"Halo Joy, mau kencan hari ini? Kamu sibuk nggak?" tanya sosok yang berada jauh di sebrang sana. Itu Jefri, kekasih barunya. Sudah hari ketiga mereka menjalani hubungan ini. Setelah hari di mana merek jadian, keduanya belum bertemu secara langsung lagi. Paling sering adalah saling berbalas pesan atau telpon untuk melepas rindu masing-masing.
"Eum, sibuk nggak ya," jawab Joy menggoda Jefri.
"Jangan jahil ya," ujar Jefri memperingati dengan bercanda.
"Nggak sibuk kok, mau ketemuan di mana? Aku bawa mobil soalnya."
"Kita dinner di restoran, nggak masalah kamu bawa mobil sendiri, nanti kita ketemuan di tempatnya aja. Aku kirim alamatnya besok ya, sayang."
"Ih, kamu panggil aku apa di akhir?" tanya Joy kaget, karena panggilan dari Jefri di akhir kalimatnya tadi.
"Sayang? kamu nggak suka?"
"Bukannya nggak suka, cuma kaget aja tiba-tiba panggil begitu."
"Kita udah official kok. Jangan kaget ya kalau aku panggil sayang ke kamu."
"Iya Jef."
Jefri tertawa di sana, dan terdengar jelas dari speaker. "Kerja yang semangat ya sayangku," lanjuta Jefri berkata.
"Kamu juga semangat," balas Joy.
Astaga pipinya sepertinya sudah semerah tomat. Ini bukan pertama kalinya dia pacaran, namun rasanya beda. Jefri bergerak begitu cepat, hingga Joy kebingungan sendiri menerima afeksi dari pacar barunya itu. Ia jadi mirip gadis yang baru pertama pacaran saja. Joy menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran absurdnya itu.
"Kenapa neng geulis geleng-geleng? Lagi joget?" tanya sosok Romeo yang sudah bertengger apik di belakang kursi kerja milik Joy.
"Bang Romeo ngapain?"
"Nih mau ngasih berkas. Lo kenapa deh, geleng-geleng gak jelas tadi."
"Nggak kenapa-kenapa. Peregangan otot leher," elak Joy.
Romeo hanya mengangguk percaya saja dengan apa yang dibilang Joy. Gadis itu masih ingin merahasiakan hubungannya dengan Jefri. Ia hanya cerita kepada Alvian dan bundanya kemarin. Dan reaksi Alvian masih membekas di otak dan hatinya. Ia jadi trauma ingin bercerita kepada orang lagi.
"Gue balik ke ruangan dulu kalau gitu. Semangat kerjanya ya cantik," goda Romeo. Sedangkan Joy hanya mengabaikannya.
Joy paham jika dirinya memang selalu kurang tepat dalam memilih lelaki. Namun, ia juga tidak mungkin sengaja menjerumuskan diri menjalin hubungan dengan orang yang tidak baik baginya. Ini Jefri, ia sudah kenal dengan lelaki itu satu bulan. Menurutnya itu waktu yang cukup untuk membuat mereka dekat. Lalu, Jefri adalah teman Jeka. Suami Seri yang baik dan soleh. Dari sana saja, ia bisa menduga jika sifat Jefri tak jauh beda dengan Jeka.
Joy saja hampir berpikir jika hubungannya dengan Jefri tidak akan berjalan lebih lama, saat mereka menghadiri grand opening kafe milik teman Jefri, Rose. Gadis itu hampir membuat Joy putus asa. Ia pikir Jefri akan lebih tertarik dengan temannya yang sukses, dan cantik seperti Rose. Namun buktinya, sepulang dari acara kemarin malah Jefri menyatakan perasaan padanya. Itu sungguh di luar ekspektasinya.
Ia tidak mungkin menyerah pada hubungan baru mereka. Joy hanya berharap jika, Jefri adalah orang yang tepat dan tidak mengecewakannya. Hingga ia siap membawa Jefri ke hadapan sang ayah sebagai pasangannya.
Untuk masalah Alvian, ia tidak akan menghubungi lelaki itu dulu. Ia yang akan menunggu permintaan maaf dari sahabatnya itu. Jika hal itu tidak segera terjadi, Joy mungkin hanya pasrah jika persahabatan mereka hancur. Joy tidak merasa salah, sehingga Alvian lah yang harus minta maaf.
![](https://img.wattpad.com/cover/212909092-288-k543712.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomancePunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara