FWB: 35

68 13 0
                                    

"Dia, orang yang udah ganggu Lo tadi?" tanya Alvian.

Mereka sudah langsung beranjak menjauh dari butik itu setelah membayar. Melihat air wajah Joy yang kembali muram, setelah datang seorang wanita menggedong bayi dan suaminya. Alvian langsung bisa mengambil kesimpulan bahwa sosok itu yang membuat mood Joy jelek hari ini.

Saat itu tanpa pikir panjang, Alvian menggandeng tangan Joy untuk segera meninggalkan tempat itu. Ia takut kalau tiba-tiba Joy melabrak ibu itu di depan umum. Soalnya, Alvian sudah melihat tangan Joy mengepal erat. Itu berarti pertanda tidak baik.

"Iya, bisa-bisanya orang itu komentarin hidup orang," jawab Joy kesal.

Meninggalkan butik, tidak berarti mereka akan segera pulang. Namun, sekarang dua sahabat itu masih mampir untuk makan malam disalah satu restoran Jepang. Selagi Risang tidak cengeng, mereka memanfaatkan waktu untuk makan dulu.

"Selamat datang di restoran Nagoya," ucap pelayan penjaga di depan pintu masuk restoran yang Alvian dan juga Joy datangi.

Keduanya langsung menuju kasir dan membuat pesanan. Selagi menunggu beberapa antrean, tiba-tiba Alvian dihampiri salah seorang pelayan perempuan. "Selamat malam, ayah dan bunda. Maaf kalau mengganggu, boleh kah saya membantu bunda untuk menempati meja khusus keluarga? Agar Adiknya bisa duduk dengan tengan, serta bunda tidak kelelahan?" tanya pelayan itu menawari kepada Joy.

Ini sudah ketiga kalinya orang-orang berasumsi jika Risang adalah anaknya. Ia mau protes, namun tawaran pelayan itu cukup bagus. Ia lelah membawa tas dan juga bayi lama-lama. Ia butuh duduk, dan membiarkan Alvian memesan sendiri.

Alvian sedikit menengok Joy. Gadis itu terlihat memiliki gurat kelelahan yang menumpuk di wajahnya. Alvian kasihan, dan sebaiknya ia menerima bantuan pelayan itu. 

"Iya Mbak tolong antarin mereka berdua ke ruangan khusus keluarga. Kasihan mereka dari tadi sudah lama berdiri," ungkap Alvian.

"Baik Pak, akan saya lakukan. Mari bu, ikut saya."

Akhirnya tanpa memberikan sepatah katapun, Joy mengikuti pelayan itu seraya menggendong Risang yang sepertinya sudah mengantuk. Dilihat dari matanya yang mulai sayu, dan juga anak kecil itu sudah banyak menguap. Pasti ini karena sudah kenyang minum susu.

"Ibu beruntung sekali memiliki suami yang perhatian," ujar pelayan itu, selagi menyiapkan meja dan tempat untuk Joy dan Risang. Ada meja yang cukup untuk dua orang, sekaligus kursi khusus bayi untuk Risang. Sebuah tempat yang bagus bagi anak itu, agar lebih nyaman duduknya.

"Makasih mbak," Joy hanya bisa menjawab dengan canggung.

Joy ditinggal sendiri ketika dia sudah menempati meja itu. Gadis itu menunggu sampai Alvian sampai.

Tak lama, seorang pelayan dan juga Alvian datang membawa banyak pesanan. Padahal Joy tadi belum meminta apapun kepada lelaki itu. Ada dua ramen, dua sushi, dan juga dua minuman untuk mereka. 

Dan semua pesanan itu sesuai sekali dengan kesukaan Joy. Memanglah Alvian adalah sahabat sejatinya, ia tahu apa yang Joy tidak suka dan sukai. Pasti suatu saat nanti Alvian menikah, istrinya adalah orang paling beruntung sedunia menggantikan Joy.

Tunggu, Alvian menikah?

Sungguh Joy tidak pernah berpikiran bagaimana kehidupannya setelah sahabatnya nanti sold out. Rasanya ia akan sedih sepanjang malam karena ia akan kehilangan sahabat terdekatnya.

Joy masih ada pemikiran untuk membuat Alvian menjadi miliknya. Iya, hanya milik Joy sebagai sahabat. Ia tidak ingin lebih, sebab itu akan aneh menurutnya.

"Hei, ngelamun apa?" tanya Alvian yang memergoki jika dari tadi Joy melamun. Bahkan sampai pelayan selesai menyusun makanan di meja.

"Hm? Maaf tadi kebawa suasana."

"Oh, ya udah kita makan dulu ya. Pasti lo lapar banget sejak sore belum makan sama sekali."

"Iya, makasih Vi. Lo emang sahabat terbaik gue."

"Yes, i am."

**

"Makasih Joy, Alvian udah mau jagain anak kita," ujar kak Miya begitu dua sahabat itu baru sampai ke dalam rumah.

Ternyata bang Rehan dan mbak Miya, sudah pulang dari dinner romatis mereka. Joy langsung menyerahkan Risang ke gendongan sang ibu kandung. Dan langsung diterima oleh Miya.

"Sama-sama Mbak," jawab Alvian mewakili.

Mbak Miya  hanya berhadapan dengan mereka sebentar. Karena wanita itu ingin segera menempatkan Risang di tempat tidur. Sebelum bayi kecilnya itu bangun dan mengganggu mereka lagi.

Alvian yang ditinggal berdua saja dengan Joy, langsung menyerahkan belanjaan mereka dari butik tadi. "Ini gaun buat besok ya. Jangan lupa besok gue jemput jam enam. Izin dulu sama bunda dan ayah. Soalnya kita bakal lama diacara itu," jelas Alvian panjang lebar.

"Iya ngerti, makasih buat gaunnya," jawab gadis itu singkat sepertinya memang lelah tanpa semangat.

"Sama-sama," balas Alvian, "udah sana istirahat. Gue tinggal pulang dulu, jangan cemberut nanti cepat tua," nasihat Alvian bercanda.

"Hn,"

Ya setidaknya Alvian sudah berusaha agar Joy kembali baik moodnya. Namun sia-sia. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah membiarkan Joy istirahat.

"Sampai jumpa besok."

Alvian pulang, meninggalkan Joy sendiri dengan papper bag. Tanpa menunggu hal lain, Joy memasuki kamar nya. Lalu mengecek paper bag itu.

Yang pertama berisi baju milik Risang yang dibelikan oleh Alvian. Berarti yang kedua ini miliknya. Benar saja, sebuah gau malam warna blue night dengan aksen berlian disetiap badanya, sangat bagus dan terlihat mewah. Gaun itu cukup tertutup namun masih bisa menonjolkan bentuk tubuh Joy nanti.

Alvian memang tidak pernah mengecewakannya, semua pilihan lelaki itu bagus di mata Joy. Mungkin karena selera mereka sama mulai dari makanan hingga pakaian.

[Joy]
Makasih Dressnya bagus banget. Gue ga bakal ngecewain lo besok.

[Alvian]
Ya sama-sama. Makasih, besok gue tunggu penampilan lo.

[Joy]
Siap...

Joy cukup mengantuk sekarang, apalagi dia sudah menghabisakan satu porsi ramen dan juga setengah porsi sushi tuna. Makanan malam ini begitu enak di lidah gadis itu.

Saat akan menutup matanya, sebuah panggilan menyapa ponselnya. Dari Jefri, lelaki itu agaknya ingin memberikanya kabar. Biasannya memang kalau malam Jefri akan memberi kabar atau bertanya kabar.

"Halo Joy?" sapa Jefri dari seberang sana.

"Halo Jef," jawab Joy dengan suara kantuknya.

"Udah mau tidur ya? Maaf aku ganggu."

"Nggak papa Jef, belum mau tidur. Masih persiapan ini. Gimana kabar kamu?"

"Baik kok, aku kangen berat sama kamu. Nunggu hari senin lama banget, padahal aku mau ajak kamu main ke rumah."

"Iya Jef, kamu fokus dulu aja kerjanya. Nanti pasti ada waktunya, aku bakal tungguin kok."

"Makasih ya sayang, have a nice dream. Kayaknya kamu udah ngantuk banget," duga Jefri.

"Iya nih, kegiatan hari ini berat banget."

"Oke, aku tutup dulu ya telponnya. Besok aku bakal telpon lagi, kalau ada waktu senggang."

"Hm, kamu juga tidur yang nyenyak ya. Jagan bergadang."

"Siap tuan putri."

Meski sedikit terganggu dengan telpon dari Jefri. Joy jadi sedikit lebih baik perasaannya. Mungkin kerena mas pacar yang menelpon.

Ia bersiap tidur lagi, hingga tak berapa lama ia terlelap ke dalam dunia mimpi.

TBC

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang