Masih ingat janji Jefri yang akan mengajak Joy kerumah orang tuanya? Ya akhirnya hari itu tiba. Sekarang, Yeri sudah bersiap-siap dengan penampilan yang begitu sopan. Hampir seperti saat ia pertama kali melakukan interview, mungkin sekarang lebih kasual sedikit. Jantung gadis itu sudah berdetak kencang sejak pagi ini.
Untuk mempersiapkan pertemuan ini, Ia sudah berkonsultasi dengan kakak sepupunya. Awalnya Rehan sok menolak, dan tidak setuju jika Joy bertemu orang tua Jefri. Namun apa sih yang nggak bisa Joy lakukan, hanya dengan bujukan ia akan menjadi babysitter dadakan lagi hanya agar Rehan bisa kencan dengan istrinya. Lelaki itu langsung luluh, dan bercerita bagaimana pengalaman bertemu calon mertua untuk pertama kali.
Kakak sepupu Joy itu adalah seorang yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal saat Rehan masih duduk di bangku kelas sepuluh. Sejak saat itu, Rehan sudah seperti anak bagi keluarga Joy. Rehan bisa dibilang secara tidak langsung adalah kakak Joy. Namun, setelah kuliah Rehan memutuskan tinggal sendiri dekat dengan kampus pilihannya yang waktu itu adalah Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Sejak saat itu Rehan jadi jarang sekali pulang ke rumah. Sampai suatu hari, menjelang kelulusan kuliahnya. Rehan membawa seorang wanita bernama Miya, sosok teman kuliahnya ke hadapan Ayah dan Bunda. Tentu saja kedua orang tua Joy tahu, bahwa Miya bukan sekadar teman, tetapi adalah tambatan hati Rehan.
Ayah dan Bunda memperlakukan Miya dengan baik. Kepribadian lembut namun tegas milik Miya, bisa meluluhkan Rehan. Hal itu sebagai nilai tambah di mata Ayah dan Bunda. Yang jelas waktu itu, Miya susah mendapat restu dari orang tua Joy, sebagai orang tua wali dari Rehan.
Setelah itu perjalanan Rehan dan Miya masih jauh, sampai putus nyambung seperti benang layangan. Joy sampai meyerah dengan hubungan kakak sepupunya itu. Padahal Joy, berpikir kalau Rehan tidak akan berhasil dengan Miya. Secara Rehan adalah sosok playboy kelas kakap, Miya berhak mendapat yang lebih baik.
Tetapi semua iu salah. Rehan tiba-tiba pulang, dan meminta Ayah untuk melamarkan Miya untuknya. Satu keluarga Joy cukup kaget, karena Rehan baru saja diterima di sebuah firma hukum besar. Ayah pikir Rehan akan fokus karir terlebih dahulu.
Ternyata dibalik Rehan yang begitu ingin segera menikahi Miya, ada episode menarik. Orang tua Miya sudah akan menjodohkan anak perempuan mereka. Dan Rehan tidak rela itu terjadi. Hingga lelaki itu rela bersujud di kaki orang tua Miya untuk membiarkan putrinya bersama Rehan saja. Sepertinya keberuntungan sedang memihak Rehan waktu itu, orang tua Miya setuju asalkan lelaki itu segera melamar Miya.
Jadi dari rangkuman cerita dari Rehan yang begitu panjang, barulah Joy mendapat sebuah petuah dari lelaki itu. Yang sebenarnya tidak begitu penting juga baginya.
Selalu tersenyum, dan bersikap sopan jika bertemu calon mertua Selalu rendah hati, jangan menyombong di hadapan calon mertua Jadi diri sendiri
Kalau itu saja Joy juga tahu. Tap ini Rehan, Joy seharusnya tidak berharap banyak dari kakak sepupunya yang jarang bersikap serius itu.
"Joy, pacar lo udah di depan tuh," peringat Rehan kepada Joy yang sedari tadi melamun di ruang tamu. Gadis itu seperti akan menghadapi ujian saja. Terlihat dari sikapnya, Joy pasti gugup dan deg degan.
"Oke, makasih Kak," balas Joy. Gadis itu segera bangkit dari kursi ruang tamu. Lalu tidak lupa berpamitan dengan orang tuanya, dan juga Rehan. Yang tahu kunjungannya ke rumah Jefri hanya Rehan. Joy belum berani bilang kepada kedua orang tuanya jika hubungannya sudah hampir sejauh itu.
"Hati-hati di jalan. Jangan lupa senyum, muka lo jelek kalau datar," nasihat Rehan begitu Joy hampir keluar rumah.
"Iya," balas gadis itu lirih.
Meski Rehan menolak hubungan Joy dan Jefri, ia tetap berdoa agar pertemuan Joy dengan Orang tua Jefri berjalan lancar. Ia tidak ingin adik sepupunya itu kecewa atau sampai trauma untuk mencari pasangan lain jika yang satu ini gagal.
**
Joy sudah membawa sebuah parsel buah sebagai buah tangan untuk diberikan kepada orang tua Jefri. Awalnya gadis itu sangat bingung mencari bingkisan apa yang harus ia bawa. Tetapi saat bertanya kepada Rehan, lagi-lagi kakak sepupunya itu menjawab dengan aneh.
'Gue cuma bawa diri waktu ketemu orang tuanya Miya, dan lihat sekarang gue jadi suaminya juga kan. Bingkisan itu bukan faktor utama, yang jelas lo tulus. Kalau calon mertua bisa lihat ketulusan Lo, pasti jalan ke depannya bakal gampang.'
Itulah yang ia dengarkan tadi, memang benar sih kita harus tulus. Tetapi tidak enak kalau hanya membawa diri. Zaman sekarang itu semuanya harus modal, termasuk saat bertemu orang tua pasangan kita.
Pada akhirnya Miya yang memberi usulan kepada Joy untuk membawa parsel buah atau kue. Dan Joy memilih buah, agar terlihat segar dan menyehatkan. Biar dia terlihat memperhatikan kesehatan orang tua Jefri. Ia harus membangun citra yang baik di hadapan keluarga Jefri.
"Hai, udah siap buat ke rumahku?" goda Jefri begitu Joy duduk di sampingnya.
Jot tersenyum tipis, "Siap, semoga orang tua kamu suka sama aku."
"Pasti, jangan gugup. Mereka baik kok, just be your self."
"Maksih, udah nyemangatin aku."
"Itu udah kewajibanku sebagai pacar kamu."
Setelah percakapan singkat itu, Jefri melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Menyusuri jalan malam yang diisi suara jantung Joy yang rasanya tidak mau tenang.
Gadis itu berusaha mengalihkan pandangannya ke luar, menatap lampu-lampu yang menghiasi setiap sudut jalan. Ia harap bisa sedikit tenang dengan melihat pemandangan indah ini. Mungkin karena ini kali pertama ia dikenalkan langsung kepada orang tua pasangannya. Joy jadi tegang berlebihan. Ia selalu membayangkan jika ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana ini dan itu, yang jelas Joy tidak begitu siap menghadapi situasi ini.
"Tenang, semuanya akan baik-baik aja," ujar Jefri lembut, seraya menggenggam salah satu tangan Joy lembut. Jemari hangat Jefri seakan melebur dengan tangan dingin Joy.
Hati gadis itu menghangat, ia suka bagaimana Jefri begitu peka akan dirinya. Lelaki itu berusaha menenangkannya, dan juga memberikan kehangatan baginya. Jika sudah seperti ini mau tidak mau, Joy harus kuat. Ia tidak boleh menyerah hanya karena takut bertemu calon mertua.
Joy mengingat jalan yang mereka tempuh, sampai pada akhirnya Jefri memelankan laju mobilnya. Mereka berhenti di depan rumah dengan gerbang yang begitu tinggi dan besar. Hanya melihatnya saja sudah membuat Joy menciut. Ia lupa kalau kemungkinan besar Jefri adalah orang kaya. Ia lupa kalau Jefri bukan selevel dengannya.
Joy memandang bingkisan parsel buahnya. Pasti ini tidak ada apa-apanya di mata orang tua Jefri. Pantas saja lelaki itu tidak begitu melirik bawaanya ini. Joy baru saja merasa menyesal sekarang.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomansaPunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara