FWB: 63

65 13 0
                                    

"Kemarin lo ngomong apa sih ke Chandra? Di jadi manja ke gue," protes Joy kepada Alvian yang sedang lahap memakan makan siangnya. 

Hari ini Joy kembali mengunjungi rumah sakit, untuk mengajak Alvian makan siang. Mereka seharusnya makan di luar, namun Alvian secara kebetulan tidak bisa pergi keluar lama. Akhirnya Joy menyetuju mereka makan siang ruangan Alvian. Joy memesan makanan secara online, dari restoran di dekat sana.

"Nggak ngomong apa-apa tuh," jawab Alvian setelah menghabiskan sendok kelimanya.

"Yang kasih tahu tentang pernikahan kita kan Lo, dia jadi kayak khawatir banget nggak bakal ketemu gue lagi. Bahkan tadi malam dia minta tidur di kamar gue," jelas Joy cukup membuat Alvian tertarik.

"Dia sampai minta tidur di kamar Lo? Chandra pasti cuma pengen kasih sayang penuh dari lo, sebelum dibagi ke gue juga," gurau Alvian.

"Apaan, kasih sayang gue nggak terbagi kok ke dia."

"Terus gue?"

"Ya beda, lo nanti kan jadi suami gue, kasih sayangnya beda."

"Oh, tapi sebenarnya gue ngomonf sesuatu deh ke Chandra. Dan gue rasa kita harus bahas itu juga."

"Apa?"

"Kita bakal tinggal terpisah sama orang tua kita nanti. Lo nggak masalah kan?" tanya Alvian khawatir. Mereka memang harus segera membahas ini, keinginan Alvian untuk tinggal secara terpisah dengan orang tua setelah menikah. Sekali lagi, Alvian ingin mandiri.

"Kenapa? Mama gimana kalau di tinggal sendiri?"

Joy sedikit sangsi dengan pilihan Alvian. Bisanya lelaki itu sangat khawatir jika Mamanya di rumah sendirian, tapi kini lelaki itu malah memilih tinggal sendiri? Apakah Alvian sedang bermasalah dengan otaknya.

"Oh iya, lo belum tahu kan kalau sepupu gue mau tinggal di rumah mulai awal semester kuliahnya."

"Eh, iya kah? kuliahnya di daerah sini?"

"Iya, dia kuliah di universitas tempat kita dulu. Sama kayak Chandra kan?" 

"Chandra? Dia emang udah ada pengumuman masuk?"

"Loh adik lo belum cerita?"

"Cerita apa, lo bikin panasaran."

"Dia udah keterima di universitas, dia udah ngomong ke gue."

"Wah makannya disuruh belajar malas, ternyata udah diterima. Kenapa juga main rahasiaan, dasar."

Alvian tertawa melihat Joy mengomeli adiknya. Ia pikir Chandra sudah cerita, ternyata belum. Alvian jadi terpaksa membongkarnya sekarang, semoga calon adik iparnya itu tidak marah kepadanya.

"Oh jadi mama nanti bakal ada yang nemenin," ucap Joy memastikan. Gadis itu sebelumnya belum pernah betemu saudara Alvian. Karena memang kebanyakan dari saudara Alvian tinggal di luar pulau.

"Iya, makanya gue percaya diri ngajak lo buat nggak tinggal sama orang tua."

"Kalau kayak gitu kasusnya, oke gue nggak masalah kok. Tetapi kalau boleh tahu, kita bakal tinggal di mana habis nikah. Lo udah siapin rumah selama ini?"

"Masih di sekitaran komplek perumahan kita. Rumah itu gue beli dari hasil tabungan, gue pilig lokasinya yang dekat sama orang tua kita suapaya masih bisa berkunjung kalau kangen."

Joy cukup terkesan dengan Alvian yang sudah persiapan dengan matang. Lelaki itu bahkan sudah beli rumah dengan uang tabungannya. Sedangkan tabungan Joy masih saja dipendam, alasanya sih untuk modal nikah. Nah, sekarang gadis itu sudah akan menikah, akhirnya terpakai juga uang tabungannya.

"Asik, kita rumahnya tetap dekatkan sama orang tua. Jadi nggak terlalu khawatir sama lingkungan baru."

"Iya, tapi kamu jangan ngomong ke siapa-siapa dulu karena ini masih rahasia."

"Oke Bos, siap."

Alvian dan Joy kembali menikmati makan siang yang sempat tertunda karena sedikit diskusi tadi. Jika makanan Alvian tinggal sedikit maka Joy masih utuh karena gadis itu sejak awal belum menyentuh makanannya. Sedangkan Alvian sejak makanan datang, lelaki itu langsung tidak sabar untuk menyantap makanannya.

"Makanan Lo masih segitu Joy? masih utuh?"

Joy tertawa canggung karena memang dirinya belum makan sesuap pun. Iya nih, gue tadi terlalu fokus sama diskusi,"

"Ya udah karena waktu gue tinggal sedikit, gue mau pamit dulu buat balik ke poli anak. Lo nggak papa kan gue tinggal habis ini? Mau langsung balik ke kantor kan?"

"Enggak, gue tadi cuti setengah hari."

"Hah? kenapa lo ngabisin jatah cuti Joy?" tanya Alvian penasaran. Padahal gadis itu bulan depan udah mau cuti lagi.

"Enggak apa-apa, santai aja. Ini hasil dari cuti tahun lalu yang belum ke pakai."

"Oke, jadi lo mau tetap di sini?"

"Iya," jawab Joy antusias.

"Ya udah, lo tunggu di ruangan gue oke."

"Siap Pak dokter," jawab Joy. Gadis itu benar-benar gabut sekarang. Ia ambil cuti juga karena malas bekerja. Sehari saja ia mau punya anak.

Karena poli khusus perawatan ibu dan anak begitu padat Alvian jadi harus cepat-cepat kembali ke poli. Di sana sudah banyak antrian menunggunya untuk diperiksa, Alvian bisa melihat para ibu-ibu sedang duduk bersama anaknya di depan ruang konsultasinya.

Sedangkan di ruangan kerja, Joy bersemangat  untuk menghabiskan makanannya. Gadis itu makanan secara perlahan menikmati bagaimana rasa enaknya makanan yang tadi dia pesan. Ngomong-ngomong menu makan siang hari ini adalah soto lamongan.

Meskipun Joy sudah memesan makanan. Ia ingat belum memesan minuman, Alvian melarangnya untuk membeli minuman dari luar. Karena di ruangan itu sudah tersedia air putih segalon dan Joy harus terpaksa hanya minum air putih itu. Tapi tetap saja yang namanya Joy setelah makan tanpa minum yang manis itu rasanya kurang. Lidahnya terasa pahit.

Sepertinya Joy setelah ini akan pergi ke kantin, dan membeli es kopi susu. Sudah beberapa kali berkunjung, dia memang pernah mampir ke kantin rumah sakit. Namun, karena menu makanannya tidak bervariasi Joy dan Alvian lebih suka membeli makanan dari luar daripada di kantin. Kalau untuk minuman Joy seringnya mengikuti Alvian yang hanya minum air putih. Namun, minuman di kantin juga tidak buruk. Hitung-hitung sekalian jalan-jalan di tempat kerja Alvian yang begitu luas ini.

Setelah menyelesaikan suapan terakhirnya Joy bangkit dari sofa. Ia sedikit meminum air yang ada di gelas milik Alvian tadi. Ia malas jika harus berjalan menuju dispenser, Joy mau yang simpel saja. Tetapi tanpa Joy sadari itu tadi adalah indirect kiss. 

Sebelum keluar, Joy merapikan kekacauan akibat bungkus makan siang yang mereka pesan. Semua yang tidak perlu ia buang di tempat sampah. Akhirnya, ia hanya membawa ponsel dan juga dompet untuk ke kantin.

Langkah Joy begitu sudah melewati lorong rumah sakit, menjadi berat. Sepertinya gosip panas tentang pernikahan dokter Alvian masih belum reda. Joy masih sesekali mendengar orang berbisik tentang hubungannya. Para suster dan pegawai di sini benar-benar tidak mudah lupa dengan gosip.

TBC

Mengetik sambil ngantuk, mohon maklumi beberapa typo. Maklum author lagi sibuk kuliah menuju tugas akhir.

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang