"Alvian, Joy, ada apa ini? Bunda dengar kalian saling bentak-bentak ada masalah?" tanya Bunda yang berjalan dari arah dapur mendekat menuju kamar Joy. Pertengkaran antara dan menantunya tadi sampai kedengaran ke ruang makan. Karena penasaran ia mencoba cek apa yang terjadi dengan keduanya.
"Eh Bunda, maafin kami. Ini cuma salah paham kok," jawab Joy merasa bersalah. Pasti penghuni rumah mendengar keributan yang ditimbulkan oleh Alvian tadi.
"Ya udah, kalau nggak kenapa-napa. Ayo makan malam bersama sekarang, Joy sejak siang tadi nggak makan lo. Kalian berdua langsung ke ruang makan ya kita makan," perintah Bunda dengan suara lembutnya. Saking tidak ingin mengganggu istirahat putrinya, bunda sampai tidak membangunkan Joy saat makan siang. Bunda membiarkan Joy tidur sampai lelahnya hilang.
"Baik bunda," jawab Alvian dan Joy bersamaan.
Sebelum mengikuti bunda ke arah ruang makan, Joy melihat Alvian sekilas. Lelaki itu masih memakai baju yang dipakai dari Singapura. "Lo ganti baju dulu aja Vi, biar gue duluan yang ke ruang makan," saran Joy. Alvian pun setuju dengan saran yang diberikan oleh sang istri, ia sangat perlu ganti baju karena pakaian yang ia kenakan dari Singapura, sampai ruang operasi, dan sekarang ia sudah di rumah masih sama. Alangkah baiknya kalau ia berganti pakaian yang lebih bersih, karena Alvian merasa tubuhnya sangat kotor.
Joy berlalu meninggalkan Alvian terlebih dahulu menuju ruang makan. Mungkin ia akan membuat sedikit alasan untuk Alvian, saat lelaki itu kemungkinan akan telat sampai di ruang makan. Di sana sudah berkumpul Mama, Bunda, Chandra, dan Ayah. Jika kalian bertanya tentang keberadaan Kak Rehan, ia sudah kembali pulang ke rumahnya sendiri. Tentu saja Kak Rehan harus segera menangani pekerjaannya sendiri.
"Akhirnya Joy bangun juga, pasti kamu udah laper ya sekarang. Tadi Mama sama Bunda mau nggak berani bangunin, kasihan Kamu masih kecapean," ungkap Mama begitu Joy memasuki ruang makan dan menduduki kursi yang berhadapan dengan Sang Bunda. Ada sebuah kursi kosong di sampingnya, itu nanti tempat dimana Alvian akan mendudukinya.
Joy menyamankan posisi duduknya, dan kembali membalas perkataan Mama. "Nggak apa-apa Ma, makasih akhirnya berkat Mama dan Bunda tidur Joy jadi lebih nyenyak," kata Joy dengan bibir penuh senyuman.
"Syukurlah, loh terus Alfian di mana sekarang?" tanya Bunda yang menyadari kalai Joy hanya sendirian tanpa sang suami.
"Alvian lagi cuci muka, sama ganti baju bun. Kan harus tetap bersih-bersih karena pulang dari rumah sakit," Joy beralasan sedemikian rupa. Tentu saja semua memaklumi, Alvian memang harus bersih-bersih supaya kita tidak terpapar virus.
Tak berapa lama setelah obrolan kecil, Alvian datang dengan setelan kasual nya. Kaos oblong hitam, celana gunung pendek selutut berwarna hitam menjadi outfit makan malam Alvian. Pakaian santainya yang kompak berwarna hitam begitu kontras dengan kulit putih lelaki itu. Rambut depan yang sedikit basah juga menambah kesan matang pada dokter muda itu.
"Akhirnya, dua pengantin baru bisa kumpul di sini lagi," goda sang ayah kepada pasangan baru Alvian dan Joy yang sekarang sudah bersisian duduknya.
"Ayah nih," rajuk Joy, agar Ayah tidak lagi menggodanya dan suaminya. Karena Joy sudah tidak ada tenaga lagi untuk membalasnya.
"Karena kita udah kumpul semuanya, mari kita mulai makan malam hari ini. Tetapi, sebelum mulai mari kita berdoa dahulu agar makanan yang kita makan berkah kepada keluarga ini, Aamiin," Ayah memimpin doa. Diikuti semua anggota yang duduk di sana.
Makan malam tidak berlangsung lama. Apalagi bagi Chandra, bocah itu langsung menyerbu koper berisi oleh-oleh dan meninggalkan ruang makan sesegera mungkin. Seban dari siang anak itu sibuk mengurus kuliahnya, hingga baru sekarang bisa membongkar koper. Usai makan malam Alvian dan Joy belum boleh kembali ke kamar, entah kenapa para orang tua menyandera mereka di ruang makan.
"Joy, Alvian, maaf ya karen menahan kalian di sini. Kami cuma mau tanya-tanya aja soal bulan madu kalian kemarin," ujar Bunda dengan lembut, sepertinya beliau berusaha agar membuat dua sejoli itu nyaman.
Benar prediksi Joy, pasti mereka akan ditanyai begini. Gadis itu hanya bisa berharap Alvian bisa memberikan jawaban yang bagus.
"Oh begitu bun, tidak masalah kok," jawab Alvian dengan bijak. Meski wajah lelaki itu nampak kelelahan, Joy masih terus melihat senyum Alvian tidak pernah luntur. Benar-benar, lelaki itu tahu bagaimana caranya pencitraan.
"Makasih ya Vian, terus gimana malam pertama kalian di Singapura? kalian gak menunda untuk memiliki momongan kan?" tanya ayah to the point, beliau seperti benar-benar mengharapkan seorang cucu dari dua orang itu segera.
Dalam hati, Joy tidak bisa tenang. Benar apa yang iya pikirkan, bahkan bukan hanya Bunda dan Mama yang penasaran dengan bulan madu mereka, tetapi ayah pun juga ikut penasaran dengan malam yang mereka lewati di Singapura.
Joy jadi merasa bersalah membuat ekspektasi mereka terlalu tinggi. Di Singapura Joy dan Alvian hanya berwisata, makan, tidur. Tidak ada adegan romatis, hingga begitu intim. Joy merinding membayangkan ia dan Alvian akan melakukan hal romantis seperti pasangan normal pada umumnya. Ayolah, mereka hanya sahabat rasanya akan aneh jika melakukan hal seperti itu.
"Ayah, Bunda, Mama yang tenang ya. Alvian sudah berusaha yang terbaik agar kami segera memiliki momongan. Jadi kalian tinggal doakan saja. Kalau memang rezeki kami untuk segera mendapatkan anak, pasti akan terjadi," Alvian dengan kalimat bijaknya menjawab pertanyaan dari Ayah. Joy saja sampai terperangah dengan jawaban lelaki itu.
Bahkan ekspresi Alvian nampak begitu serius, sehingga tidak terlihat jika semua perkataannya merupakan sebuah kebohongan. Ya ampun, Joy jadi merasa bersalah karena ikut mendukung Alvian untuk berakting. Ia merasa bersalah karena mama, bunda, dan ayah terlihat begitu percaya dengan jawaban Alvian kalau Joy mungkin sebentar lagi akan mengandung. Tetapi kenyataan lebih pahit, boro-boro mengandung. Ia bahkan masih perawan ting-ting.
"Benar itu Joy, yang yang dikatakan Alvian? kalian nggak menunda kan? kami benar-benar ingin segera mendapatkan seorang cucu dari kalian. Apalagi kalian ini merupakan anak kami satu-satunya yang sudah melewati fase pernikahan, Kami ini sudah tua impian kami tidak begitu tinggi atau sulit, kami hanya ingin menimang cucu dari Alvian dan kamu Joy," ungkap mama bicara tentang isi hatinya. Beliau seakan dia tahu kalau Alvian bisa saja berbohong, apalagi beliau mama tahu pasti bagaimana sosok Alvian. Anaknya itu selalu punya cara yang yang aneh untuk bisa terlepas dari masalah.
Joy tegang sekali saat akan menjawab, namun ia harus bisa mengimbangi akting Alvian. Ia menarik napas sepelan mungkin, barulah ia mengeluarkan jawabannya, "Benar Ma, kami sudah melakukan yang terbaik. Tinggal orang tua saja untuk mendoakan kami semoga bisa segera menjadi orang tua."
"Syukurlah kalau begitu, Bunda, Mama, sama Ayah pasti mendoakan yang terbaik," sahut Bunda.
"Terima kasih Bunda," balas Joy.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomansaPunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara