FWB: 02

816 128 15
                                    

Suara ketukan pintu mengusik kegiatan memasak Nyonya di rumah itu. Ia tahu, pasti ketukan itu berasal dari anaknya, Joy. Tanpa pikir panjang dan sedikit geram, Nyonya tersebut berteriak sampai sang pengetuk mendengar.

"APAAN DEH JOY, MASUK KE RUMAH SENDIRI MASA KETUK PINTU."

"Assalamualaikum Bunda. Ini Vian bukan Joy, hehe," sang pengetuk tadi ternyata adalah Alvian. Karena tadi sampai diteriaki untuk masuk, lelaki itu dengan santainya langsung masuk menuju dapur tempat Ibunya Joy sedang memasak.

"Waalaikumsalam, Vian toh, wah maafin Bunda ya. Dikira tadi itu Joy," jelas Bunda merasa bersalah.

"Gapapa Bunda. Eh iya, ini Vian bawa kue red velvet, sama cheesecake. Tadi habis mampir di Olivia Bakery," ujar Alvian sambil menyerahkan oleh-oleh yang ia bawa.

"Makasih banget Vi, kalo Joy mana pernah ada inisiatif beli oleh-oleh untuk orang tuanya. Ngomong-ngomong Joy ada di rumah kamu kan?"

"Ini tadi beli sama Joy kok Bunda. Iya, Joy tadi masih ditahan Mama. Katanya suruh bantuin berkebun."

"Oh, biarin deh Joy sama Mama kamu. Biar banyak belajar dia gimana jadi wanita yang baik."

"Em, Bunda, Chandra ada?" tanya Alvian.

"Ada, dari pagi di kamar, ngegame terus. Mau push rank gitu katanya. Samperin deh Vi, bete punya 2 anak yang kelakuan ajaib."

"Hehe, kalau gitu Vian ke kamar Chandra ya Bunda," pamit Alvian seraya berjalan menuju kamar adik Joy, Mahesa Chandra Sahara.

Alvian suka sekali dengan gaya bicara Bunda. Meskipun sudah berusia paruh baya, kosa katanya selalu gaul. Itu membuatnya selalu ingin tertawa setiap mengobrol berdua dengan Bunda.

Saat ia dan Joy tadi pulang dari makan siang, Mamanya langsung menculik Joy untuk diajak berkebun. Kebetulan sekali, kebun belakang rumahnya ada lahan yang kosong. Kata Mama, sayang kalau tidak diberi hijau-hijau (tanaman). Jadi begitulah, Alvian yang bosan tanpa Joy lebih memilih main ke rumah Joy lalu mencari Chandra.

"Chan, abang masuk," Alvian memanggil dari luar kamar Chandra, setelah mengetuk pintu beberapa kali.

"Iya bang Vi, nggak dikunci kok," sahut Chandra dari dalam kamar.

"Beneran lagi push rank kamu Chan?" tanya Alvian, adik Joy ini memang seorang gamer. Alvian sering sekali diajak mabar. Chandra biasanya nge-game untuk menjoki akun orang sampai level tinggi, dan nanti dia akan mendapatkan imbalan berupa uang yang nominalnya sudah disepakati.

Chandra itu anaknya cerdas, sopan, dan sedikit pendiam. Beda dengan Kakaknya yang lebih urakan. Tapi DNA dari keluarga Joy memang menghasilkan orang-orang cerdas. Chandra yang cerdas dibidang sains dan Joy dibidang Sosial. Chandra beberapa kali bertanya pada Alvian tentang bagaimana jurusan Kedokteran. Chandra pernah bilang bahwa ia ingin jadi dokter anak. Ya, persis seperti Alvian, ia juga bekerja sebagai dokter anak disalah satu rumah sakit besar. Untuk informasi tambahan, Chandra adalah murid kelas dua belas di sekolah yang cukup bergengsi.

"Iya nih kak, ada banyak yang minta dijoki akunnya. Mumpung libur aku kerjain deh," jawab Chandra yang masih fokus menatap game di ponselnya.

"Main game tahan sampai berapa jam? mata kamu itu perlu istirahat juga," nasihat Alvian.

Masa-masa remaja adalah masa pertumbuhan, alangkah baiknya kalau semua organ tubuh masih normal dan sehat. Dan mata itu termasuk organ tubuh yang sangat penting, jangan sampai rusak sebelum tua.

"Iya bang, Chandra sering istirahat kok tiga jam sekali."

"Bagus deh, kalau bisa dua jam sekali."

Tok tok tok

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang