"Gimana keadaan Seri?" tanya Alvian. Kini ia sudah tersambung dengan Joy. Setelah selesai berbincang berdua tadi, Joy langsung dibiarkan pergi untuk kembali menemani Seri. Namun, dengan syarat Joy harus langsung mengabarinya setelah hasil pemeriksaan keluar. Alvian hanya ingin tahu saja.
Joy baru saja keluar dari ruangan pemeriksaan kandungan. Ia izin kepada Seri untuk mengangkat telepon, lagipula pemeriksaannya sudah selesai. Kini Seri sedang tanya jawab dengan dokter.
"Positif hamil, udah jalan tiga minggu," jawab Joy tergesa.
"Alhamdulillah, Seri udah kasih tahu ke Jeka?"
"Habis ini mungkin, udah dulu deh gue mau dengerin tanya jawabnya Seri sama Pak dokter. Oh iya Vi, lo kenal sama dokter Agus Dhamar?"
"Kenal, kenapa? Dia yang periksa Seri?"
"Iya, lo kalau ada temen ganteng tuh kenalin kek ke gue. Masa gue baru kenal waktu habis nikah," protes Joy.
Tadi setelah masuk ruang pemeriksaan, dokter Dhamar tiba-tiba berceletuk mengenalinya sebagai istri dokter Alvian. Joy tidak ingat ada dokter yang tak kalah tampan dari Alvian datang ke pernikahannya. Dengan senyum malu-malu, Joy membenarkan kalau ia memamg istri dari Alvian.
Dokter Dhamar kira Joy yang akan melakukan pemeriksaan. Namun, Joy cepat menjelaskan kalau Seri lah yang akan diperiksa.
"Buat apa sih, lo udah nikah ya. Gak usah ganjen," omel Alvian. Tetap saja Joy tidak bisa menghilangkan kebiasaannya yang lama. Suka sekali filrting kepada lelaki tampan.
"Iya tau, bercanda doang, baper amat," ujar Joy ikut sebal. Meskipun mengagumi dokter Dhamar, Joy juga masih tahu batasan kalau ia sudah bersuami.
"Udahlah, gue tutup telponnya. Habis ini mau antar Seri pulang," putus Joy.
"Ya sudah, hati-hati."
Setelah memutus sambungan telepon antara dirinya dan Alvian. Joy kembali masuk ke ruangan, dan menemukan Seri masih berkonsultasi. Joy merasa harus ikut mendengarkan, karena mungkin saja ilmunya berguna saat ia hamil nanti. Entah kapan.
"Siapa kak Joy yang telepon?" bisik Seri, pasalnya tadi Joy hanya pamit untuk mengangkat telepon tanpa menyebut siapa. Selain Seri, ternyata Dhamar juga terlihat penasaran.
"Oh, tadi Alvian. Cuma ngasih pesan saja," jawab Joy canggung. Tak mungkin ia bilang kalau sedang membicarakan Seri.
"Joy, kamu dan Alvian sedang program kehamilan atau masih menunda dulu? Kan pengantin baru nih, pasti lagi hangat-hangatnya," tanya dokter Dhamar, sedikit menggoda.
Dan hal itu sukses membuat pipi Joy memanas, bisa-bisanya membahas itu sekarang. Namun, kalau dipikir lagi juga wajar dokter kandungan menanyakan hal itu. Masalahnya apa yang harus Joy jawab, ia tidak menunda, tidak juga sedang program. Ayolah, Joy dan Alvian sekali lagi belum ada ke arah sana.
"Nggak nunda kok, apalagi orang tua kami juga ingin segera gendong cucu," jawab Joy diplomatis. Setidaknya ia tidak banyak berbohong.
"Mau tips biar cepet jadi?" tawar dokter Dhamar.
Joy berdehem sebentar, tenggorokannya tiba-tiba mengering. Ia pikir percakapan ini hanya akan sampai tidak menunda punya anak. Tetapi kenapa menjadi sejauh ini, dan lagi Seri nampak enjoy belum ingin pulang.
"Iya kak Joy, mumpung di dokter kandungan. Kakak tanya aja tips biar cepat hamil dari ahlinya langsung," Seri ikut bersemangat mendukung dokter Dhamar.
"Iya deh, mungkin bisa jadi ilmu juga," balas Joy dengan senyuman canggungnya.
"Jadi bisa dilakukan dengan berhubungan suami istri secara rutin, apalagi saat masa subur. Itu memperbesar kesempatan untuk cepat hamil. Kemudian perbanyak mengonsumsi asam folat, olahraga teratur, dan jalani pola hidup sehat," jelas dokter Dhamar.
Mendengarkan hal itu cukup membuat Joy merinding, bagiamana mau hamil kalau berhubungan badan saja belum. Tetapu tidak apa-apa, ia akan mencatatnya jika suatu hari ia dan Alvian sepakat untuk melakukan program kehamilan.
"Wah, makasih tipsnya dokter," Joy memastikan dirinya berakting dengan meyakinkan. Tidak mungkin kan ia ketahuan jika melakukan pernikahan secara terpaksa dengan Alvian. Mau ditaruh mana wajahnya yang cantik ini.
"Ya sudah dok, kami sepertinya harus segera pulang. Pasien dokter masih banyak yang antre," akhirnya Seri berpamitan. Joy lega sekarang, setidaknya ia tidak akan ditanya aneh-aneh lagi.
"Makasih sekali lagi atas tipsnya dokter Dhamar," ujar Joy sebelum keluar bersama Seri.
"Sama-sama Joy, semoga dalam waktu dekat giliran kamu yang periksa kandungan di sini," balas Dhamar dengan senyuman lebar.
Joy tertawa canggung, dan mengaminkan perkataan Dhamar. Ya mungkin saja dalam waktu dekat mereka bisa bertemu lagi.
***
"Kak, aku tiba-tiba pengen makan masakannya bunda deh," ujar Seri saat mereka baru saja melajukan mobil keluar dari parkiran rumah sakit menuju rumah.
Joy menoleh kaget ke arah Seri, "Kamu ngidam?"
"Mungkin, rasanya pengen banget."
"Kamu udah bilang ke Jeka tentang kehamilan kamu kan?"
"Sudah kak, kenapa?"
"Kamu izin dulu ke dia, kalau boleh kita mampir ke rumah aku dulu," putus Joy.
Orang hamil agak menyeramkan, kenapa ngidamnya tiba-tiba sekali.
Menuruti perintah Joy, Seri langsung menelpon Jeka. Joy menatap sahabatnya itu aneh, bahkan Seri terdengar seperti memohon agar Jeka mengizinkannya makan di rumah Joy. Sampai segitunya?
Akhirnya sebuah senyuman lebar nampak diwajah Seri. Joy tebak kalau Jeka mengizinkan istrinya. "Gimana Seri? Boleh?"
"Boleh kak, kita ke rumah Kak Joy aja ya," jawab Seri senang.
Joy mengangguk paham, dia hanya menuruti ibu hamil saja. Permintaan Seri juga tidak terlalu sulit, malah mudah karena ia bisa langsung pulang. Joy melajukan mobilnya lebih cepat, kebetulan ini juga sudah menjelang jam makan siang. Bunda pasti sudah masak, hingga apa yang diidamkan Seri segera tercapai.
Perjalanan pulang mereka menghabiskan waktu sepuluh menit, lebih cepat daripada saat berangkat tadi. Joy membelokkan mobilnya ke arah pelataran rumahnya. Lalu ia menuntun Seri untuk masuk ke rumah.
Ia mengajak Seri langsung ke dapur, karena ruangan di depan sepi tak ada orang. Benar saja, orang tuanya sudah ada di sana, Ayah duduk santai di kursi meja makan. Sedangkan bunda, beliau sedang memasak sesuatu.
"Selamat siang Ayah, Bunda," sapa Seri dengan ceria. Seakan sudah lama tidak bertemu, padahal juga waktu pernikahan beberapa hari yang lalu mereka juga bertemu.
"Siang Seri, tumben main ke rumah," balas Ayah, memberikan tangannya saat Seri meminta untuk cium tangan. Tak lupa Seri juga menghampiri bunda dan memeluk beliau. Sedangkan Joy hanya melihat bagaimana orang tuanya antusias menyambut Seri.
"Bunda Seri mau makan masakan bunda hari ini," ujar Seri dengan nada manja. Tunggu, Joy sangan jarang melihat Seri yang begitu. Apa itu karena hormon kehamilan? Seri jadi nampak lebih ceria dan bersinar.
"Eh, bener? Pas banget bunda masak banyak. Sana kamu duduk, biar bunda siapkan semuanya," balas Bunda tak kalah senang.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/212909092-288-k543712.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomancePunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara