FWB: 56

77 15 0
                                    

Setelah acara kemarin kehidupan Joy kembali normal. Gadis itu tidak lagi terbebani dengan percobaan  perjodohan dari sang ayah. Hidupnya kini bebas tinggal dinikmati saja.

Kini Joy sudah berada di kantor seperti biasa. Setelah acara lamaran kemarin Alvian belum lagi mengajaknya untuk berdiskusi. Jadi gadis itu hanya bisa menikmati waktu senggangnya. Pasti waktu mendatang kehidupannya akan lebih repot karena akan melakukan persiapan pernikahaan.

"Hai Joy tumben sekarang lu udah ceria. Padahal kemarin gue bisa lihat wajah lo kecut banget, bahkan lo kemarin sampai cuti setengah hari gara-gara nggak fokus sama kerjaan," sebuah komentar panjang keluar dari mulit Romeo yang saat ini mengantarkan berkas ke mejanya.

"Ya memang kemarin gue lagi tertekan banget, tapi untungnya sekarang masalah itu udah kelar. Gue bisa happy lagi," balas Joy dengan ekspresi ceria tanpa dibuat-buat.

"Syukurlah, soalnya gue juga ikut kena imbasnya, ketika lo nggak kerja dengan benar kemarin. Gue jadi ikutan stress juga kan."

"Maaf, Bang Romeo itu udah baik banget sama gue. Bahkan gue stress aja lu juga ikutan stress," Joy memohon maaf dengan lucu.

"Lo kalau stress ngeselin sih, semua kerjaan jadi nggak beres semua. Dan akhirnya gue yang kerjain," rajuk Romeo.

Joy tertawa sedikit keras mendengar penuturan Romeo,  "Maafin gue Bang sekali lagi. Gue janji gak bakal gitu lagi."

"Okelah nggak masalah, tapi gantinya kapan-kapan traktir gue. Karena kemarin gue harus ngerjain kerjaan lo yang belum selesai selama setengah hari karena lo ambil cuti."

Joy mengangguk paham. Benar kata Bang Romeo dia harus mengajak lelaki itu makan di luar dan mentraktirnya, karena dia udah mau membantu melakukan pekerjaannya yang ia tinggalkan kemarin.

Setelah Romeo kembali ke kursinya, Joy melanjutkan bekerja hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul lima sore, yang mana saatnya jam pulang. Tak mau menunggu lama, dengan ringan ia merapikan mejanya menyatukan semua barangnya yang berserakan ke dalam sebuah tas. Setelah semuanya masuk barulah ia melangkahkan kakinya menuju parkiran mobil basement, karena gadis itu hari ini membawa mobil sendiri.

Saat Joy telah memasuki mobilnya dan menyalakan mesin kendaraan roda empat itu. Ia tak sengaja melihat sosok ganjil tengah berdiri di depan gerbang perusahaannya. Coba tebak siapa? Itu adalah Jefri. Gadis itu tidak menyangka akan menemukan mantannya di kantor ini. Apa yang dilakukan Jefri disini, Joy juga tidak tahu. Pastinya sekarang Joy benar-benar sedang tidak ingin bertemu dengan lelaki itu.

Joy Belum berani keluar membawa mobilnya. Ia khawatir akan dicegat oleh Jefri. Apa yang harus ia lakukan? tidak ada yang bisa ia minta bantuan. Bang Romeo saja sudah pulang terlebih dahulu daripada dirinya. Apa perlu ia menelepon Alvian? sekarang hanya sahabatnya yang bisa ia minta tolong saat ini.

Joy mengambil ponselnya lalu membuka nomor kontak yang ada di dalamnya. Nama Alvian menjadi kontak yang berada di urutan pertama daftar panggilan gadis itu, yang berarti Joy banyak bicara pada sahabatnya. Tanpa pikir panjang ia langsung mendial nomor itu, tetapi perlu waktu sedikit sampai Alvian menjawab.

"Halo Joy? ada apa lo telepon gue?" tanya Alviaj ditengah kagiatannya. Lelaki itu kaget saat seharusnya jam pulang kerja, Joy malah menelponnya. Pasti ada seuatu yang penting, batin Alvian.

"Ada hal buruk terjadi," benarkan dugaan lelaki itu.

"Hah apaan? cepat cerita ke gue ada apa. Jangan buat gue khawatir!" omel Alvian khawatir.

"Jefri, cowok itu nyamperin gue ke kantor. Sekarang gue belum berani keluar, takut kalau dicekal. Please gue bingung, apa yang harus gue lakuin Vi?" tanya Joy panik.

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang