cuti bakal disebarin undangannya."
"Saya doakan Mbak Joy, pernikahannya lancar."
"Terima kasih Mbak Nadia, kalau begitu saya permisi dulu ya. Selamat makan siang."
"Iya sama-sama."
Setelah berpamitan gadis itu segera berlalu dari meja HRD, kemudian Joy berjalan ke kubikel nya sendiri. Hari ini ia dibawakan bekal oleh Mama, dan yang Alvian yang membawakannya langsung ke rumah Joy tadi pagi sebelum berangkat kerja. Joy jarang sekali membawa bekal dari rumah karena sang ibu terlalu repot untuk memasukkan ke kotak bekal. Sehingga Joy yang selalu mepet waktu kalau berangkat kerja jadi, jarang ada waktu untuk menyusun bekalnya sendiri. Sehingga kali ini rasanya cukup spesial, karena ini buatan dari orang yang ia sayangi.
"Joy," panggil suara bariton dari belakangnya.
"Eh Bang Romeo," saat Joy sedang membuka bekalnya, ia begitu kaget ketika bang Romeo memanggilnya secara tiba-tiba. Gadis itu baru ingat kalau Romeo merupakan teman nya untuk mencari makan siang. Sudah pasti sebuah kebiasaan Romeo menjemput ke kubikelnya untuk mengajak beli makan.
"Lo bawa bekel Joy?" tanya Romeo yang melihat Joy membuka makanan di sebuah kotak.
"Iya nih. Dibawain sama Mamanya Alvian," jawab Joy antusias.
"Enak banget lo, udah punya dua ibu."
"Bisa dibilang begitu."
"Enaknya kalau punya sahabat dekat, sampai keluarga aja udah nekat banget."
Joy menyetujui perkataan Romeo, memang benar enak memiliki sahabat yang sudah kenal dari dekat. Sampai keluarganya pun juga terasa dekat seperti kandung, jadi merasa memiliki dua ibu Tetapi juga, sebentar lagi statusnya tidak lagi hanya sebatas sahabat, namun sebagai seorang menantu.
"Joy mau menikah ya. Selamat semoga dilancarkan sampai hari H," tiba-tiba seseorang lewat kubikelnya dan berhenti. Ternyata itu adalah bapak bos, atau Kepala Divisi Yang menaungi gadis itu.
"Iya Pak Bos terima kasih," jawab Joy dengan wajah berseri.
Setelah mengucapkan selamat untuk Joy yang diucapi selamat oleh Pak Bos langsung. Sepertinya beliau sudah melihat surat cutinya, lalu sekalian mampir begitu melihat penampakan Joy masih diisi kesenangan ingin beli makan siang.
Di sisi lain ada Avian yang begitu kebingungan. Ia bertanya-tanya kenapa bosnya sampai mengucapkan selamat kepada Joy, Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan teman kantornya itu sampai dia tidak tahu?"
"Siapa yang mau nikah Joy," tanya Romeo penasaran.
"Eh, Bang Romeo belum aku kasih tahu ya. Maaf Bang ini lo bulan depan aku sama Alvian mau nikah."
"Apa? serius kamu jangan bohong. Orang kalian sahabatan."
"Kami memang sahabat, dan kami sudah memutuskan ingin menjalin hubungan ini semakin erat dengan menikah."
"Nah kan, udah gue duga lo sama Alvian nggak mungkin, nggak nyimpan rasa satu sama lain."
"Sepertinya pandangan cowok-cowok yang ragu buat deketin Lo karena ada seorang Alvian emang bener. Kalian berdua memang nggak cocok kalau cuma jadi sahabat."
"Ih Bang Alvian apaan sih, ini juga keputusan mendadak."
"Mendadak maksudnya?"
"Ya kami menikah gara-gara gue mau dijodohin kemarin."
"Tapi lu tahu kan pernikahan bukan buat main-main?"
"Iya gue tahu Bang. Selagi itu Alvian sama gue, nggak masalah kalau harus hidup selamanya sama dia."
"Bagus bagus meskipun gue merasa sedih karena lo kasih taunya telat tetep bakal support elu dan Alvian semoga langgeng."
"Makasih bang, gue bakal kasih undangan ke Lo sebelum cuti datang ya. Oh ya, gue nanti bakal buatin baju lo buat groomsmen yah .
"Oke bisa diatur."
"Kalau gitu itu kok lanjutin makan ya bang maafin gue kalo nggak bisa ikut loh makan di luar."
"Nggak masalah ya udah kalau gitu gue mau makan di kantin aja dulu."
"Oke bang."
Tentu saja berita besar ini cukup membuat Romeo kaget dua orang yang selama ini ya pikir murni bersahabat ternyata memutuskan untuk menikah benar-benar tidak sesuai dugaan. Meskipun Romeo memang sejak awal memprediksikan kalau Avian dan Joy kemungkinan memiliki hubungan spesial Romeo terkejut jika pelaksanaannya akan secepat ini.
Romeo pikir Joy dan Alvian memang memiliki rasa satu sama lain namun itu tertutupi dengan ego mereka yang masih besar. Di samping itu mereka juga memiliki tembok tebal bernama 'persahabatan' mana mungkin kedua orang itu yang sudah bersahabat dari lama sanggup mengambil resiko dengan memiliki perasaan lebih risiko. Yang harus dihadapi mereka cukup besar antara rusaknya persahabatan baik, atau hubungan mereka bisa dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius lagi."
Sebagai orang yang dekat dengan Joy Romeo tahu tabiat gadis itu. Kika bukan karena terpaksa pasti dia akan lebih mementingkan egonya dengan mencari lelaki lain, tapi mungkin karena dia putus dengan Jefri dalam keadaan yang buruk pasti membuat gadis itu trauma dan memilih cara cepat.
Romeo hanya berharap jika Joy tidak bermain-main dengan pernikahan ini.Joy sendiri akan percaya dengan calon suami nanti. Maksud darinya, dengan Alvian lelaki itu dari matanya saja. Romeo sudah tahu kalau Alvian suka dengan sahabatnya, dari perlakuan Alvian kepada Joy dan juga bagaimana sikap yang ditampakkan terlihat jelas jika lelaki itu memiliki perasaan lebih dengan sahabatnya.
Namun sekali lagi tembok besar bernama persahabatan memupus harapan Alvian.
TBC
Silahkan dinantikan kelanjutannya ya
Makasih udah mau baca

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
Roman d'amourPunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara