FWB: 50

100 12 0
                                    

Untung lah hari ini Joy bisa bangun dengan semangat. Kemarin malam setelah membersihkan diri Joy langsung tertidur nyenyak. Dia tidak memikirkan hal-hal yang akan mempengaruhi waktu tidurnya. Benar kata Alvian dia harus terus semangat. Joy juga ingat kalau hari ini ia akan presentasi proposalnya.

Pagi ini tidak ada mata sembab sama sekali, ia merasa berhasil menjadi wanita kuat. Tumben sekali dirinya tidak menangis, mungkin karena kata-kata Alvian yang menenangkannya. Lelaki itu berkata akan selalu bersamanya pada situasi apapun. Joy begitu beruntung memiliki Alvian di sisinya.

Joy sekarang sudah siap dengan setelan kantornya. Tak perlu waktu lama,  ia kemudian memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Semua orang sudah berkumpul mulai dari kedua orang tuanya, Chandra, Kak Rehan, dan juga Kak Miya. Si bayi kecil Risang juga ternyata ikut sarapan.

"Pagi Joy, kemarin Bunda sama Ayah udah ketiduran duluan sebelum kamu pulang. Jam kamu kemarin sampai rumah?" sapa Bunda.

"Mungkin jam setengah sembilan sih baru sampai. Kemarin aku ketemu kak Rehan waktu membuka pintu rumah," jawab Joy seadanya.

"Iya kemarin Rehan ketemu Joy," sahut Rehan ikut menanggapi.

Setelah bicara dengan Bundanya, Joy jadi ingat kalau adiknya juga ikut makan di sana. Bukannya Chandra bisanya sudah berangkat sekolah.

"Eh, Chan. Kamu enggak ada les pagi? Tumben jam segini masih sarapan bareng kita. Biasanya juga kamu udah berangkat duluan dari pagi," tanya Joy penasaran. 

"Ini minggu tenang, jadi udah enggak ada les lagi. Karena minggu depan aku udah mulai Ujian Nasional, mungkin juga mulai hari ini nggak ada pelajaran untuk kelas dua belas," jelas Chandra menjawab pertanyaan dari kakak perempuannya itu.

"Nggak terasa Chan kamu udah mau lulus aja. Kakak doain semoga kamu bisa diterima di universitas yang kamu inginkan," doa Joy.

"Makasih Kak."

Tidak berhenti di sana. Ternyata Rehan juga ikut menyahut setelah Chandra diam. 

"Joy hari ini gue pinjem mobil lo ya, soalnya mobil gue mau diservis persiapan buat balik lagi ke Jateng," pinta Rehan, ia harus segera mempersiapkan mobilnya mulai hari ini. Karena perjalanan yang cukup jauh, ia harus selalu merawat mobil yang akan membawanya dan anak istrinya kembali ke rumah.

"Loh Kak Rehan udah mau pulang? kenapa enggak lebih lama lagi sih," protes Joy. Gadis itu terlanjur terbiasa akan kehadian Rehan serta Kak Miya dan Risang di rumah ini. Pasti ia akan kangen berat dengan mereka.

"Masih Minggu depan kok, tapi Kakak rencananya mau tinggal di rumah nenek mulai besok. Kasihan, nenek belum ketemu sama kami."

"Joy bakal kangen sama Kak Rehan, Kak Miya, sama Risang. Kalian sering-sering kesini dong kalau liburan," pinta Joy dengan manja.

"Lain kali harusnya kamu yang kunjungin kami, sekalian liburan juga kan. Nanti kakak ajak ke tempat wisata di sana."

"Iya deh kalau Chandra udah libur, nanti kami ke rumah Kak Rehan sama Kak Miya," putus Joy sambil melirik ke arah orang tuanya beserta Chandra. Itu sebagai kode, meminta persetujuan. Dan mereka semua mengangguk setuju. Dengan begini, Joy akhirnya bisa membuat agenda liburan bersama keluarganya di Jawa Tengah.

"Eh, berarti kalau Kak Rehan mau pinjem mobil, Aku berangkat naik apa dong? Chan kamu mau nganterin kakak ke kantor nggak?" tanya Joy seraya menatap adik kesayangannya itu.

"Aduh bukannya nggak mau Kak, tapi kantor Kakak kan jauh dari sekolah Chandra," tolak bocah itu. Tapi, Joy tidak marah sih. Memang benar kantornya agak jauh dari sekolah adiknya, Joy juga khawatir nanti Chandra akan telat karena harus mengantarnya juga.

"Joy kamu nih kayak lupa aja. Biasanya juga bareng sama Alvian sana cepat chat dia supaya kamu bisa bareng, takutnya Alvian udah berangkat ke rumah sakit lagi," sahut Bunda menyadarkan Joy jika gadis itu memiliki sahabat yang bisa dimanfaatkan.

"Oh iya benar juga kata Bunda, Joy lupa kalau punya sahabat yang bisa diandelin diwaktu urgent kayak gini hehe."

Rehan menatap Joy dengan kerutan di dahinya, "Sampai sekarang gue masih heran sama Alvian, kenapa juga dia masih mau temenan sama orang kaya Lo."

"Sewot aja Bang Rehan, Vian juga beruntung kali punya sahabat kayak gue, yang baik hati dan tidak sombong dan suka menolong," balas Joy dengan sombong.

Rehan hanya melengos sebal mendengar jawaban absurd dari Joy, setelahnya Gadis itu mulai duduk di kursi lalu mengambil piring dan mengisinya dengan nasi serta lauk pauk. Gadis itu sarapan dengan tenang sebelum mengirim pesan kan ke Alvian.

[Maaf gue mau ngerepotin lo Vi. Lo udah berangkat belum? Gue mau bareng nebeng ke kantor hari ini.]

Begitulah isi pesan yang dikirim oleh Joy. Tak menunggu waktu lama, ternyata Alvian langsung menjawab pesan itu.

[Untung aja lo chat gue sekarang, padahal gue udah mau berangkat. Kalau begitu gue tunggu lima menit lagi cepetan ke rumah gue.]

[Siap bos OTW.]

"Gimana Joy udah dapat tumpangannya?" tanya Miya penasaran. Karena gadis itu makan sambil melihat ponselnya dengan senyum lebar.

"Udah Kak Miya, Alvian belum berangkat kerja kok. Ini aku mau cepat-cepat makan biar bisa segera ke rumahnya."

Gadis itu makan sangat cepat, seperti sedang diburu kereta api. Namun hebatnya, Gadis itu tidak tersedak atau menumpahkan makanannya berceceran. Joy tetap makan dengan rapi.

"Ayah, Bunda, Kak Rehan, Kak Miya, Chandra, aku mau berangkat kerja dulu. Assalamualaikum," pamit Joy setelah menghabiskan bersih makanan di piringnya.

"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan ya," jawab semua orang di ruang makan itu serempak.

Joy mengalungkan tasnya ke sisi kiri lalu ia berjalan dengan cepat keluar rumah. Ia sudah memakai flat shoesnya dengan nyaman lalu menghampiri Alvian yang bisa ia lihat dari depan rumah sedang memanasi mobil.

"Pagi Vi, sorry gua ngerepotin lo terus dari kemarin," sapa Joy setelah berada di depan pintu kemudi mobil Alvian.

"Kita tuh sama aja kali, sama-sama suka ngerepotin. Tapi kan kita impas karena sudah sering bergantian buat menjemput satu sama lain," ujar Alvian menenangkan Joy yang terlihat begitu merasa bersalah.

Joy mengangguk paham, memang benar mereka ini memiliki sifat sebelas dua belas miripnya. Alfian dan Joy suka sekali meminta tolong jika memang butuh jemputan atau tebengan untuk berangkat kerja. Memang sudah terbiasa, jika hanya saling antar jemput. Meski yang paling sering melakukan itu adalah Joy, Alvian paham gadis itu memang cukup malas jika harus menyetir. Lagi pula, tempat kerja mereka satu arah. Dan itu semakin memudahkan mereka.

Alvian bisa melihat wajah gadis itu tidak menampilkan kan rasa kesedihan sedikitpun. Alvian yakin kalau kemarin malam Joy tidak terlalu larut dalam masalahnya. Sahabatnya itu pasti tidur nyenyak dan tidak menangis. Jika seperti ini Alvian jadi ingin memberi gadis itu sebuah reward karena sudah menuruti nasihatnya kemarin.

"Nanti pulang kantor lo mau nggak gua ajak buat makan malam sama-sama?" tanya Alvian, setelah menyuruh Joy naik ke mobilnya.

"Serius nih? Mau lah gue, tapi lo yang traktir kan?"

"Iya, lo tenang aja gue yang bayarin semuanya."

"Kok lo baik gini sih?"

"Buat nyenengin sahabat gue satu-satunya, biar nggak sedih lagi."

"Makasih Vi."

Rasanya Joy tidak akan pernah bosan berterima kasih kepada lelaki itu.

TBC

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang