Sesampainya di hotel Alvian dan Joy langsung merebahkan diri di kasur masing-masing. Iya, keduanya memesan satu kamar dengan dua single bed. Dua orang itu, terutama Joy masih belum terlalu nyaman jika mereka harus tidur dalam satu kasur.
"Kenapa kita sewa guide sih? kita kan bisa cari destinasi wisata sendiri," protes Joy begitu tubuhnya sudah menemukan kenyamanan.
"Ya karena kita nggak sempet bikin itinerary. Masa mau mendadak langsung di tempat, baru cari-cari destinasi wisata. Kita ini nggak tahu jalan, nggak tahu kondisi negara ini gimana, emangnya lo mau kalau kita tersesat atau terjadi apa-apa di sini?" jelas Alvian panjang lebar, agar membuat Joy memakluminya karena menyewa guide tour untuk wisata di negara ini.
"Tapi kan ini Singapura, bukan negara yang terlalu asing buat kita."
"Emang nggak asing, cuma kita kan belum pernah ke sini. Apalagi kita cuma tiga hari di sini, menurut gue lebih bagus pakai guide karena mereka pasti paham tempat mana aja yang penting kita kunjungi dalam waktu semepet itu."
Joy berakhir menghela napas kasar. Setelah dipikir lagi, memang sepertinya jika ia ingin bereksplorasi sendiri di negara orang. Dirinya harus membuat itinerary dengan rinci, juga membuat perisiapan secara matang. Joy paham, mereka kurang dalam perencanaan.
"Gue mau tidur kalau gitu, bangunin kalau udah waktunya makan malam ya Vi," pesan Joy. Baterai matanya hanya tinggal 5 watt, ia butuh tidur sebelum melanjutkan eksplorasi.
"Cuci tangan atau cuci kaki dulu sebelum tidur," pesan Alvian, namun lelaki itu tidak mendengar ada sahutan lagi dari Joy. Saat menoleh ke tempat tidur Joy, ia melihat gadis itu ternyata sudah tertidur pulas.
Alvian geleng-geleng kepala, Joy memang rajanya kalau urusan tidur. Di mana saja, tempat apa saja, kalau sudah mengantuk gadis itu tidak perlu waktu lama untuk jatuh ke alam mimpi.
Perlahan Alvian mendekat kearah Joy. Ia menatap wajah tidur istrinya, terlihat lelah namun damai secara bersamaan. Jika diam begini, Joy nampak cantik. Betapa beruntungnya Alvian bisa menikah dengan gadis seperti Joy. Perlahan Alvian menarik selimut yang dipakai istrinya itu, hingga menutupi tubuh sebatas leher. Alvian harap Joy tidur dengan nyenyak, supaya besok mereka bisa melakukan perjalanan dengan lancar dan bahagia.
Menyusul istrinya, Alvian ikut menidurkan tubuhnya di single bed tepat di samping Joy. Semoga mereka bisa bangun tepat waktu untuk makan malam. Karena sebelum berangkat tadi, mereka belum sempat makan.
**
"Kita mau ke mana sih Vi?" tanya Joy begitu penasaran.
"Makan lah, kita kan belum makan malam," jawab Alvian santai.
"Udah telat banget, ini hampir jam tujuh."
"Ya lo tadi dibangunin nggak bisa, makanya jangan kebo."
"Maklumin aja kali Vi, tahu kan kalau acara kita dari dua hari yang lalu itu padet banget. Wajar kalau gue capek."
"Iya iya Putri Tidur, udah sekarang lo ikutin gue. Kita cari makan karena dari sore tadi kita belum makan."
"Siap komandan."
Joy hanya mengikuti Alvian yang terus saja menggandeng tangannya. Entah itu modus atau bukan tapi, Joy merasa nyaman saat tangannya digenggam oleh Alvian. Rasanya hangat, apalagi di Singapura udaranya sedang dingin.
Mereka jalan kaki menelusuri jalanan dekat hotel. Pemandangan malam disini cukup indah dengan lampu-lampu jalan yang menerangi, juga langit malam kali ini begitu cerah dengan taburan bintang-bintang. Kalau beguni barulah terasa perbedaan suasana di luar negeri dan dalam negeri.
Tak berapa lama, akhirnya langkah mereka berhenti di depan sebuah restoran yang cukup mewah. Masih menggandeng tangan Joy, Alvian membawa keduanya masuk dan langsung menuju tempat resepsionis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomancePunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara