Brother Konflik 031

1K 77 14
                                    

"Anjing hanya akan menurut pada siapa yang memberikan ia daging."

-Antarez Putra Kasela-

********

Setelah bermain cukup lama di rumah Zavian, Garuda bersama Samudra akhirnya memutuskan untuk pulang. Tak segan-segan Zavian membawa sekantong kresek berisi cemilan dari rumah Zavian, bukan kalap, tapi memang Zavian sendiri yang menawarkan, lagipula stok makanan anak itu sudah banyak.

"Rezeki tidak boleh ditolak." Itulah kata yang diucapkan Samudra ketika menerima makanan tersebut. Siapa sih yang nggak mau cemilan gratis?

Seperginya dari kediaman Zavian, Garuda berpisah dari Samudra di perempatan jalan karena memang lokasi rumah mereka yang berbeda. Namun, ternyata Garuda membelokkan kemudi motornya menuju ke tempat lain, sebuah toko bunga di tepi jalan.

Laki-laki itu membeli bunga tabur yang dikemas dalam keranjang, lalu bergegas pergi dari sana menuju ke sebuah tempat yang menjadi tujuan utamanya.

Beberapa menit kemudian, akhirnya motor sport itu berhenti dan terparkir di depan pintu gerbang berwarna hitam sedikit berkarat. Dari luarnya saja, Garuda sudah bisa mencium aroma harum yang pekat disertai aura mistis, lingkungannya yang sepi semakin menambah kesan horor saja. Tapi, ini sudah biasa, tak ada yang perlu ditakutkan, dengan langkah santai Garuda memasuki pemakaman tersebut.

Sesampainya di dalam, mata Garuda dibuat membulat ketika memandang makam Nyonya Zahra—Ibu Garuda sudah ditaburi bunga mawar di atasnya, bunga itu terlihat baru dan segar, seperti tak lama ada seseorang yang sengaja menaruh di atasnya.

"Ini udah yang kesekian kalinya setiap gue ke sini, makam Mama sudah bertabur bunga," gumam Garuda yang telah berdiri di hadapan gundukan tanah tersebut. Aroma kembang tujuh rupa tercium kuat memasuki hidung nya. "Siapa yang melakukan ini?" sambungnya berpikir.

Garuda selalu mencoba berpikir positif, mungkin saja ini dari orang-orang terdekat ataupun kerabat keluarga. Garuda juga senang jika masih ada orang yang mengingat wanita tersayangnya itu, dia bersyukur meskipun Mamanya sudah lama pergi namun tetap diperlukan dengan baik.

"Ma, Garuda pulang," ujar Garuda sendu sembari jongkok di samping makam tersebut, ia mengelus batu nisan itu seperti tengah membelai kepala Nyonya Zahra dulu, lalu menaburkan bunga di atasnya. "Sudah satu tahun Mama pergi ninggalin Garuda, gimana kabar Mama sekarang? Pasti nggak nahan sakit lagi ya."

Pelupuk mata Garuda memanas, dulu, setiap pulang sekolah ia selalu menceritakan semua yang ia alami di sekolah kepada Nyonya Zahra. Wanita itu selalu bisa menjadi tempat terbaik untuk Garuda bercerita, respon yang wanita itu berikan tak pernah mematahkan ekspektasi nya.

Sejak kepergian Nyonya Zahra, ditambah Antarez dari hidupnya. Garuda sering berbicara dengan dirinya sendiri, apakah dia gila? Tidak. Hanya saja rumah tempat ia bercerita sudah runtuh tak tersisa, ia bingung tak kenal arah. Ia bisa saja bercerita kepada orang lain selain mereka, tapi Garuda takut ekspektasinya sudah rusak ia sebelum memulai.

"Aku... rindu belaian tangan Mama, masakan Mama setiap harinya, bercanda sama Mama, suara Mama. Sekarang semuanya sudah hilang," lirih Garuda merasakan bulir air mata membasahi pipinya, dengan segera ia menyeka cairan itu. "Sekuat apapun laki-laki, Garuda tetap membutuhkan Mama di sisi Garuda," sambungnya menempelkan dahinya dengan batu nisan Nyonya Zahra.

"Istirahat yang tenang ya Ma, besok Garuda datang lagi ke sini." Garuda mencium singkat batu nisan tersebut lalu berdiri, netranya menatap sejenak makam tersebut dan tersenyum. Dengan berat hati, Garuda pun berjalan pergi dari sana.

Selang beberapa menit setelah kepergian Garuda, seorang lelaki berhoodie hitam mengenakan masker berdiri di depan makam Nyonya Zahra. Tangan kanannya membawa keranjang bunga yang sudah kosong, ia melepaskan tudung hoodie beserta masker yang dikenakannya. "Tenang saja, lo nggak perlu khawatir tentang Bunda Aza. Gue ada di sini... Garuda," ujar Antarez.

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang