Alvian akhirnya tiba di butik. Ia memarkirkan mobilnya ditempat yang telah disediakan. Tanpa menunggu lama laki-laki itu langsung memasuki butik, dan mencari keberadaan Joy yang pasti saat ini tengah menunggunya.
Dan benar saja ternyata Joy masih menunggu dirinya di ruang khusus tamu. Setelah ia bertanya kepada resepsionis, Alvian akhirnya bisa bertemu juga dengan calon istrinya itu. Lagi-lagi ia merasa tidak enak karena telat hingga berjam-jam.
"Selamat malam," sapa Alvian begitu melihat jika Joy tidak sendiri di ruangan itu. Ada satu wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik. Wajahnya pun ada kemiripan dengan Seri. Alvian bisa langsung menebak kalau itu tantenya Seri, sang pemilik butik ini.
"Malam, eh ini ya calon suaminya," jawab Tante antusias. Joy jadi malu sendiri, ia belum terbiasa menganggap Alvian calon suaminya. Karena ia terbiasa menganggap Alvian sahabatnya.
"Iya, anda tantenya Seri ya? Perkenalkan saya Alvian sahabatnya Seri dan Jeka."
"Iya benar, saya Hilda panggil saja tante Hilda. Salam kenal ya Alvian, silahkan duduk di sampingnya Joy. Biar ngobrolnya lebih enak."
"Iya tante," jawab Alvian, kemudian ia langsung duduk tepat di samping Joy yang kebetulan duduk di sofa double seat.
"Jadi, kalian ini sahabatnya Seri dan Jeka ya? sudah kenal lama?" tanya beliau setelah melihat Alvian sudah duduk dengan nyaman.
Alvian balas mejawab pertanyaan tante Hilda, "Lumayan tante, kami sudah kenal sejak dibangku kuliah."
"Oh, terus ini kalian rencana maunya buat pakaian pernikahan kan?"
"Benar tante, sebenarnya acaranya sudah mepet satu bulan lagi, apakah bisa tante kalau membuat bajunya baru sekarang?" kini Joy yang mulai menyahut, ia bertanya dengan khawatir. Gadis itu takut kalau baju pernikahannya tidak jadi sesuai keinginannya.
"Sudah kamu tenang aja, serahkan semuanya ke tante. Kamu tinggal bilang mau yang kayak gimana nanti, segera akan tante buatkan desainnya dan kalau sudah fix bisa langsung kami proses untuk menjahit gaun atau kebayanya," jelas Tante Hilda menenangkan calon pengantin itu.
"Untung banget kami ketemu tante," balas Joy senang.
Tapi sekarang untuk menyebutkan seperti apa pakaian yang ingin ia buat, Joy belum bisa. Gadis itu reflex menatap Alvian dengan penuh tanya, ia baru ingat kalau belum ada tema yang mereka tentukan. Mungkin kalau akad nikah, Joy bisa meminta kebaya dengan aksen sederhana yang cocok dengan pesta yang akan mereka laksanakan. Apalagi keduanya sama-sama adat Jawa, jadi lebih mudah. Tetapi bagaimana dengan resepsi? rencananya saja mau membuat acara besar, tapi persiapannya belum matang.
"Kita mau resepsi tema apa sih?" bisik Joy mendekatkan diri di telinga Alvian.
"Aduh gue juga bingung," desis Alvian sama-sama tidak tahu.
"Sama, gimana sih kita semua belum bahas temanya."
Alvian deham sedikit sebelum mengatakan permasalahannya kepada tante Hilda. Siapa tahu beliau mau membantu memberikan saran untuk pakaiannya kedepan.
"Jadi gini tante, sebenarnya kami berdua belum diskusi pakai tema pernikahan seperti apa," Alvian membuka suara.
"Kebetulan untuk akad kami berdua setuju pakai adat Jawa, karena kami juga sama-sama orang Jawa."
"Kalau sudah pakai adat Jawa itu gampang. Lalu qda cara lagi setelah akad?"
"Untuk akad kami hanya pesta sederhana saja Tante, kalau resepsi kami membiarkan para orang tua yang memutuskan," Alvian menjawab.
"Oke oke coba tante besok buatkan bagaimana contoh desain kebaya nya. Nanti Joy bisa tinggal pilih mau yang mana."
"Makasih banget lo, denngan bantuan tante Hilda kami sangat tertolong," Joy sangat berterima kasih dengan Tante Hilda. Memang Joy dan Alvian sangat terbantu dengan saran yang diberikan tanre Hilda.
"Sama-sama, pasangan muda seperti kalian itu kan memang perlu dibimbing."
Mendengar tante Hilda menyebutnya pasangan anak muda. Membuat Joy sedijit gatal ingin menjelaskan. Mereka tidak muda lagi, umur akan memasuki kepala tiga sudah buka anak muda lagi.
"Sebenarnya kami sudah nggak muda lagi tante, sudah mau masuk 30 usianya," Joy membuka suara untuk menjelaskan.
"Loh jadi kalian ini bukan satu angkatan sama Seri dan Jeka?" tanya beliau kaget. Mungkin Tante Hilda pikir dua orang ini memiliki umur yang sama dengan keponakannya, namun beliau salah. Joy dan Alvian lebih tua beberapa tahun malah.
"Kan kami kakak tingkat nya, cuma beda satu tahun kok tante," tambah Alvian menjelaskan.
"Oalah iya, tante baru paham kalau gitu. Habis ini ada lagi yang mau disampaikan ke tante?"
Joy dan Alvian saling menatap satu sama lain, mereka sepertinya belum ada yang ingin disampaikan. Sejauh ini mereka menyerahkan semua tentang desain kebaya hanya kepada tante Hilda. Mereka percaya dengan tangan ahli.
"Belum ada tante, kalau begitu kami mau pamit sekalian karena sudah malam."
Kebetulan sekali ini sudah cukup malam. Alvian bisa melihat wajah Joy yang sudah hampir kecapaian. Ia harus segera memutuskan untuk segera mengakhiri diskusi ini. Pasti setelah ini Tante Hilda akan sering mengajak mereka diskusi masalah baju.
"Ya, hati-hati di jalan, kemari tante anter sampai keluar."
"Haduh ngerepotin jadinya," ujar Joy tidak enakan.
"Udah nggak papa kalian kak kustomer spesial, sahabatnya keponakan tante."
Alvian dan Joy tertawa kecil mendengar alasan Tante Hilda.
Mereka berdua segera memasuki mobil masing-masing. Joy berjalan di depan terlebih dahulu, memimpin perjalanan pulang mereka. Jalan pulang dilalui begitu mulus, tidak ada hal membuat macet. Sehingga kedua bisa sampai dengan cepat di rumah.
Joy berbelok terlebih dahulu ke rumahnya. Ia menaruh mobil di parkiran. Langkahnya begitu terburu memasuki rumah, ia sangat ingin segera tidur di kamarnya. Namun tanpa diduga, Chandra menyambut kepulangannya.
"Selamat datang kak," ujar Chandra berbasa-basi. Dan itu membuat Joy agak aneh. Karena pagi tadi Joy tidak sempat bertegur sapa dengan Chanra karena ia harus berangkat lebih pagi. Tiba-tiba saja adiknya sudah berubah di malam hari?
"Malam Chan, ada apa?" tanya Joy penasaran dengan tingkah aneh adiknya.
"Chandra boleh nggak malam ini tidur sama kakak?"
Ha? Joy langsung jaws drop mendengarnya. Tumben sekali adik kecilnya minta menginap di kamarnya. Bisa Joy ingat terakhir mereka tidur bersama adalah sewaktu Chandra SMP.
"Eh kenapa?"
"Chandra mau menghabiskan waktu sama kakak sebelum pernikahan kakak dilaksanakan."
"Oh, kamu udah tau?"
"Udah, dari kak Alvian. Aku baru sadar kalau sebentar lagi kakak udah nggak bisa dekat sama aku lagi."
"Loh, nggak Chan. Kita masih bisa dekat kok."
"Kak Alvian yang bakal lebih dekat sama kakak."
"Benar sih, tapi kamu kan tetap adik kakak."
"Tapi apa nanti aku masih bisa manja-manja sama kak Joy?"
"Bisa, jangan sedih gitu dong Chan, kakak kan jadi pingin nangis."
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomancePunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara