"Udah siap?" tanya Alvian menjemput Joy tepat di depan kamar tidur wanita itu. Sesuai permintaaan Alvian, dia sudah berdandan cantik menggunakan gaun malam yang Alvian belikan.
Sebelum adegan Alvian menjemputnya ini, ada sebuah kejadian tidak menyenangkan yang hampir membuat mereka tidak jadi menghadiri pesta. Joy akui memang kejadian itu salahnya, seharusnya ia tidak berkata seperti itu di hadapan Alvian. Lelaki itu pasti sakit hati.
**
Pukul tiga sore sebelum Alvian menjemput, Joy masih bersantai dengan keponakannya. Mengajak bocah kecil itu bermain, sedangkan orang tua anak ini berkencan berduaan di kolam renang rumah ini. Biasalah pasangan muda, padahal juga sudah punya anak satu.
Tadi siang kira-kira jam dua belas, waktu jam makan siang. Jefri menelponnya, menanyakan kabar serta kegiatannya. Kebetulan sekali entah kenapa pacarnya itu bertanya apakah Joy masih sering bertemu Alvian selagi dia dinas.
Tentu dia menjawab dengan kebohongan. Ia tidak mungkin mempertaruhkan hubungan seumur jagungnya ini. Ia harus membangun kepercayaan pada Jefri, agar mereka tetap berlanjut.
"Halo sayang," sapa Jefri begitu Joy sudah menerima panggilannya. Siang ini ia sedikit senggang, hingga Jefri memilih menelepon pacarnya demi bisa mendengar suara lembut wanita itu.
"Hai Jef, lagi istirahat ya?" jawab Joy.
"Iya nih, mumpung longgar mau isi energi ke kamu dulu."
"Emangnya aku cas san? Kamu robot?"
"Bercanda aja, soalnya setiap lihat kamu, dengar suara kamu, pasti rasanya beda, dan akan sangat menyenangkan menerima itu dari kamu."
"Gombal, lalu kamu udah makan kan?"
"Udah, ini barusan selesai. Kalau kamu udah makan?"
"Udah kok."
"Bagus, jangan sampai skip ya. Ngomong-ngomong gimana hubungan kamu dengan temanmu itu?" tanya Jefri penasaran.
Jefri tahu saat ia mendengar perkatan manis Joy. Ia bertanya pasal Alvian, namun gadis itu selau bisa mengelak. Ia butuh kejujuran gadis itu saat ini.
"Kamu tenang aja, aku nggak terlalu dekat dengan Alvian sesuai perintah kamu. Kamu kerja aja ya, gak usah mikir hal aneh."
"Oke, kalau begitu have a nice day. Aku mau lanjut kerja ya."
"Iya, semangat sayang," ucap Joy yang sukses membuat Jefri tersenyum lebar.
***
"Vi, tadi Jefri telepon gue kan. Dia tanya tentang elo. Dia kan nggak suka kalau gue deket sama lo. Terus gue bohong, kalau gue nggak deket sama lo. Sekarang gue jadi merasa bersalah, berasa lagi selingkuh tau nggak."
Alvian mengeryit tidak suka mendengar perkataan Joy. Apa maksudnya dengan Jefri tidak suka kalau gadis itu dekat dengannya. Joy dan Alvian adalah sahabat, tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Termasuk pacar Joy.
"Apa masud lo bilang kayak lagi selingkuh. Lo mentingin pacar lo timbang gue? Gue nggak habis pikir sama lo Joy. Mending gue pulang deh, lo nggak bisa hargai gue."
"Vi, nggak gitu. Maafin gue, ini salah gue. Gue bakal bilang ke Jefri nanti."
"Jangan memaklumi cowok yang suka ngekang lo. Ingat lo punya hak atas hidup lo sendiri. Kalau lelaki itu nggak bisa nerima hubungan kita yang udah terjalin sebelum lo kenal dia, putusin aja. Gue sakit hati sebagai sahabat baik lo," Alvian berujar panjang menasihati Joy. Gadis itu hanya bisa menunduk mengerti, dan menerima hukuman sesuai.
"Maaf, gue selalu mentingin hubungan selain persahabatan kita. Gue nggak pernah nyangka kalau selama ini selalu tertolong berkat persahabatan ini."
"Hm, gue juga minta maaf udah tersulut emosi. Lo juga jadi bingung."
"Iya, udah Vian. Lo sebaiknya cepet siap-siap, gue juga mau mandi ini. Dandan yang ganteng, biar nggak jomplang sama gue yang cantik."
"Iya, padahal juga gue lebih ganteng lagi."
Joy hanya tertawa dengan guyonan Alvian. Lelaki itu memutuskan pulang dan bersiap. Joy pun juga melakukan hal yang sama. Gadis itu mandi, siap-siap, tidak lupa memakai make up agar semakin cantik.
Saat sedang berdandan. Suara ketukan pintu membuyarkan konsentrasi Joy yang ingin mengaplikasikan Pensil Alis. Terpaksa gadis itu membuka, takutnya ada yang penting.
"Apa kak?" tanya Joy begitu melihat Mbak Miya orang yang mengetuk.
"Mau kakak bantu dandan?" tawar Mbak Miya.
"Wah mau kak, ayo masuk. Eh, tapi Risang ada di mana?"
"Lagi nongkrong sama ayahnya. Biasalah, berjemur sore."
"Oh, gitu."
"Ini udah jam lima sore. Pasti sebentar lagi Alvian bakal jemput," ujar Joy.
"Tenang aja, Mbak bisa dandanin kamu secepat kilat."
Joy tertawa kecil, "siap mbak, aku percaya."
Saat Mbak Miya bilang akan cepat, itu benar adanya, fakta. Bahkan cuma lima brlas menit, Joy sudah terlihat cantik seperti putri. Dengan dandanan natural, serta didukung oleh wajah Joy yang memang cantik dari sananya.
"Woah, Mbak Miya keren banget," puji Joy begitu melihat wajah cantiknya di cermin.
"Iya dong, Mbak dulu itu pernah kursus kecantikan. Tapi sayangnya ilmunya belum bisa banyak dipakai. Orang kerjaan Mbak nggak ada sangkut pautnya ke Make up."
"Kalau make up nikahan bisa dong Mbak?"
"Dulu sih pernah belajar ya. Prakteknya sih belum, kamu mau jadi bahan percobaan?"
"Ya kalau Mbak bisa, nanti waktu Joy nikah kan nggak perlu sewa MUA."
"Bener juga, tapi mbak dapat uang nggak?"
"Harga sepupu lah ya Mbak," kata Joy dengan diakhiri sebuah tawa, diikuti juga dengan Mbak Miya yang tertawa.
Saat kedua perempuan itu asik di kamar hingga jam enam malam. Tak terasa, sudah ada sebuah suara mobil. Tentu saja itu mobil milik Alvian.
Lelaki itu berjalan terburu memasuki rumah Joy. Dan kebetulan bertemu orang tua sahabatnya juga sepupunya. Mereka sedang berkumpul sambil bersenda gurau dengan bayi Rinsang.
"Malem ayah, bunda, bang Rehan," sapa Alvian kepada orang yang ada di sana.
"Wuih, ganteng banget lo Vi. Mau ke mana?" tanya bang Rehan penasaran.
Sepupu dari Joy itu tidak bergurau saat bilang Alvian tampan. Lelaki itu dengan setelan jas berwarna biru navy. Serta tatanan rambut rapi. Untuk wajah, Rehan seratus persen akan bilang lelaki itu tampan sempurna.
"Vian mau ajak Joy ke pesta ulang tahun rumah sakit," jawab Alvian.
"Oh, yang acara itu. Iya Joy udah cerita, hati-hati ya karena sampai malam. Have fun," ucap Ayah memberikan izin.
"Makasih. Ayah, bunda nggak mau titip sesuatu?"
"Nggak usah Vi, kalian nikmati aja pestanya," kini giliran bunda yang menjawab.
"Ya sudah kalau gitu. Alvian boleh langsung jemput Joy ke kamar?" izin Alvian dengan sopan.
"Boleh," balas kedua orang tua Joy serempak.
Alvian mengetuk pintu sebentar, menunggu balasan dari dalam. Tak lama keluarlah Mbak Miya. "Eh, Vian. Mau jemput Joy ya?"
"Iya mbak," jawab Alvian.
"Itu anaknya jalan ke sini, Mbak mau ke tempat Rehan dulu. Kamu bantuin Joy jalan ya, dia pakai heels soalnya."
"Oh iya mbak, siap."
Alvian menunggu di depan beberapa saat lalu keluarlah Joy. Melihat penampilan baru sang sahabat, Joy dan Alvian sama-sama terpukau dengan penampakan masing-masing. Alvian yang tertalu tampan, dan Joy yang bak putri kerajaan.
"Lo ganteng."
"Lo cantik."
Secara bersamaan mereka memuji satu sama lain, yang mana itu hal yang jarang dilakukan. Keduanya terdiam sesaat, sebelum tawa meledak di antara mereka. Sungguh sebuah hal lucu, karena kekompakan mereka.
"Udah siap?" tanya Alvian, menawarkan tangannya untuk diraih oleh Joy.
To Be Continue

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomansaPunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara