FWB: 81

114 21 0
                                    

Joy menggeliat pelan, merasa terganggu dengan suara serak basah Alvian yang terus saja membangunkannya. Perlahan ia membuka mata, dan langsung dihadapkan oleh sebuah bidang datar tepat di depannya. Joy yang masih setengah sadar kepikiran, kenapa ia berhadapan langsung dengan tembok kamarnya, padahal jarak ranjang dan tembok kamar cukup jauh. Lagi-lagi ia belum juga sadar kalau bidang di hadapannya adalah dada Alvian.

Jemari lentik Joy meraba benda yang ada di depan matanya. Ia menusuk-nusuk kecil, dan rasanya empuk, hangat,  ini seperti tubuh manusia. Joy juga bisa mencium bau wangi maskulin dari tembok itu, ia menghidu pelan meresapi bau lembut menguar sari sana.

"Lo sadar enggak apa yang lo raba-raba," gumam Alvian dengan nada memperingati, yang pasti terdengar jelas di telinga Joy. Sungguh gadis itu tidak tahu, jika ada singa yang sedari tadi menahan diri agar tidak memangsanya. 

Joy menatap telapak tangannya yang masih bertengger nyaman pada dada bidang Alvian. "AAA," pekik Joy kaget, karena baru tersadar bahwa ia telah tertidur begitu dekat dengan Alvian bahkan sampai menempel ke tubuh lelaki itu astaga mau dibawa ke mana mukanya ia sungguh malu berhadapan dengan Alvian sekarang.

"Sory Vi, lagi pula gue kayaknya pasang pembatas semalam," Joy meminta maaf dan menyampaikan kejanggalannya. Dalam benak gadis itu, kepikiran bagaimana bisa dia tidur di samping Alvian bahkan sampai menempel di dada lelaki itu, Joy tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Ia ingat sekali kalau sebelum tidur sudah menyusun pembatas, dengan guling. Kenapa saat bangun tidur, posisinya sudah berubah. Kalau begini kan, Joy jadi malu.

"Nggak tahu, bangun-bangun lo udah nempel ke gue. Daripada mikirin itu, lebih baik lo buruan bangun aja sekarang dan kita sholat subuh jamaah," Alvian terus berusaha untuk mengalihkan pembicaraan mereka dari batas tempat tidur. Alvian tidak ingin ketahuan oleh Joy kalau dirinya lah yang memanplg sengaja menyingkirkan batasan itu. 

Tidak menunggu sampai kesadaran Joy penuh, Alvian langsung beranjak bangun dari tempat tidur. Ia melangkahkan kaki panjangnya memasuki kamar mandi untuk mempersiapkan diri sebelum shalat subuh. Terlebih lagi ia tidak ingin Joy curiga, biarlah sahabatnya itu kebingungan, yang pasti Alvian tidak ingin ketahuan.

Sesampainya di dalam kamar mandi, Alvian terus memperhatikan bagian selatannya yang sejak tadi masih tegang disebabkan oleh Joy. Lelaki itu merasa bersalah telah berpikiran kotor pada sahabatnya, apakah mungkin karena ini interaksi terdekat Alvian dengan Joy sebagai seorang wanita sehingga membuat lelaki itu tanpa sadar bergairah.

Alvian harus buru-buru mengguyur kepalanya dengan air dingin, hal itu pasti efektif untuk menurunkan libidonya. Ia jadi takut kalau secara tidak sadar malah mengambil kesempatan saat bersama Joy. Hubungan mereka belum sedekat itu, Alvian tidak ingin dicap sebagai orang aneh bagi gadis itu.

Setelah beberapa saat bergumul menghabiskan waktu di kamar mandi. Alvian akhirnya keluar dengan kondisi yang sudah bersih, lelaki itu bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuknya sebagai penutup bagian bawah. Tangan satunya ia gunakan untuk mengeringkan rambut basahanya. Semua yang dilakukan laki-laki itu terlihat menyegarkan.

Sedangkan Joy, gadis itu masih terpaku di tempat tidurnya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin menjadi penyebab dirinya bisa kelepasan tidur di dada Alvian. Tetapi nihil, ia tidak mungkin menuduh jika Alvian penyebabnya. Dilihat dari wajah datar itu, Joy tahu kalau Alvian jujur dan strategis

"Joy, buru ke kamar mandi, kita bakal jamaah," perintah Alvian dari depan ranjang, lelaki itu masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"Iya maaf," kata Joy lalu menolehkan kepala ke arah samg suami. Namun, sebuah pemandangan panas nampak di mata Joy, otomatis ia langsung mengalihkan pandangannya dari dada bidang serta perut sixpack Alvian. Pipinya tiba-tiba memanas, ini pertama kalinya ia melihat tubuh naked laki-laki asing selain  keluarganya.

Bergegas Joy langsung turun dari kasur, menghindari kontak mata dengan Alvian. Ia menutup pintu kamar mandi, dengan sedikit keras hingga membuat Alvian sedikit tersentak kaget. Lelaki itu hanya geleng-geleng kepala, melihat kelakuan ajaib istrinya.

**

Untuk kegiatan rutin di pagi hari Alvian dan Joy melakukannya seperti biasa. Mereka shalat berjamaah lalu membaca Al-Quran hingga jam enam pagi, setelah itu Alvian langsung bersiap untuk kembali bekerja. Sebab cuti seorang dokter tidak tidak bisa terlalu lama, berbeda dengan cuti pada kantor Joy.

Seperti yang diajarkan oleh Bunda dan Mama, ia merapikan tempat tidurnya dahulu, menyapu lantai kamarnya, dan membersihkan beberapa tempat berdebu. Karena ini juga hari libur, jadi Joy bisa melakukannya dengan santai. Setelah pekerjaan untuk membersihkan kamar tuntas. Joy dengan cekatan menyiapkan baju kerja untuk Alvian, dan meletakkannya di kasur. Supaya lelaki itu dengan mudah bisa mengambilnya.

Karena Joy sudah melakukan bersih-bersih dan juga mengurus suaminya. Ia sekarang keluar dari kamar dan membantu bundanya yang sedang masak di dapur bersama Mama.  Joy ingin terlihat seperti menantu idaman yang bekerja membantu mertuanya untuk menyiapkan sarapan.

"Bun, ada yang bisa dibantu?" tanya Joy penasaran setelah sampai dapur dan melihat kedua ibunya sedang berkutat dengan kompor dan bahan masakan.

"Untuk masak belum, sebaiknya kamu bantu kami untuk bikin minuman. Ayah kamu dan Alvian kopi panas, lalu teh hangat untuk kita bertiga minum nanti, dan yang terakhir susu hangat untuk Chandra dan sepupunya Alvian yang hari ini mulai tinggal di rumah Alvian," perintah bunda. Sepertinya kalau untuk masak, Joy memang tidak bisa menandingi dua wanita hebat itu, Bunda dan Mama.

Tanpa pikir panjang gadis itu langsung melakukan tugas sederhana itu. Itu bukan tugas yang sulit. Saat Joy keluar kamar tadi, seluruh ruangan nampak bersih dan tertata rapi. Sehingga ia tidak perlu mengeluarkan tenaganya untuk bersih-bersih.

Selama beberapa hari ke depan, ia dan Alvian akan tinggal di rumah Joy. Lalu pindah ke sebrang, ke rumah Alvian. Selanjutnya barulah Alvian membawa merek ke rumah baru.

"Udah jadi ma," lapor Joy. Gadis itu membawa minuman ke meja makan. Untuk disuguhkan kepada semua orang.

"Kamu taruh aja Joy, habis ini kamu boleh kembali ke kamar. Urusi saja dulu suami kamu," saran Mama.

Dalam hati, ia membatin jika sudah menyelesaikan tugasnya sebagai istri. Menyiapkan baju untuk suaminya sudah ia lakukan. Tetapi sepertinya dua ibundanya itu menginginkan Joy ke kamar lagi. Dengan langkah gontai ia kembali memasuki kamar, namun tanpa sadar tidak izin dulu dan malah menyelonong masuk.

"Ya ampun Joy, gue kaget," ujar Alvian yang masih fokus berkaca. Untung saat ini posisinya sudah berpakaian, tinggal memakai dasi saja.

"Maaf, gue lupa kalau kamar ini ada dua penghuni," ringis Joy meminta maaf. Ia melihat sang suami berkaca, dan sadar sedang kesulitan dalam memakai dasi.

"Perlu bantuan?" tunjuk gadis itu pada dasi yang ada di genggaman Alvian.

"Yes, please," pinta Alvian.

TBC

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang