Alvian dan Karina hampir menghabiskan dua jam waktu mereka di kafe hanya untuk mengisi report pasien. Sungguh pekerjaan yang berat, untungnya ini hanya dilakukan sebulan sekali. Sehingga itu hanya berat pada tanggal tua saja sebelum turun gajian.
"Dokter Alvian nggak pulang sama aku?" tanya Karina. Wanita itu sepertinya khawatir jika harus pulang sendiri, dan meninggalkan Alvian.
"Nggak, teman saya akan jemput. Kamu pulang sendiri aja, lagi pula rumah kita tidak searah," tolak Alvian.
Karina masih belum juga puas dengan jawaban Alvian. "Kalau gitu izinkan aku buat tunggu kamu sampai dijemput."
"Jangan, nanti keburu malam. Bahaya buat wanita pulang malam."
Sebenarnya ini masih jam setengah enam. Hampir magrib, dan menuju malam. Alvian tahu rumah Karina cukup jauh dari sini. Ia tahu karena Karina tinggal dengan Presidir, secara dia anak beliau.
Sepertinya jika Alvian terus menghalangi Karina, gadis itu akan tetap memaksa. Rencana awalnya adalah meminta tolong Joy untuk menjemputnya. Namun gadis itu seharusnya sudah sejak jam lima tadi pulang kantor. Alvian jadi ragu, karena ini sudah jam setengah enam.
Tapi, tidak ada salahnya mencoba. Alvian menyalakan ponselnya, lalu mencoba menelepon sahabatnya itu. Ia harap ada keajaiban atau apapun supaya Joy masih lembur. Jika begitu ia tidak akan terlalu merepotkan.
Alvian hampir tidak pernah memesan kendaraan online. Karena dia terbiasa memakai kendaraan sendiri. Atau ia bisa bareng dengan sahabatnya. Begitu pula Joy, gadis itu sudah menganggap Alvian taksi online mungkin. Saking seringnya gadis itu menumpang di mobil Alvian.
"Halo Vi, ada apa?" sahut suara Joy dari speaker ponsel Alvian.
"Joy, lo udah di rumah?" Alvian mencoba bertanya.
"Belum nih, lembur sampai jam enam. Bikin laporan sebentar lagi juga pulang."
"Gue mau minta tolong jemput di Kafe xx, bisa kan? Gue nggak bawa mobil."
"Bisa, tapi nunggu setengah jam lagi ya."
"Oke, hati-hati. Gue tungguin."
Misi sukses, kini Alvian tinggal menunggu kedatangan sahabatnya. Masalah selanjutnya hanya pada Karina, semoga wanita itu mau pulang duluan setelah mengetahui bahwa Alvian sudah akan dijemput.
"Karina, kamu sebaiknya pulang dulu. Saya sudah janjian sama teman saya," tutur Alvian.
Reaksi yang ditunjukkan Karina cukup membuat Alvian mengeryit bingung. Wanita itu menatapnya penuh selidik. Seperti ingin mengintrogasinya.
"Yang dokter Alvian telpon tadi, cewek yang dibawa ke pesta ulang tahun rumah sakit?" tanya wanita itu.
"Iya, memang kenapa?"
Ia tidak ingat kalau pernah mengenalkan Joy pada junior nya ini. Tapi meski begitu, tidak ada urusan antara Karina dan Joy.
"Jadi dokter beneran pacaran sama cewek itu?"
"Terus, urusannya sama kamu apa Karina? Kita hanya berhubungan dalam pekerjaan. Mau saya pacaran dengan siapa saja terserah saya."
"Tapi saya suka sama dokter Alvian. Saya cemburu."
"Astaga Karina, kita bahkan baru kenal. Jangan sembarang bicara pasal hati."
Padahal sedari awal Alvian tidak menyebut Joy kekasihnya. Tapi kenapa Karina menjadi salah paham begini. Namun, karena ini juga ia jadi tahu wanita itu benar menyukainya, bahkan sampai tahap cemburu. Semoga Joy tidak marah saat ia menggunakan gadis itu untuk menjadi pacar pura-puranya. Setidaknya guna mengusir Karina, agar wanita itu segera menyerah kepada perasaannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomancePunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara