Sesampainya di Indonesia Joy dan Alvian pulang secara terpisah. Joy langsung pulang ke rumah, sedangkan Alvian menuju rumah sakit. Joy sebenarnya khawatir jika Alvian masih terlalu lelah karena perjalanan dari Singapura. Namun, lelaki itu tetap bersikukuh untuk langsung bekerja, Alvian bilang kalau ia perlu observasi pasiennya dahulu sebelum operasi bisa dimulai.
Joy pulang ke rumah menggunakan taksi sendirian, dengan barang bawaan yang banyak. Bahkan koper Alvian juga ia yang bawa, tapi tidak apa-apa untung saja sopir taksi begitu baik kepadanya dan membantunya menaikkan koper ke bagasi mobil.
Dari bandara sampai ke rumah Joy hampir menghabiskan waktu selama tiga puluh menit, sesampainya di rumah, Joy disambut oleh Bunda dan Ayah serta Mama Alvian juga berada di rumah Joy. Gadis itu turun dari mobil, lalu seger mencium tangan ketiga orang tuanya.
"Joy selamat datang, loh Alvian di mana?" tanya Mama setelah memeluk dan mencium pipi kanan-kiri menantunya. Kemudian sebelum Joy bisa menjawab, Bunda juga melakukan hal yang sama dengan Mama. Sedangkan sang Ayah lebih sibuk membantu untuk menurunkan semua barang bawaan Joy dari mobil taksi.
"Alvian langsung ke rumah sakit, katanya dia harus observasi pasiennya dulu," jawab Joy seadanya. Prihatin melihat Joy yang kelelahan, Mama dan Bunda langsung menggiring putri mereka itu untuk masuk ke rumah.
"Bunda sama Mama udah bikin makanan buat kamu. Ayo kamu makan dulu, pasti capek habis perjalanan jauh," saran Bunda kepada Joy.
Joy terdiam, ia sedang tidak ingin memakan apapun sekarang. Mood-nya sedang buruk dan tubuhnya begitu lelah karena perjalanan. Ia tidak sanggup melakukan apapun lagi sekarang, bahkan hanya sekadar makan Joy malas. Lagipula ia lebih membutuhkan tidur daripada makan.
"Maaf Bun, kayaknya aku mau tidur aja dulu. Aku capek banget," dengan nada lelahnya Joy meminta agar diizinkan untuk langsung tidur.
Seakan paham dengan keadaan Joy yang begitu lemah, Bunda langsung menyuruh putrinya untuk istirahat saja, "Ya ampun, bunda minta maaf udah maksa kamu langsung makan. Kalau gitu sebaiknya kamu istirahat tidur, nanti kalau sudah waktunya makan siang akan Bunda bangunkan ya."
Joy mengangguk setuju dengan pernyataan Bunda, kemudian tanpa berbasa-basi lagi ia langsung berjalan menuju kamarnya. Membawa dua koper berisikan baju miliknya dan Alvian, sedangkan koper yang ada oleh-olehnya ya tinggal di ruang keluarga. Jika ada yang ingin melihat dahulu, biar tidak perlu membangunkan Joy.
Akhirnya setelah perjalanan panjang, Joy bisa masuk ke dalam kamar kesayangannya. Saat ini terasa menenangkan. Tanpa pikir panjang Joy langsung menubrukkan tubuhnya ke atas kasur empuk miliknya. Perlahan kepalanya ia hadapkan langit-langit, sembari kembali memikirikan runtutan tragedi bulan madunya.
Menurut Joy, ini merupakan hari paling buruk dalam catatan kehidupannya. Ia sudah gagal ke Universal Studios Singapura, hari yang ia nanti kan serta ia persiapkan secara matang harus pupus karena pekerjaan Alvian yang begitu mendadak. Mungkin lain kali, Joy sebaiknya pergi berwisata sendiri tanpa mengajak suaminya. Jika ia ingat lagi, bisa-bisa Joy trauma.
Meskipun begitu, Joy masih memiliki keuntungan. Ia mengambil cuti cukup lama, karena ini hari Rabu, yang mana Joy masih memiliki sisa libur empat hari lagi. Sebelum masuk kerja, Joy berjanji akan menikmati liburannya ini dengan sebaik-baiknya.
Joy perlahan memejamkan matanya, supaya ia lebih mudah jatuh ke alam mimpi. Namun, belum juga ia kehilangan kesadaran, suara ketukan pintu begitu nyaring terdengar di telinga Joy.
"Astaga, siapa sih yang ketuk puntu. Nggak ngerti apa kalau gue capek banget hari ini," keluh Joy dengan Lirih.
Ayolah, jangan salahkan Joy yang mengeluh. Gadis itu memang sangat perlu istirahat, tapi entah kenapa warga rumah ini tidak mengerti. Apa perlu Joy memasang gantungan 'Don't Disturb' pada pintu kamarnya supaya tidak ada gangguan.
Meskipun Joy tidak senang, sebagai orang yang baik ia tetap akan membukakan pintu. Dengan malas, ia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan gontai ke arah pintu masuk. Ia buka perlahan pintu itu—
"Mama?" tanya Joy terkejut, karena ternyata mama Alvian yang mengetuk pintunya. Beliau membawa sebuah minuman yang ditaruh di atas sebuah nampan. Joy juga tidak tahu minuman apa itu.
"Joy, maaf kalau Mama ganggu. Tetapi Mama pengen kamu meminum ramuan herbal yang mama bawa. Ini berkhasiat untuk balikin tenaga kamu."
Dengan terpaksa Joy menerima gelas berisi minuman herbal itu, "Terima kasih Ma," kata Joy.
"Sama-sama, setelah ini kamu istirahat aja biar mama yang urus supaya kamar kamu nggak diganggu orang."
"Baik Ma, makasih banget udah bantu Joy."
"Itu kewajiban Mama, karena kamu adalah putri Mama sekarang. Kamu itu kan istrinya Alvian jadi kamu anak Mama juga."
Joy senyum tipis mendengar penuturan Mama, setelahnya beliau langsung berpamitan dan menutup kamar Joy supaya gadis itu segera bisa beristirahat dengan tenang.
**
Ketukan demi ketukan di daun pintu tak kunjung menyadarkan seseorang yang berada di dalam kamar ini. Ini sudah hampir lima jam Joy tertidur, begitu nyenyak setelah meminum ramuan herbal yang Mama antarkan.
"Hoam," sering menguap lebar lalu meregangkan otot-ototnya yang begitu kaku sehabis tidur.
Sekali lagi Aku mendengar ketukan pintu. Kali ini lebih keras dan tidak sabaran, Joy mengumpat dalam hati, siapapun yang mengetuk pintu itu pasti benar-benar tidak memiliki sopan santun.
Joy menarik kusen pintu perlahan dan terpampanglah wajah Alvian yang terlihat khawatir, lelah, bercampur dengan marah.
Ada apa dengan Alvian? batin Joy bertanya-tanya.
"Lu tidur apa mati sih!" bentak Alvian bahkan saat Joy belum melakukan apa-apa.
Gadis itu kaget karena Alvian tanpa aba-aba berteriak kepadanya. Langsung saja, tak kalah lantang Joy ikut terbawa emosi, "kenapa sih datang-datang marah-marah?"
"Gue udah ngetuk pintu lebih dari sepuluh menit, dan gue udah coba miscall lo tapi nggak ada satupun respon. Gimana gua nggak marah, gue khawatir. Gue kira lo pingsan di dalam," ungkap Alvian menggebu.
Melihat Alvian yang terlihat kalut, Joy berinisiatif untuk menepuk punggung suaminya pelan supaya Alvian lebih tenang. " Ya ampun Vi, kayak nggak kenal gue aja sih kalau tidur. Sudah sekarang lo tenang, nggak usah marah-marah."
Alvian menunduk, sepertinya lelaki itu sadar telah ke gabah membentak Joy tadi. Sekarang ia merasa bersalah, "Maafin gue Joy," kata Alvian lirih. Ia benar-benar panik tadi, ia lupa kalau Joy punya kebiasaan tidur yang aneh.
"Nggak apa-apa lo pasti kecapean ya," balas Joy maklum.
Alvian mengangguk, memang benar dia sangat kelelahan. Karena, hampir empat jam full ia menghabiskan waktunya berada di dalam ruang operasi. Lelaki itu tidak beristirahat sama sekali setelah turun dari pesawat.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomancePunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara