FWB: 40

96 16 0
                                    

Alvian berdiri menjulang di hadapan Joy yang tengah duduk di sofa rumahnya. Sepulang dari rumah sakit, lelaki itu segera menghubungi Joy untuk datang ke rumah. Karena ia tahu, sekarang sudah lebih dari jam enam sore yang artinya Joy sudah berada di rumah.

 “Lo tahu nggak kesalahan lo kemarin?” tutur Alvian yang masih menjaga nada bicaranya, agar tidak kelepasan memarahi sahabatnya.

“Sorry,” Joy tertunduk meminta maaf. Ia ingat kejadian kemarin, dan sekarang menyesalinya.

Ia harus berterima kasih kepada Alvian dan kakak sepupunya, karena mereka tidak bicara pasal kejadian kemarin kepada ayah dan bunda. Setidaknya sekarang ia hanya disidang oleh sahabatnya bukan orang tuanya. Alvian juga tidak semenakutkan itu, menurutnya.

“Gue tanya lagi, lo tau apa kasalahan lo?” tekan Alvian mengabaikan permintaan maaf dari Joy.

Selalu begini, Alvian akan membuat Joy menyebutkan semua kesalahan yang ia perbuat baru memaafkannya. Joy menarik napas dalam sebelum kembali berbicara.
“Gue kebanyakan minum cocktail kemarin, dan berakhir mabuk.”

“Dan lo belum pernah coba minuman kayak gitu sebelumnya.”

“Gue cuma mau cobain.”

“Tapi lo tahu akibatnya kalau minum kan?”

“Iya tahu, dan gue minta maaf."

“Lo tahu udah nyusain siapa aja?”

“Gue udah nyusain Lo sama bang Rehan.”

“Jangan ulangi lagi. Kali ini gue berbaik hati udah nggak ngadu ke Ayah lo.”

“Iya, makasih.”

Alvian dan Joy terdiam sesaat setelah pembicaraan itu.

“Udah makan lo?” Alvian kembali membuka suara.

“Belum, mau makan di rumah gue?” tanya Joy, mengingat tadi ia tidak melihat Mama di rumah ini. 

“Boleh, yok.”

Keduanya berjalan bersama keluar rumah, tidak lupa Alvian mengunci pintu. Mamanya hari ini sedang keluar, ada suatu acara. Entah acara apa, yang jelas pulangnya nanti malam.

Saat keduanya melihat halaman depan rumah Joy, terlihat ada sebuah mobil Audy terparkir di sana. Alvian tidak tahu milik siapa itu, namun saat ia melihat wajah Joy sepertinya gadis itu tahu siapa pemilik mobil itu.

"Mobil siapa di depan?" Alvian bertanya penasaran. Apa mungkin itu tamunya Ayah dan Bunda.

"Jefri, dia ke sini," jawab Joy senang, "Ayo buruan kita masuk. Pacar gue kasian nungguin," lanjut gadis itu.

Air wajah Alvian memasam. Ia selalu beranggapan jika dirinya dan kekasih sahabatnya itu tidaklah cocok. Jefri terlihat selalu ingin menyainginya. Padahal Alvian dan Joy hanya sebatas sahabat. Inilah yang tidak ia suka ketika Joy mempunyai pacar. Alvian jadi terisingkirkan, padahal lelaki itu lebih dulu mengenal Joy bahkan dari kecil.

"Iya," balas Alvian, seraya mengikuti langkah Joy yang begitu terburu. 

Mereka masuk melalui pintu belakang, dan berpapasan dengan Chandra di dapur. Melihat kakaknya yang baru pulang ke rumah, Chandra langsung memberi tahu jika ada tamu menunggu.

"Kak, ada kak Jefri," ucap Chandra.

"Di mana dia?," balas Joy lalu kembali menoleh ke arah sahabatnya, "Lo makan sana sama Chandra, gue ketemu Jefri dulu," Joy menyuruh Alvian.

"Hm," gumam lelaki itu dengan ekspresi datar.

"Kak Jefri ada di ruang tamu."

"Ok, thanks."

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang