FWB: 61

65 12 0
                                    

Keesokan harinya Joy dan Alvian telah kembali melakukan aktifitas masing-masing. Kenbetulan juga sekalian hari ini, keduanya telah bersepakat akan mengunjungi butik yang direkomendasikan oleh Seri kemarin. Joy pun juga sudah mencoba menghubungi kontak yang diberi, yaitu kontak tante nya Seri. Mereka sudah membuat janji sekitar jam lima lebih, mengikuti jam pulang kantor Joy. Sayangnya Alvian sedikit mengalami kendalah hari ini.

Alvian cukup repot dengan pekerjaannya hari ini. Apalagi menjelang sore akan pulang, ia harus mengikuti rapat dengan beberapa petinggi rumah sakit. Rapat itu merupakan agenda biasa yang memang dilakukan setiap menjelang akhir bulan, dan biasanya dihadiri oleh dokter senior dan jajaran direksi membahas tentang performa pelayanan rumah sakit.

Alvian bisa melihat semua Dokter senior datang mulai dari berbagai devisi penyakit, dan juga ada jajaran direksi rumah sakit. Sudah pasti ia juga bisa melihat ada Presidir atau Ayah Karina yang menjadi pembicara hari ini.

Rapat berlangsung cukup lama dengan membahas berbagai hal. Alvian bahkan sampai tidak sadar kalau sekarang sudah melewati jam pulang kerjanya, ia tidak sadar kalau Joy sudah menunggunya.

Tetapi akhirnya setelah dua jam berkutat dengan data dan juga diskusi. Presidir mengucapkan kalimat penutup rapat kali ini. "Terima kasih atas kehadiran jajaran direksi dan juga Dokter senior di Rapat bulanan kali ini. Sekaramg mari kita lanjutkan kerja keras ini, hingga membuat rumah sakit semakin berjaya dan pasien semakin puas dengan pelayanan kita."

Semua peserta rapat memberikan banyak tepuk tangan atas kalimat penutup itu. Para peserta rapat, telah diizinkan untuk pulang. Alvian tidak tinggal diam, dia segera merapikan barang. Ia lihat begitu terburu-buru karena saat ini Joy pasti tengah menunggunya.

"Dokter Alvian," sapa Presidir tepat di samping Alvian, sekaligus mensejajari langkah Alvian.

"Oh iya, ada apa Presdir?" tanya Alvian sedikit kikuk, apakah Alvian membuat kesalahan sampai ditegur oleh Presidir.

Mengabaikan sedikit drama yang berputar-putar di otak Alvian, ia bisa mendengar kembali penuturan Presidir. "Dengar-dengar dokter Vian sudah punya calon istri ya?" 

Alvian membeku. Seingatnya ia tidak pernah cerita pada siapapun jika punya calon istri, kecuali pada suster yang berjaga bersamanya yang kebetulan bertemu juga dengan Joy. Bagaimana ceritanya Presdir bisa tahu berita itu?

"Beritanya sudah menyebar satu rumah sakit dokter Alvian. Saya cuma mau kasih selamat aja semoga langgeng ya sampai hari pernikahan."

"Terima kasih Pak Presdir," jawab Joy sekenannya.

"Sebenarnya saya tuh ada rencana buat jodohin kamu sama Karina. Tahu kan dokter anak yang sekarang jadi rekan dokter Alvian? Sayangnya dokter udah punya calon istri ternyata," sesal Presidir ketika mengetahui fakta tentang Alvian yang mau menikah.

Alvian tertawa sumbang, sedikit menjaga imagenya. Pernyataan Presidir tadi cukup membuatnya terkejut. Apa yang dilihat Presidir darinya. Alvian hanya dokter spesialis anak biasa, belum ada prestasi juga.

"Iya, sekarang saya sudah punya calon istri." 

"Dari dulu saya lihat kinerja Dokter Alvian itu bagus. Sangat berdedikasi dengan rumah sakit. Dulu saya dengar-dengar Dokter Alvian masih belum memiliki pasangan, makanya saya masukkan Karina, siapa tahu mau kenala dengan Travian. Supaya dekat gitu, eh, ternyata—"

"Presidir bisa saja, masih banyak kok dokter lain yang mungkin akan lebih cocok dengan Karina."

"Ya saya harap juga, karena bisa bertemu dengan calon suami. Yang yang baiknya seperti Dokter Alvian."

"Aamiin saya pun juga akan ikut doakan,"

"Pasti yang menjadi istri Dokter Alvian itu sangat beruntung," itu steatmen Presidir. Sehuhurnya Jisung juga belum memutuskan.

"Nggak juga Presdir, saya pun juga beruntung bisa mendapatkan calon istri saya."

"Kalau kamu sudah menikah nanti, undang saya dan Karina ya. Kami pasti datang."

"Hahaha, baik pasti akan saya undang. Sebelumnya saya minta maaf sekali, saya harus segera pergi terlebih dahulu. Karena sekarang saya sudah ada janji dengan calon istri saya."

"Oh begitu ya, hati-hati di jalan," pesan Presidir, kemudian membiarkan Alvian pergi dari hadapannya.

Setelah lelaki berpamitan dengan Presdir, Alvian langsung pulang ia melangkahkan kakinya sedikit berlari keluar menuju parkiran tempat di mana mobilnya berada. Saat lelaki itu telah mencapai mobil, tidak lupa ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Joy. Pasti sahabatnya itu tengah kebingungan karena Alvian masih belum sampai juga.

Avian memencet tombol nomor Joy seraya menyalakan mobilnya, dan perlahan ia menyalakan kendaraan roda empat itu. Lalu dijalankan menuju tempat butik yang mereka janji kan sebelumnya.

"Halo Vi," sahut Joy menjawab telepon Alvian.

"Joy, sorry gue telat. Lo udah di butik?" tanya Alvian merasa bersalah.

"Udah nih, gua udah ngobrol sama Tantenya Seri juga," jawab Joy dengan santai. Dan hal itu semakin membuat Alvian khawatir jika Joy kecewa.

"Oke, gue otw ke sana. Tadi gue ada rapat dulu sebentar sama pimpinan, makannya telat," Alvian menjelaskan alasannya.

"Iya, gue ngerti. Udah buruan, sekalian aja nanti kita langsung ukur badan."

"Siap, gue bakal pakai kecepatan penuh biar lo nggak nunggu lama."

"Hati-hati nggak usah ugal-ugalan," pesan Joy. Gadis itu lebih khawatir jika Alvian kenapa-kenapa.

"Noted."

Tak menuruti perkataan Joy, Alvian tetap melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Lelaki itu cukup beruntung karena jalanan saat ini cukup sepi, sehingga ia bisa melajukan mobilnya lebih cepat. Alvian bersalah karena telah terlambat datang, seharusnya saat ini adalah momen yang seharusnya mereka ingat bersama menjelang pernikahan.

Alvian cukup kagum dengan Joy, karena gadis itu tidak memarahinya atau memprotesnya karena telah datang terlambat. Ia pikir keputusannya menikahi Joy saat ini merupakan hal yang tepat. Joy seakan sudah paham bagaimana sibuknya ia di rumah sakit, dan memaklumi keterlambatannya.

Alvian sudah mendapatkan alamat butik itu sejak siang tadi dari Joy. Jika dilihat dari Maps, mungkin sekitar sepuluh menit lagi Alvian akan sampai. Dalam kondisi hening, dirinya yang fokus pada jalanan. Tiba-tiba saja Alvian jadi teringat tentang Jeka. Sahabatnya itu kemarin malam menelponnya berturut-turut, dan menginterogasinya tentang keputusannya menikahi Joy.

Karena kemarin Joy main kerumah Seri pasti Jeka sudah diberitahu berita tentang acara pernikahan Joy dan Alvian. Malam itu Jeka benar-benar banyak menanyainya bak detektif, tentang keseriusan, tentang rencana masa depan, dan tentang perasaannya.

Tentu saja Alvin langsung menjawab tegas pertanyaan dari Jeka. Jika ditanya keseriusan Alvian seratus persen serius untuk menikahi Joy. Kemudian untuk rencana masa depannya, secara pribadi dia sudah membuat, tapi tentu saja ia harus terus berkoordinasi dengan Joy karena gadis itu pasti memiliki Dream wedding nya sendiri. Namun, satu hal yang belum bisa Alvian jawab yaitu tentang perasaannya kepada Joy.

Joy adalah sahabatnya selama dua puluh tahun ia hidup. Meskipun begitu tetap saja perasaannya sering berubah-ubah, tetapi untuk sekarang ia sendiri tidak bisa menerka bagaimana perasaannya. Mengingat mereka akan bersatu dalam ikatan pernikahan, Alvian harus membuka hatinya dengan perasaan baru. Mereka harus mulai saling mencintai demi sempurnanya rumah tangga keduanya. Dan Alvian yakin cinta akan hadir karena terbiasa.

Ia akan membuat Joy jatuh cinta kepadanya nya.

TBC

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang