"Ngomong-ngomong kita cuma pernah ketemu sekali kan? Waktu lo ke rumah Joy?" tanya Alvian mulai membuka percakapan antara dirinya dan juga Jefri. Sedangkan Joy masih sibuk dengan buku menu.
"Iya, benar," jawab Jefri singkat.
Ini pertama kalinya ia berkencan, namun kekasihnya malah membawa orang ketiga. Jefri tak suka dengan Alvian, jika boleh jujur benci melihat Alvian selalu berusaha menunjukkan bahwa Joy lebih dekat dengan lelaki itu. Tetapi Alvian hanya bisa berlindung dari kata sahabat, sedangkan dirinya adalah kekasih Joy. Jefri menang untuk yang satu ini.
"Lo kesibukannya apa?"
"Bisnis property. Kalo lo sendiri?"
"Dokter anak," jawab Alvian jumawa.
"Keren juga, udah punya pacar pasti. Dokter kan biasa diincer buat jadi menantu."
Alvian tertawa mendengar penuturan Jefri. Memang benar banyak ibu mertua yang mengincarnya. Namun, Alvian hanya ingin satu orang ini yang akan menjadi mertuanya. Ingin tahu siapa? Rahasia.
"Bener sih, tapi gue masih single kok. Belum ada yang sreg, kebetulan gue nemenin sahabat gue yang jomblo juga," jawab Alvian dengan melirik Joy ketika ia mengatakan kalimat terakhir.
"Joy udah punya pacar sekarang," balas Jefri tidak setuju.
"Oh iya, baru inget gue," kata Alvian jahil.
Joy melihat kedua lelaki itu asik sendiri mulai merengut sebal. Sejak tadi ia sudah berusaha memilih menu. Dan dua orang ini tidak membantu sama sekali.
"Kalian berdua ini ngomong terus. Ini menunya kapan pesan? Ini perut udah nahan laper lho dari tadi," protes Joy dengan wajah sebalnya. Namun bukan terlihat menyeramkan, malah terlihat imut karena Joy memang imut di mata dua lelaki itu.
Alvian mengambil kesempatan lebih dahulu dengan megelus kepala Joy dengan gemas. Jefri hanya bisa melihat dengan menahan kesal. 1:0 untuk Alvian dan Jefri.
"Ih apaan sih Vi. Ini lo pilih menunya," kata Joy dengan nada sedikit meninggi, karena ia risi.
"Lo lucu kalau lagi marah."
"Gembel."
Jefri yang menyaksikan Alvian mulai mengambil langkah maju, tidak membiarkan itu terjadi. "Joy, aku udah milih. Apa kita pesan sekarang?" kata Jefri mengalihkan perhatian Joy.
"Nah, boleh juga."
"Kok gue ditinggal. Gue ikut pesen dong," pinta Alvian.
"Makannya fokus. Kayak Jefri ini."
"Kayak lo orang paling fokus aja Joy."
"Wah ngajak ribut lo?!" marah Joy, ia hampir saja membogem Alvian sebelum ia ingat jika sedang berada di kafe.
"Joy sayang, udah gak usah ditanggapin. Alvian cuma bercanda," lerai Jefri.
Joy menghela napas kasar. Berusaha untuk menahan amarahnya. Alvian selalu saja berhasil membuatnya naik darah.
"Jadi, gue pesen beef burger double cheese sama cola please," ujar Alvian menyebutkan menu makan malamnya.
"Kalau kamu Joy?" tanya Jefri.
"Mau coba salad di sini? Enak loh," tawar Jefri.
"Jef, lo salah nawarin makanan sayur ke Joy. Dia bukan penyuka sayuran hijau itu," jelas Alvian seakan tahu semua tentang gadis itu.
"Hm, aku nggak suka sayur Jef," timpal Joy membenarkan.
"Oh, maafin aku lupa. Kalau gitu kamu mau makan apa?"
"Pasta aja sama jus apel," ujar Joy.
"Oke, aku pesenin sekarang juga," putus Jefri.
Tata cara pemesanan di kafe ini cukup unik. Pelanggan tidak akan dilayani oleh pelayan. Jadi pelanggan akan menulis menunya sendiri, lalu dikumpulkan ke bilik khusus untuk segera dimasakkkan oleh chef. Setelah sudah jadi, nama pemesan akan dipanggil untuk mengambil makanan itu sendiri.
"Vi."
"Hm? Kenapa?"
"Nanti kita split makanan ya. Gue pengen banget coba burger beef punya Lo, nanti gue bakan kasih juga pasta punya gue."
"Oke siap," balas Alvian mengerti.
Selang beberapa saat, Jefri kembali lagi ke tempat duduk mereka bertiga. Kini mereka tinggal menunggu dipanggil.
"Gue dari tadi penasaran. Sudah sejak kapan kalian sahabatan?" tiba-tiba Jefri bertanya.
"Udah sejak kita sekolah dasar kayaknya. Kita satu sekolah dan tetanggan kayaknya itu yang bikin kita jadi sahabat," Joy berusaha menjawab.
"Wow, udah lama ya berarti. Keren banget sih sampai sekarang masih langgeng."
"Thanks."
Mereka lanjut mengobrol mostly Jefri dan Joy. Alvian memegang perkataannya untuk tidak mengganggu kencan dua sejoli itu. Ia cukup jadi nyamuk saja, diam dan hanya ikutan makan.
"PESANAN ATAS NAMA JEFRI, SILAHKAN SUDAH BISA DIAMBIL."
Ketiga orang yang duduk disatu meja itu langsung menoleh ketika suara toa dinyalakan untuk memanggil mereka karena pesanan sudah jadi.
"Gue ambil aja sekarang ya," putus Jefri. Lelaki itu langsung berdiri dari kursinya, lalu berjalan menuju corner tempat ia akan mengambil pesnaan.
Jefri membawa nampan besar berisi burger pesanan Alvian, lalu pasta milik Joy. Dua orang yang sejak sore menunggu, itu sudah kelewat excited. Rasa lapar yang mereka rasakan akhirnya terbayar juga. Dilihat dari visualnya, mereka bisa menduga kalau rasa makanan itu enak. Sedangakn Jefri, lelaki itu memesan salad.
"Jef, yakin cuma makan itu?" tanya Joy khawatir. Ia tidak yakin kalau hanya makan salad, bisa membuat kenyang.
"Yakin, emang lagi program dari gym. Gak boleh makan berat kalau malam. Tapi aku juga aneh, Vian lo dokter tapi makan junk food."
"Aduh, Alvian kan karnivora. Dia nggak hidup kalau nggak makan daging," kini Joy yang maju menjawab.
Jefri tidak membalas lagi, ia hanya mengangguk mengerti. Seperti cukup menjelaskan kalau dia tidak tertarik membahas tentang Alvian lagi. Seharusnya Joy peka, namun itu hanya angan Jefri. Buktinya Joy tetap enjoy saling bersenda gurau dengan Alvian di depan matanya.
"Nih, udah gue potongin setengah dari burger gue. Mana pastanya?" kata Alvian menaruh setengah dari makanannya ke piring Joy.
Joy yang dari tadi belum menyentuh makanannya jadi tersadar kalau ia akan split dengan Alvian. "Bentar dulu, nih makan yang banyak pak dokter," Joy menyisihkan setengah pastanya ke piring milik Alvian.
"Ehem, kalian saling berbagi kayak gitu?" tanya Jefri heran.
"Oh ini? Joy pengen coba berger, cuma kalau dia pesan satu nggak bisa habis. Jadi dia beli pasta aja, nanti burgernya minta gue. Sebagai ganti, gue minta pastanya."
"Kalian ternyata lebih dekat dari dugaan gue."
"Emang udah dari kecil sih. Jadi tahu kebiasaan masing-masing."
Jefri mengerti perkataan Alvian. Ia sendiri mulai makan setelah mendengar jawaban dari Alvian.
Kencan hari ini adalah kegagalan bagi Jefri. Ia tidak bisa menikmati dinner romantis dengan Joy. Tidak juga bisa menikmati mengobrol berdua dengan gadisnya.
Semua itu disebabkan satu hal, yaitu Alvian. Orang yang bilangnya sahabat, tetapi selalu ingin menguasai perhatian gadisnya. Jefri tidak akan membiarkan itu lebih lama. Ia bisa meminta Joy untuk sedikit mengurangin intensitas bersama Alvian dimasa depan. Harus, ia cemburu berat.
To Be Continue

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomancePunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara