FWB: 51

75 15 2
                                    

Entah kenapa hari ini semua kegiatan yang dilakukan oleh Joy berjalan dengan lancar, termasuk presentasi dengan proposalnya. Sepertinya karma baik dari kejadian buruk kemarin sedang menghampirinya hari ini, Tuhan memang selalu adil dalam memberikan cobaan bagi hamba-Nya.

Setelah hasil proposalnya dipresentasikan Joy bisa bernafas lega dan sedikit bersantai di meja kerjanya. Rasanya kurang afdol kalau hari ini dia tidak mendengar godaan dari Romeo lelaki itu diam-diam sudah stand by di belakang kursinya.

"Cie presentasinya berhasil nih traktiran dong," tutur Romeo.

"Abang Romeo gimana sih, padahal gajinya yang lebih besar kan Bang Romeo. Seharusnya yang traktiran itu kamu Bang," tolak Joy mencari alasan.

"Ogah ah, masa selalu gue yang traktir gantian dong," Romeo menyangkal perkataan Joy.

"Ya udah pesan makanan online aja biar gue yang traktir deh kali ini, khusus buang buat Bang Romeo yang udah nemenin gue lembur sampai malam," putus Joy. Hari ini ia ingin membalas budi kepada Romeo karena tempo hari menemaninya melembur.

Romeo tersenyum kegirangan,  "Asik akhirnya pecah telur juga."

Tak mau menunggu lama Romeo segera mengeluarkan ponselnya untuk memesan makanan dan minuman secara online. Kebetulan juga mereka belum menentukan akan makan siang dengan apa.

"Buru-buru banget Bang pesannya," komentar Joy yang melihat begitu semangatnya Romeo mengutak atik aplikasi pesan antar makanan.

"Takut kalau lo berubah pikiran," sahut Romeo.

Joy tertawa geli, "Tenang aja bang gue serius bakal bayarin makan siang kita hari ini."

"Lo tumben banget mood-nya bagus, biasanya mau gue paksa sampai mohon-mohon juga lu nggak mau traktir gue."

"Soalnya hari ini gue lagi seneng Bang, udahlah abang terima aja mumpung mood gue emang lagi bagus."

"Siap, masalah traktiran begini masa gue nggak terima."

**

Menjelang sore Joy sudah bersiap merapikan barang-barangnya yang berserakan di meja kerjanya. Ia terlalu bersemangat karena hari ini Alvian akan mentraktirnya makan malam. Kira-kira mereka akan makan apa ya? Pikir Joy penasaran.

Joy heran, dulu sepertinya dia hidup sebagai pahlawan. Karena dikehidupannya sekarang banyak orang baik yang ada di sekitarnya. Ia pikir ini merupakan balasan dari kehidupannya yang terdahulu.

"Joy lo dijemput lagi sama Vian hari ini?" tanya Romeo menghampiri Joy yang stand by di depan pintu keluar.

"Iya nih Bang, mobil gue lagi dipinjam sama kakak sepupu gue."

"Oh, tapi kenapa lu enggak minta jemput sama pacar lo aja? kenapa harus sama Alvian?" Rome bertanya penasaran. Memang rasanya aneh saja, Joy sudah memiliki pacar namun masih terus memanfaatkan sahabatnya untuk masalah antar jemput.

Deg. Kenapa tiba-tiba Bang Romeo membawa topik sensitif baginya, Joy jadi kembali teringat pengalaman buruknya kemarin. Topik tentang Jefri sepertinya akan menjadi hal paling sensitif, yang dengan mudah bisa merusak mood bagusnya.

"Gua udah nggak pacaran sama dia lagi Bang," jawab Joy sendu.

"Hah? tiba-tiba banget. Padahal lo baru cerita ke gue kalau pacaran."

"Udahlah bang gue nggak mau bahas lagi. Yang jelas gue sama Jefri emang nggak akan pernah cocok."

"Ya udahlah semoga ini memang yang terbaik buat lo. Jangan terlalu terbawa masa lalu, lo cepat lupain dan move on. Masih banyak lelaki di luar sana yang yang bisa menjadi pendamping terbaik buat lo."

Joy mengangguk paham atas nasihat yang diberikan oleh Romeo. Gadis itu juga yakin di luar sana memang masih ada laki-laki yang bisa menerimanya apa adanya dan akan menyayangi nya hingga akhir hayat. Ia sekarang sedang mencari lelaki yang seperti itu.

"Tuh jemputan lo udah sampai," ujar Romeo yang melihat mobil milik Alvian, yang sudah lelaki itu ingat di luar kepala.

"Eh iya, itu Alvian. kalau gitu gue pamit pulang dulu ya Bang. Makasih atas nasehatnya, juga kata-kata penyemangat nya."

"Tentu, lo udah gue anggap sebagai adik gue sendiri. Gue juga nggak suka kalau  lo berlarut-larut dengan kesedihan."

Joy memberikan senyum tulusnya kepada Romeo. Gadis itu juga sudah menganggap Romeo seperti kakak sendiri. Karena lelaki itu sangat sering memberinya banyak motivasi.

Joy meninggalkan Romeo, lalu segera berjalan menuju mobil Alvian yang sudah terparkir di depan kantor. Tanpa menunggu lagi gadis itu langsung membuka pintu penumpang dan duduk disamping Alvian yang sedang mengemudi.

"Tadi lagi ngobrol apa sama Romeo? kalian kelihatan seru."

"Romeo lagi ngasih nasihat buat gue."

"Oh gitu," ujar Alvian mengerti seraya menganggukkan kepalanya.

Lelaki itu kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan standar, karena kebetulan sore ini jalanan sedang tidak begitu ramai. Alvian berencana membawa Joy ke restoran Jepang langganan mereka, karena seingatnya mereka sudah lama tidak makan di sana.

"Kita bakal ke restoran Jepang yang biasanya hari ini lo mau kan?" tanya Alvian.

"Ya mau lah, udah lama kita nggak ke sana," jawab Joy semangat.

"Bagus, lo harus banyak makan di sana dan memperbaiki mood lo biar makin happy."

"Siap Bos," sahut Joy.

Setelah itu mereka berdua hanya saling diam di sisa perjalanan. Joy kembali terlarut dalam pikirannya. Ia ingat kalau sampai sekarang dia belum lagi menghubungi Jefri. Secara tidak langsung ia belum memutuskan Jefri secara resmi.

Melihat ekspresi sendu Jefri saat ia pulang kemarin. Membuat Joy merasa tidak tega untuk langsung memutuskan lelaki itu. Jadi hari ini, ia ingin meminta bantuan Alvian untuk membantunya membuatkan kata-kata untuk memutuskan hubungan antara dirinya dan Jefri.

"Kita udah sampai, yuk turun."

Joy tersadar dari lamunannya setelah mendengar ajakan Alvian untuk turun dari mobil. Gadis itu cepat-cepat membawa tasnya lalu turun dari kursi penumpang, ia mengikuti Alvian yang sudah berjalan terlebih dahulu memasuki restoran.

"Lo aja yang pesen, gue bakal cari tempat duduk buat kita."

"Lo mau makan menu apa?"

"Apa aja asal lu yang pesan, karena lo kan yang traktir."

"Oke kalau gitu."

Mungkin sekitar lima menit Alvian memesan makanan  lelaki itu sudah kembali menghampiri Joy yang sudah duduk di tempat yang nyaman cukup untuk dua orang.

"Vi, gue mau ngomong. Sebenarnya gue belum mutusin Jefri secara resmi, tolong bantuin gue dong buat kata-kata nya gue nggak tega," pinta Joy merengek.

"Astaga, jadi dari kemarin lo belum juga mutusin laki-laki itu. Ya udah sini hape lo biar gue aja yang ngomong sama dia."

"Makasih, nih," ujar Joy seraya memberikan ponselnya kepada Alvian.

Alvian mengambil alih ponsel Joy, lalu mengetikkan sebuah pesan panjang untuk Jefri yang berisikan kalimat untuk ajakan putus. Alvian berusaha sesopan mungkin agar tidak begitu menyakiti perasaan lelaki itu.

Ternyata setelah Alvian kirimkan pesan itu kepada Jefri, lelaki itu langsung membalas pesannya yang berisikan sebuah penolakan atas keputusan Joy untuk memutuskan hubungan mereka. Lalu tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponsel Joy, tentu saja itu adalah Jefri.

"Aduh Vi gimana ini? Jefri nelpon, gue nggak bisa jawab."

"Kalau bukan lo yang jawab, terus siapa? Lo emang nggak masalah kalau gue yang jawab?"

"Ya udah lu aja yang jawab, tapi jangan lupa loudspeaker ya."

"Iya deh gue nurutin kemauan lo."

TBC

Sepi banget vote sama komentarnya, padahal udah up sering dan banyak🥲

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang