Brother Konflik 023

1.1K 82 10
                                    

Di sebuah cafe tepi kota Byantara, salah satu tempat yang menjadi favorit anak muda untuk nongkrong dan bersantai. Menikmati pemandangan sore hari dari jendela toko sembari meminum secangkir kopi, mendengar lalu lalang kendaraan yang tak begitu ramai. Rasanya sangat nyaman dan tenang.

Kini, Genandra tengah duduk sendirian di kursi cafe dengan dua cangkir kopi yang telah ia pesan. Jari jemarinya mengetuk-ngetuk meja, gelisah. Anak itu nampaknya tengah menunggu kedatangan seseorang. Sampai, terdengar bunyi lonceng dari pintu cafe sebagai tanda ada seseorang yang masuk.

Reflek, kepala Genandra langsung menoleh ke arah sumber suara. Di saat itu juga, bibirnya yang semula melengkung ke bawah kini mengembang sempurna. Ia senang, akhirnya orang yang telah ia tunggu datang juga.

"Mama," panggil Genandra kepada wanita cantik berusia empat puluh tahun itu, ekspresinya nampak dingin ketika bertemu dengan laki-laki tersebut. Ia mengambil duduk di sebuah kursi kosong semeja dengan Genandra.

"Kabar Mama gimana?" tanya Genandra dengan kedua sudut bibir masih terangkat, ia tak perduli meskipun lawan bicaranya sekarang tak merespon baik. Sebab, yang terpenting Genandra bisa kembali bertemu dengan wanita itu dan menghabiskan waktu bersama.

"Bagaimana perintah Mama, sudah kau lakukan?" balas Nyonya Laras, mantan istri dari Tuan Agral sekaligus Ibu kandung Genandra. Dan juga, dokter pribadi Antariksa sewaktu kecil dulu.

Nyonya Laras meninggalkan Genandra bersama Tuan Agral, memilih pergi bersama pria kaya pilihannya. Sekarang, ia kembali lagi sebab perusahaan milik suaminya itu hampir bangkrut, Nyonya Laras baru ingat jika Tuan Agral adalah pengusaha sukses dan Genandra masih tinggal serumah dengan dirinya. Kembalinya dia bukan tanpa alasan, tentu saja ingin merebut harta yang dimiliki oleh mantan suaminya itu.

"Sudah Ma, Genan sudah lakukan sesuai perintah Mama," balas Genandra. Jika kalian berpikir, kenapa Genandra tega melakukan hal seperti ini? Singkat saja, sebab Genandra ingin mendapatkan kembali kasih sayang dari Ibu kandungnya.

Meskipun Nyonya Mawar sudah memberikan kasih sayang yang penuh, dan tak pernah membeda-bedakan antara dirinya dengan Antariksa. Namun tetap saja, Ibu tetaplah Ibu, Genandra menginginkan kasih sayang dari Ibu kandungnya sendiri. Apalagi, dulu ia sempat kehilangan hal tersebut akibat perceraian.

"Bagus, Mama tahu kamu bisa diandalkan," respon Nyonya Laras puas, senyuman smirk pun terbit di bibirnya. Dia merasa senang sebab membujuk Genandra tak sesulit seperti yang ia bayangkan, ternyata laki-laki itu masih luluh dengan dirinya walaupun setelah peristiwa dulu. Padahal awalnya dia berpikir anak itu pasti akan membenci dirinya.

"Bagaimana dengan Antariksa?" tanya Nyonya Laras sekali lagi.

"Seperti yang Mama bilang, rencana yang Mama bilang waktu itu sudah Genan lakukan. Sekarang aku jamin, semua anak-anak di sekolah pasti benci sama dia," balas Genandra.

"Apa ada yang curiga?"

"Sejauh ini belum ada Ma, semuanya bersih sama seperti yang Mama mau." Mendapat jawaban seperti itu membuat keyakinan dalam diri Nyonya Laras semakin menguat, rencananya pasti akan semakin lancar dan tujuan nya bisa tercapai dengan cepat tanpa hambatan.

"Bagus, Mama senang kamu bisa melakukan perintah Mama dengan baik," balas Nyonya Laras.

"Kalau begitu jadi, mmm...," jeda Genandra menautkan jari-jari nya yang basah karena keringat dingin. Bola matanya memandang ragu, "nanti, mmm..."

"Bicara yang jelas Genan," protes Nyonya Laras lalu mengambil secangkir kopi tersebut dan meminumnya.

Genandra membiarkan sampai wanita itu selesai menyesap kopi itu, dan menaruhnya kembali di atas meja. "Genan... Genan sudah lakuin semua perintah Mama, itu artinya Genan bisa tinggal sama-sama lagi kan kayak dulu sama Mama?" tanya Genandra sedikit takut, namun juga menyimpan sejuta harap dibaliknya.

"Hm," deham Nyonya Laras, secara tak langsung Genandra menganggap itu sebagai jawaban setuju. Akhirnya, setelah sekian lama penantian, dia kembali bisa merasakan kasih sayang dari Ibu kandungnya. Sebuah cinta yang benar-benar ingin dia dapatkan. Walaupun untuk mendapatkannya saja, dia harus mengorbankan sesuatu yang lain.

"Apa anak itu sekarang dibenci satu sekolah?"

"Mungkin tidak semuanya, tapi ini sudah cukup untuk menjadi awal kehancuran Antariksa. Apalagi kalau berita ini sampai didengar oleh Papa, aku mau tahu bagaimana ekspresinya nanti," balas Genandra tersenyum licik.

Nyonya Laras mengangguk setuju, "hm, aku tahu betul bagaimana watak Papa mu itu. Aku juga ingin tahu, bagaimana responnya setelah mengetahui berlian yang selama ini dia jaga untuk menjadi penerus perusahaan, harus rusak karena kasus pelecehan yang dia lakukan di sekolah," ujar Nyonya Laras kembali menikmati secangkir kopi itu.

"Bagaimana pun juga, kau harus menjadi penerus perusahaan Kasela, walaupun nanti akhirnya kita harus menyingkirkan Antariksa. Terkadang, dalam permainan kita harus bermain kotor sedikit supaya menang, Genan,"  sambungnya dan membuat alis Genandra bertaut.

"Apa... apa membuat Antariksa bahaya dengan geng motor waktu itu masih kurang Ma?" tanya Genandra khawatir.

"Apa maksud mu?"

"Maksud aku... aku kurang setuju kalau sampai mencelakai Antariksa lagi Ma, apa kita tidak bisa bermain sehat saja tanpa melukai siapapun?" balas Genandra, dia memang mendukung rencana Mamanya. Tapi, tak bisa dipungkiri jika Genandra sebenarnya memang menyayangi Antariksa. Jika bukan karena wanita itu, ia tak mungkin sampai melakukan sesuatu sejauh ini.

"Jadi kau khawatir? Kalau melakukan hal seperti ini saja masih ada belas kasihan di dalam hati mu, buang saja keinginan mu hidup kembali bersama saya," tajam Nyonya Laras.

"Bu-bukan itu maksud Genan Ma."

"Lalu apa? Kalau kau menginginkan sesuatu pasti harus ada yang dikorbankan Genan. Kalau kau menginginkan Antariksa dan juga Mama secara bersamaan itu mustahil, kau mesti memilih salah satu dari dua hal itu," balas Nyonya Laras membuat Genandra bingung. Di satu sisi adalah saudara tiri yang telah ia anggap seperti adik kandung, sedangkan di sisi lain adalah wanita yang sangat ia sayangi.

"Jadi sekarang pilih, Mama atau mereka?"

Dengan ragu bibir Genandra terbuka, "Mama," jawab Genandra. "Genan pilih Mama," sambungnya mengundang senyum Nyonya Laras.

"Bagus, kita akan kembali seperti dulu lagi setelah misi kita tercapai," ucap Nyonya Laras lalu mengelus rambut putra semata wayangnya itu.

Sedangkan di sisi lain, sebuah meja di belakang dua orang itu. Ada yang diam-diam merekam pembicaraan antara Genandra bersama Nyonya Laras. Di sepanjang obrolan mereka, laki-laki itu tak henti-hentinya tersenyum dan sedikit menahan mual. Ternyata jaman sekarang masih saja ada manusia berjenis seperti mereka.

"Ibu anak sama aja, sama-sama najis gue denger nya. Haaah, so jadi ini lo Genandra. Padahal niat gue dateng ke kota sekarang mau nikmatin kopi, tapi Tuhan malah ngasih gue tontonan gratis," batin Antarez tersenyum smirk, sekarang dia mengenakan hoodie hitam dan topi abu-abu.

"Dasar anak pungut, gue ikutin cara main lo." Antarez berdiri sambil menekan topi yang ia kenakan agar menyamarkan wajahnya, Antarez berjalan menghampiri meja dua orang tersebut dan menyenggol sedikit keras bahu Genandra hingga, kopi yang hendak ia minum pun tumpah membasahi celananya.

"Brengsek! Lo punya mata nggak sih!" emosi Genandra dan menyaksikan orang itu malah keluar begitu saja dari dalam cafe tanpa meminta maaf.

"Hm gonggongan anjing," gumam Antarez tidak perduli.

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang