"Habis sakit bu?" tanya Romeo menyapa Joy yang baru saja sampai dan duduk di kubikelnya.
Wajah Joy yang pucat, serta mata sayu membuat Romeo menduga jika Joy izin Sakit kemarin. Padahal dugaan Romeo jauh meleset. Baru di bahas saja, bisa membuat pipi gadis itu bersemu.
"Lo beneran demam?" Romeo mencoba memegang dahi Joy ketika tiba-tiba muka teman kerjanya itu memerah.
"Apaan sih pegang-pegang," tepis Joy sebelum dahinya disentuh Romeo.
Romeo mengaduh kesakitan, "garang banget, gue kira sakit. Ternyata sehat wal afiat."
"Lebay," balas Joy, padahal tepisannya tidak kasar. Lelaki itu saja yang mendramatisir, seperti orang yang paling tersakiti saja.
"Jadinya lo kenapa izin kemarin?" Romeo lagi-lagi mewawancara Joy.
"Urusan keluaga," balas Joy malas.
Joy ogah membahas rumah tangganya pada orang sembarangan. Apalagi Romeo, lelaki itu kan agak sengklek otaknya. "Udah sana, balik kerja," suruh Joy.
Dengan wajah cemberut, Romeo kembali ke mejanya. Padahal lelaki itu sudah berusaha peduli dengan temannya. Biarlah, sudah biasa.
Badan Joy rasanya masih cekot-cekot, apalagi pinggulnya. Tenaga Vian memang seperti kuda. Mungkin kalau bisa, Vian tidak akan melepasnya lagi hari ini.
Untungnya, pagi-pagi sekali Alvian mendapat panggilan dari rumah sakit. Katanya ada operasi penting, sehingga mau tidak mau Alvian harus masuk kerja. Joy diam-diam mengucap syukur dalam hati. Setidaknya ia selamat dari keganasan Alvian.
Karena harus bekerja hari ini, Alvian tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk meminta jatahnya lagi sebelum keduanya siap-siap. Mereka berakhir melakukannya di kamar mandi, sehingga kini Joy nampak pucat. Ia rasa, memang sepertinya ia terkena flu karena kelamaan di kamar mandi dan terkena air dingin.
[Kamu baik-baik aja?]
Sebuah pesan masuk mengagetkan Joy, ia membukanya yang ternyata dari sang suami.
[Gue baik, cuma kayaknya gue bakal kena flu deh.]
[Oke, kalau masih capek mending kamu pulang aja.]
Joy mengeryit aneh, ia membaca ulang pesan Alvian.
'Kamu'
Pipi Joy tidak bisa dikondisikan warnanya, yang jelas sudah hampir menyamai tomat. Tiba-tiba saja Alvian mengganti sebutan 'Elo' menjadi 'Kamu' , apakah suaminya itu sedang kesambet?
Joy masih belum terbiasa, ia geli kalau harus bilang 'aku-kamu' dengan Alvian. Seumur hidup ia dan Alvian saling memanggil dengan akrab dan terkesan kasar. Lagipula hubungan mereka kan baru saja di mulai. Ia tidak bisa mendadak berubah.
Sore ini, Joy pulang sambil membawa makan malam yang ia beli. Mana sempat ia masak, tubuhnya sudah lelah sejak pagi. Lagi pula Alvian juga sepertinya tidak akan pulang cepat.
Mobil sudah ia parkir, ia langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamar mandi. Joy berencana langsung tidur setelah makan. Pintu depan sudah ia kunci dari depan, sehingga Alvian bisa membukanya sendiri tanpa membangunkan Joy.
Hidup mandiri memang membuatnya merasa kesepian. Biasanya sepulang kerja Chandra akan mengajaknya bertengkar entah tentang hal apapun. Ayah dan Bunda juga biasanya langsung menyambutnya lalu menyuruhnya makan malam bersama.
Joy menutup matanya perlahan, dan terbang ke alam mimpi.
***
Joy terbangun karena mendengar alarm dari ponselnya. Ada aneh dengan tubuhnya, Joy menyadari jika branya sudah terlepas. Lalu kancing piyama tidurnya terbuka sampai dada.
Ia langsung memeluk tubunya sendiri, apa ini ulah Alvian? Pikir Joy.
Tapi ia sama sekali tidak merasakan adanya kehadiran Alvian. Rumah masih sepi seperti kemarin malam.
Sebuah note di meja samping tempat tidurnya mengalihkan perhatian Joy. Ia turun dan membacanya. Itu tulisan Alvian...
Sorry aku ngga bisa menemin sarapan pagi ini. Tapi aku udah beliin sarapan buat kamu, happy morning ;)
Ah, ternyata Alvian pulang semalam. Tapi kenapa Joy tidak sadar ya? Mengingat kebiasaan tidur Joy, sepertinya itu sebabnya Alvian berangkat duluan.
Joy menghabiskan bubur yang disiapkan Alvian di meja makan. Lalu ia mengirim pesan sebagai tanda laporan bahwa ia sudah memakannya.
[Makasih buburnya ;)]
Tak perlu lama, Alvian langsung membaca pesannya dan membalas.
[Sama-sama]
Rasanya Alvian seperti menjauh, sudah sehari Joy belum melihat wajah suaminya itu. Apakah normal jika mereka seperti ini?
Setelah malam pertama mereka, Alvian belum lagi meminta jatah pada Joy. Jika Alvian pulang kemarin, kenapa lelaki itu diam saja. Bukannya Joy nafsu, tapi bukan kah suami istri memang melakukan itu sesering mungkin?
Joy menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Kenapa pagi-pagi ia sudah kepikiran ke sana sih. Yah, Joy hanya takut jika ternyata Alvian bosan dan menyesal sudah menikah dengan Joy.
Ia pernah baca jika langgengnya pernikahan itu juga dipengaruhi dengan kecocokan sepasang suami istri di ranjang. Bagaimana jika Alvian sudah merasakan tubuhnya, lalu lelaki itu merasa tidak cocok dengan Joy. Rasanya ia tidak bisa membayangkan hal buruk seperti itu.
Ia tidak suka perasaan abu-abu ini.
Sebelum pulang kerja, Joy ingin bertanya pada Alvian apakah lelaki itu akan pulang cepat hari ini. Namun ia ragu, takutnya Joy malah mengganggu. Keberaniannya mengganggu Alvian menciut sekarang. Padahal saat masih menjadi sahabat, Joy tak kenal waktu kapan ia menghubungi lelaki itu.
Layar ponselnya masih menampilkan ruang obrolannya dengan Alvian. Joy belum juga menulis kalimat yang ingin ia sampaikan.
"Hei, kenapa bengong. Awas kesambet," ucap Romeo saat melewati depan meja Joy. Lelaki itu melihat raut muka wanita itu lebih kusut daripada kemarin.
"Apaan sih," jawab Joy risih. Ia menyimpan ponselnya, tidak jadi mengirim pesan. Lalu berdiri meninggalkan Romeo dan ruangan yang sudah sepi.
"Lagi pms ya," gumam Romeo ketika melihat rekan kerjanya itu tiba-tiba tantrum.
Joy merutuki dirinya sendiri ketika sudah di dalam mobil, kenapa juga ia harus marah pada Romeo yang tidak bersalah. Sepertinya siklus datang bulannya sudah mulai dekat. Akhir-akhir ini emosinya naik turun terus.
Dan.. benar saja, di rumah darah menstruasinya keluar. Jadi makin-makin saja mood swinya ini. Syukurlah Alvian tidak di rumah, bisa-bisa lelaki itu kena semprot Joy yang sudah memendam emosinya beberapa hari ini.
Lagi-lagi Joy tidur sendiri. Alvian tidak pulang, bahkan tidak mengirim pesan. Apakah Alvian mulai bosan pada Joy, jika seperti itu harusnya Alvian bilang saja. Joy lebih baik pulang ke rumah orang tuanya daripada di rumah ini sendiri.
Setetes air mata turun ke pipi Joy.
Astaga, Joy benar-benar benci dengan dirinya sendiri ketika sedang haid. Ia bisa senang, marah, dan menganing dalam kurun waktu singkat.
Malam ini, Joy tertidur dengan bekas air mata yang di pipinya.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
Roman d'amourPunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara