FWB: 71

75 12 0
                                    

"Alvian berhasil ngucapin ijab qobul dengan lancar, kalian udah sah Joy," bisik Kak Mia tepat ditelinga adik sepupunya itu. Seketika Joy langsung mengucap syukur. Air matanya hampir keluar, jika ia tidak ingat sedang menggunakan make up.

Tak lama setelah berita yang disampaikan oleh kak Mia, suara ketukan pintu terdengar disusul  dengan suara Bunda yang menyuruh untuk dibuka. Dengan sigap Kak Mia segera berjalan menuju pintu untuk mempersilahkan Bunda masuk.

"Joy sudah bisa turun," ujar Bunda.

Joy mengangguk patuh, kemudian dirinya beranjak dari tempat duduk lalu berjalan bersama Bunda dan Kak Mia. Bertiga berdampingan, dengan Joy yang berada di tengah. Mereka berjalan perlahan, sebab rok kebaya yang dikenakan tidak busa terbuka lebar.

Saat gadis itu sampai di tempat acara, semua pandangan mata mulai tertuju padanya. Dalam sekali lihat Joy bisa langsung menemukan keberadaan Alvian yang duduk di kursi berhadaoan dengan ayahnya. Lelaki itu terlihat tampan, dan mempesona. Joy tidak tahu apa faktor dirinya bisa menilai Alvian begitu, mungkin karena tidak melihat wajah lelaki itu sewaktu pingitan.

Joy menggenggam tangan Bunda erat, seakan meminta kekuatan. Karena semakin Joy mendekat ke arah Alvian, jantungnya mulai bereaksi tidak karuan. Untungnya Bunda juga membalas genggaman tangan Joy, tak lupa senyuman teduh juga diberikan kepada Joy.

"Jangan gugup, semua sudah berjalan lancar," bisik Bunda menenangkan putrinya. Sebagai balasan Joy menatap ibunya, seperti memberikan ucapan terima kasih. 

Bunda mendudukkan Joy tepat di samping Alvian, lelaki itu seperti tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Joy. Bang Rehan ternyata tidak berbohong, batin Alvian. Joy yang diahadapannya ini benar-benar begitu cantik dan berbeda. Alvian berkali-kali mengucap syukur karena ia berhasil mendapatkan Joy sebagai istrinya.

Acara dilanjutkan dengan pengantin pria menyentuh kening pengantin wanita dengan jempol tangan, mengucapkan basmallah, surat Al Fatihah dan shalawat. Tak lupa Alvian juga mengecup kening Joy pelan. Penandatanganan akta nikah, penyerahan buku nikah, penyerahan mahar, pemasangan cincin, lalu yang terakhir nasihat perkawinan semua dilakukan begitu lancar tanpa hambatan. 

Joy dan Alvian mulai naik ke pelaminan, karena kini sudah akan dilakukan sesi sungkeman. Ayah dan Bunda, juga Mama dan Om dari Alvian sebagai wali sudah siap. Selama prosesi tadi Joy bahkan belum sama sekali mengeluarkan sepatah kata pun. Entah kenapa keadaannya sekarang jadi sedikit canggung bagi Joy.

"Anakku, memang benar cinta bukanlah segalanya. Tetapi tanpa cinta, segalanya pun tak akan ada. Tetaplah saling mencintai selama-lamanya. Percayalah bahwa kalian adalah dua makhluk yang memang ditakdirkan bersama selamanya," sebuah pesan indah dari Ayah disampaikan kepada Joy saat gadis itu berlutut untuk sungkem di kaki sang ayah. Joy tidak bisa menahan air matanya sebab kata-kata yang keluar dari sang ayah begitu menohok batinnya. Memang benar pernikahannya dengan Alvian bukanlah berlandas cinta, namun pasti ia harus bertahan dan mulai menumbuhkan perasaan itu.

Bergeser ka Alvian, kini giliran menantu lelaki yang dinasehati oleh Ayah. "Anakku, kalian berhak memilih siapapun yang menurut kalian terbaik sebelum kalian menikah dengan tetap membuka mata lebar-lebar, namun, tutuplah rapat-rapat mata kalian setelah menikah dengan hanya melihat satu sama lain."

Alvian mengangguk patuh dengan nasihat yang disampaikan Ayah, sebagai kepala rumah tangga nanti. Alvian memang harus menjadi nahkoda yang andal, agar rumahntangganya tidak terombang ambing oleh badai. 

"Terima kasih ayah," ujar Alvian terakhir sebelum bergeser untuk sungkem kepada bunda.

**

"Lo cantik hari ini," puji Alvian begitu serangkaian acara akad nikah tadi selesai. Dan kini kedua sejoli itu tengah duduk di pelaminan. Acara hari ini sudah akan berakhir, dan mereka harus banyak istirahat sebelum acar resepsi besok. Apalagi besok merupakan acara puncak, di mana semua kolega kedua belah keluarga diundang. Kemungkinan besok akan menjado hari terberat mereka.

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang