FWB: 74

95 19 0
                                    

Hari ini acara resepsi telah dilaksanakan, Joy dan Alvian sudah berdiri di pelaminan untuk menyambut banyak tamu yang berasal dari teman-teman mereka serta kolega dari masing-masing orang tua. Joy dan Alvian tampil menawan dengan gaun serta jas bertemakan rose gold sesuai permintaan mereka.

Untuk acara resepsi hari ini, keduanya tidak terlihat begitu tegang. Mungkin karena kemarin mereka sudah mulai terbiasa dengan kehadiran satu sama lain sebagai pasangan suami istri. Tidak ada kecanggungan yamg berarti lagi, keduanya sudah tampak normal seperti sahabat. Sesuai dengan hubungan mereka sebelum menjadi suami istri.

Sedikit mengingat kebelakang, Joy teringat kemarin sore perkataan Alvian benar. Ternyata mama dan bunda menghampiri mereka berdua di rumah Alvian, untung saja gagasan Joy memutuskan untuk mau tidur di kamar dengan Alvian. Sehingga mama dan bunda tidak curiga, karena mengetahui mereka tidur dalam satu tempat.

Saat makan malam, mungkin bisa dibilang itu adalah ajang menggoda pasangan baru menikah itu. Mulai dari Mama, Bunda, Ayah, tidak mau ketinggalan juga Bagas, mereka semua berhasil membuat Joy menjadi kepiting rebus. Bahasan yang dibicarakan tidak jauh dari malam pertama, dan anak. Sungguh Joy tidak suka dengan bahasan itu, ia malu.

Untungnya Alvian mengambil inisiatif untuk membawa Joy pergi dari ruang makan. Mereka beralasan ingin istirahat, padahal yang sebenarnya hanya ingin menghindari godaan. Namun, karena masih terlalu awal untuk tidur Joy dan Alvian memutuskan untuk bermain game berdua sampai jam sepuluh malam.

"Vi, tamunya ada berapa sih? gue capek harus berdiri terus," adu Joy kepada Alvian yang berada di sampingnya. Mereka berdua tidak henti-hentinya menyalami para tamu undangan yang berdatangan silih berganti sejak acara dimulai.

"Sabar, acaranya masih lama Joy. Kayaknya ini belum semua tamu datang, orang rumah sakit juga masih nggak kelihatan. Kalau capek mending duduklah," Alvian menjelaskan kepada sang istri agar lebih bersabar sebentar, karena acara mereka baru akan selesai dua jam lagi. Sepertinya menggunakan high heels memang bukanlah hal yang mudah, Alvian paham kenapa Joy bisa mengadu sampai kelelahan.

"Beneran boleh duduk?" Joy memastikan kembali perkataan Alvian.

"Boleh lah ini kan acara kita, jadi terserah kita mau ngapain aja."

"Oh iya ya."

Akhirnya Alvian duduk terlebih dahulu lalu disusul oleh Joy. Gadis itu bisa bernapas lega sekarang, kakinya sudah tidak menjadi tumpuan lagi. Tetapi begitu duduk, ternyata tidak hanya capek berdiri, Joy juga lapar sekali karena hanya makan sedikit waktu pagi. Selebihnya sejak acara mulai, mereka berdua belum makan.

"Vi," panggil Joy.

"Apa lagi?" tanya Alvian malas.

"Ih, kok gitu jawabnya," Joy berujar sebal.

"Iya apa istriku," ulang Alvian lebih lembut.

Joy speechless memdengar ucapan Alvian. Dan itu sukses membuatnya tersipu malu. 

"Gue laper," jawab Joy sambil berusaha menutupi semburat merah di pipinya.

"Makan, jangan curhat," balas Alvian.

"Ya ampun, cariin lah makanan. Lo kan suami," omel Joy. Alvian kenapa jadi menyebalkan begini. Jika tidak ingat mereka sedamg menjadi pusat perhatian, gadis itu sudah pasti akan memukul kepala sahabatnya itu.

"Kita kan lagi terima tamu. Coba minta tolong ke Romeo."

"Oiya benar juga," Joy langsung meraih ponsel yang ia sembunyikan di belakang tempat duduknya. Sepertinya memang hanya Romeo uang bisa membantunya sekarang. Sebab hanya lelaki itu yang cukup dekat dengan mereka. Mungkin jika ada Jeka atau Seri, ia bisa minta tolong ke mereka.

[Bang Romeo di mana?]

[Lagi ngobrol sama temen sekantor, ada apa?"]

[Oh, nggak papa bang. Lanjutin aja.]

[Ok]

"Bang Romeo lagi sibuk," ujar Joy memberitahu Alvian.

"Eum, coba Chandra," Alvian memberikan alternatif meminta bantuan.

"Eh iya, gue masih punya adek kan. Kok bego sih nggak dari tadi minta tolong Chandra," mungkin karena terlalu lapar, dan lelah otak Joy jadi lambat berpikir. Bahkan sampai lupa dengan Chandra, tapi itu juga di dukung dengan adiknya tidak kelihatan berseliweran di mata Joy. Jadi ini bukan salah ingatan Joy sepenuhnya.

Saat Joy ingin mengetik, Alvian langsung berceletuk, "Langsung telpon aja."

"Iya."

Perlu menunggu sedikit lebih lama hingga Chandra menerima telponnya. Seperti biasa, anak itu selalu lama jika merespon Joy. Padahal ia adalah kakaknya.

"Halo kak, ada apa?" sahut suara Chandra.

"Bawain makanan ke pelaminan dong, gue sama Alvian laper. Buruan ya, gak pakai lama," perintah Joy tanpa basa-basi menanyakan apakah adiknya itu sibuk atau tidak.

"Iya bentar," jawab Chandra dengan terpaksa.

Tanpa menggunakan kalimat penutup, Joy langsung mematikan sambungan telpon itu. 

"Udah?" tanya Alvian.

"Udah, bentar lagi juga Chandra udah nganterin makanan."

Alvian mengangguk mengerti, ia juga menantikan makanan itu. Perutnya lama-lama juga perlu diisi.

Alvian dan Joy sudah menunggu lebih dari sepuluh menit, dan Chandra belum juga sampai. Sebenarnya Chandra cari makan di mana sih, kutub utara. Orang meja prasmanan tak jauh berada di depan mata Joy.

"Bang Alvian, Kak Joy, ini makananya. Gue buru-buru, ada kesibukan," setelah memberikan piring makanan, Chandra langsung kabur dengan dalih ada urusan penting. Entahla itu urusan anak muda, Joy tidak terlalu ingin tahu. Yang paling penting makanan sudah berada di tangannya.

Setelah banyak bersalaman dengan tamu undangan, kini mulai berkurang drastis. Pasangan suami istri itu bisa menikmati makanan sebentar, tampa sibuk menyambut tamu.

Seperti ekspektasi mereka berdua, rasa masakan pesanan ini sangat enak. Tidak rugi Joy bayar mahal EO untuk mempersiapkan acara resepsi meriah ini.

Sesekali Alvian dan Joy mengecek ponsel mereka. Meski hanya sekadar mengecek adakah sebuah pesan atau panggilan penting.

"Rekan kerja di rumah sakit udah sampai. Lo taruh dulu makannya. Kita sambut mereka," jelas Alvian.

Joy mengangguk patuh dan langsung menaruh piring berisi nasi dan beberapa lauknya di bawah meja samping pelaminan.

"Selamat ya Dokter Alvian atas pernikahannya, samawa," ucap Presidir rumah sakit yang memimpin barisan para rekan kerja dokternya. Tak lupa juga tentu saja Karina ada juga di sana.

"Selama Dokter Alvian, Mbak Joy," ucap Karina bergiliran setelah presidir. Tapi mata gadis itu sedikit melirik ke makanan sisa yang belum habis milik Joy.

'Mbak Joy baru menikah jangan makan banyak-banyak. Nanti kalau tambah gendut, Dokter Alvian bisa berpaling loh," bisik Karina kepada Joy setelah memberikan senyuman palsu. Seakan semuanya hanyalah mimpi.

Joy jengkel sekali, berani beraninya anak baru kencur mengoloknya seperti itu. Sayang, sepertinya bisikan Karina tidak terdengar Alvian.

"Haha, nggak apa-apa, makan kan kebutuhan. Daripada nggak makan kurus kering kayak kamu. Mending subur kayak aku, diselingi olah raga udah jadi tubuh ideal," balas Joy dengan savage. Bergasil membuat Karina mentalbrekadown.

TBC

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang