FWB: 70

84 15 0
                                    

Baru sekitar jam setengah sembilan pagi, Joy sudah rapi dengan baju kebaya dan juga full make up-nya. Sedari tadi Kak Mia terus-terusan memujinya yang begitu cantik, Bunda juga tidak mau ketinggalan untuk memuji putrinya. 

Joy sendiri juga kaget dan tidak menyangka jika wajahnya bisa berubah menjadi secantik ini. Ia tidak bohong, kebayanya begitu pas terpasang di tubuh rampingnya, serta riasanya juga tidak terlihat begitu menor. Yang jelas penampilannya hari ini adalah definisi dari kata sempurna. Joy jadi penasaran bagaimana reaksi Alvian nanti.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu mengalihkan atensi orang-orang yang berada di dalam kamar Joy. Terutama Joy, gadis itu sensitif sekali dengan suara ketukan itu. Karena ini sudah masuk waktu acara, ia khawatir jika para tamu sudah sampai ke rumah.

"Siapa Bun?" tanya Joy penasaran.

"Nggak tahu, coba Bunda lihat dulu ya," balas sang Bunda.

Wanita paruh baya itu segera beranjak dari tempat duduknya, dan menuju ke pintu kamar Joy untuk membukanya. Setelah terbuka,  Bunda mendapati Ayah yang sudah berdiri dengan wajah yang sedikit terlihat cemas.

"Ada apa ayah? kok kelihatan cemas gitu," tanya Bunda.

"Alvian sama keluarganya udah sampai, ayo keluar sekarang  untuk menyambut. Biar Joy ditemani sama Miya saja," jelas Ayah.

"Eh, udah sampai? Ya udah biar Bunda kasih tahu Joy dulu. Nanti nyusul."

"Ya buruan, ini ayah langsung nyambut aja."

Bunda mengangguk patuh lalu segera menutup pintu kamar putrinya, wanita paruh baya itu berjalan tergesa-gesa kembali ke tempatnya semula. Kemudian egera memberitahukan berita kedatangan Alvian beserta keluarganya kepada Joy.

"Alvian beserta keluarganya udah sampai, kamu sama Miya di sini ya. Tunggu sampai Alvian sudah mengucapkan ijab, kamu baru bisa keluar. Bunda bakalan panggil," Bunda memberi intruksi kepada calon pengantin dan juga kepada keponakannya.

"Baik Bunda," jawab Joy dan Miya bersamaan.

Daripada tadi pagi, saat ini jantung Joy berdetak berkali-kali lipat lebih cepat. Perutnya seperti diremas, ia gugup sekali. Mungkin Joy bisa mencatat momen ini di dalam buku sejarahnya, sebagai peristiwa paling menegangkan hidupnya. Ini lebih menegangkan daripada sidang skripsi.

"Udah Joy, nggak usah panik. Alvian pasti bisa kok ucapin kalimat ijab qobul dengan baik," Kak Miya mulai menenangkan Joy yang tangannya sudah basah dengan keringat dingin.

"Iya Kak Miya," jawab Joy, namun masih terlihat keragu-raguan pada raut wajahnya.

"Kamu tahu enggak, Alvian sempat minta nasihat ke Rehan kemarin. Dia minta tips gimana cara hafalin kalimat ijab, dan acar agar tidak gugup. Dia pasti berjuang keras banget suapaya nggak ngecewain kamu dan keluarga ini."

"Serius Kak?" Joy kaget karena Alvian begitu berambisi.

"Beneran dong, kamu sama Alvian kan lagi dipingit kemarin. Mungkin kamu nggak tahu kejadian itu, soalnya Rehan sendiri kemarin yang cerita ke kakak."

"Semoga Alvian bisa melakukannya dengan sekali ucap," doa Joy lirih.

Miya ikut mengangguk mengaminkan ucapan Joy. Miya tahu persis perasaan Joy saat ini, pasti adiknya itu begitu tegang dan khawatir tentang proses akad nikahnya. Tetapi dia yakin kalau Alvian pasti bisa melakukannya dengan baik, sehingga kedua sejoli ini bisa mengikat hubungan dalam sebuah pernikahan yang sah.

Di sisi lain pada sebuah ruangan yang sudah di dekor dengan berbagai macam hiasan, ada Alvian beserta keluarga besarnya. Ayah, Bunda, Chandra, Rehan, serta ada neneknya Joy juga, mereka semua menyambut tamu yang mulai berdatangan. Mempersilahkan mereka duduk di tempat yang tersedia.

Rehan yang seperti kakak tertua di sana, langsung merangkul bahu Alvian untuk diajak mengobrol, sebelum lelaki itu akan melakukan akad nikah. Rehan bisa melihat betapa gugupnya Alvian. Setidaknya ia bisa membantu calon suami Joy itu supaya tidak terlalu tegang, dengan mengajaknya mengobrol.

"Lo gugup?" tanya Rehan dengan nada jahil.

Alvian hanya diam dan mengangguk kecil. Nampaknya lelaki itu sedang tidak ingin banyak mengeluarkan suara, atau menanggapi lelucon dari Kakak sepupu Joy itu.

"Gue juga gitu kok, waktu nikah sama istri gue. Tenang aja pokoknya kalau lo udah hafal kalimatnya di luar kepala, semuanya bakal lancar," Rehan menyemangati Alvian, ia tidak ingin bermain-main lagi dengan lelaki di hapadannya ini. Kasihan juga, karena Alvian saat ini sedang dalam mode serius.

"Makasih Bang, udah lancar kok tapi tetep aja gue takut kalau ngeblank nanti."

Rehan tertawa kecil mendengar penuturan Alvian. Memang sih Rehan dulu sempat tidak fokus pada percobaan pertama mengucapkan akad nikah, tapi untungnya Ayah Miya dan penghulu begitu baik padanya dan senantiasa selalu menenangkannya. 

"Tenang aja, Ayah pasti bakal tenangin lo kok," hibur Rehan seraya menepuk pelan punggung Alvian.

"Iya Bang, makasih."

"Lo penasaran nggak sama Joy hari ini? kalian belum ketemuan lagi kan setelah sehari dipingit?" tanya Alvian mengalihkan topik pembicaraan. 

"Iya belum, ini nanti bakal jadi hari pertama gue lihat Joy setelah pingitan," jawab Alvian.

"Gue dikasih tahu sama istri gue, katanya Joy cantik banget lo pasti bakal pangling," Rehan sengaja memberikan spoiler kepada Alvian supaya lelaki itu penasaran.

Alvin yang tersenyum tipis, ia mulai membayangkan bagaimana cantiknya Joy dengan polesan make up dan juga balutan kebaya yang telah mereka buat. Pasti terlihat sangat cantik. Bahkan pada hari biasa saja Joy itu selalu sukses membuat Alvian terpukau, apalagi hari ini.

"Ayo Alvian, kita mulai aja akad sekarang," ujar ayah seketika melihat keberadaan Alvian bersama Rehan.

Alvian digiring menuju sebuah meja. Di sana sudah ada Ayah Joy penghulu dan saksi yang duduk di belakang.

"Semangat, jangan gugup," bisik Rehan sebelum Alvian ditempatkan pada hadapan penghulu.

Acara dimulai dengan pembukaan dan beberapa sepatah kata dari pembawa acara. Lalu dilanjutkan dengan acara utama, tibalah saatnya Alvian menjabat jabat tangan ayah Joy.

“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Alvian Jacka Swara bin Ahmad Swara dengan anak saya yang bernama Camila Joy Sahara dengan maskawinnya berupa uang sejumlah 500 juta rupian, Tunai.”

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Camila Joy Sahara binti Bagas Sagara dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.”

"Bagaimana para saksi, SAH?"

"SAH," jawab para tamu undangan yang berada di sana secara serentak.

Kini Joy dan Alvian resmi menjadi suami-istri. Alvian sudah lega begitu dia berhasil menjawab ijab kabul dengan satu tarikan napas, dalam sekali percobaan. Tidak sia-sia ia begadang semalam suntuk hanya untuk menghafalkan kalimat ijab qobul itu.

Setelahnya penghulu memimpin doa untuk mempelai. Ayah juga membisikkan kata-kata terima kasih kepada Alvian karena telah berhasil meminang putrinya.

Kini saatnya pengantin perempuan keluar. Bunda dengan sigap segera menuju kamar Joy untuk memanggil putrinya itu keluar dan menemui lelaki yang sudah sah menjadi suaminya, alias Alvian.

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang