-Di dalam mobil-
"Bunda tadi darimana aja, Antariksa telpon kok gak diangkat-angkat?" Tanya Antariksa duduk di kursi depan samping ibunda yang tengah menyetir mobil.
"Iyah sayang bunda minta maaf, tadi rapatnya lumayan lama. Sengaja handphonenya bunda matiin biar gak ganggu, dan waktu sudah selesai baru bunda cek lagi, dan langsung cepet-cepet buat jemput kamu," Jawab ibunda dengan pandangan mata tertuju pada jalan di depannya.
Suasananya terasa sangat sepi, hanya ada beberapa kendaraan saja yang melintas di jalan raya. Mungkin memang karena sekarang sudah jamnya semua orang untuk beristirahat.
"Sekarang sudah pukul sebelas malam loh bund, lama banget yah rapat kantornya sampai-sampai lupa sama anak sendiri," Sindir Antariksa sekilas melirik kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Memang apa salahnya sih cek pesan dari aku sebentar, ganggu banget yah bund buat lihat pesan dari Antariksa?" Sambungnya.
"Antariksa, kan sudah bunda bilang, kalau tadi rapatnya itu memang penting banget untuk kantor bunda sayang. Bunda juga gak nyangka kalau bakalan selama itu," Balas Ibunda mencoba membela diri.
"Bahkan lebih penting dari nyawa anak bunda sendiri?" Lirih Antariksa.
"Kamu ini bicara apa sih? makin ngelantur ngomongnya," Jengkel ibunda menautkan kedua alisnya, selepas mendapat jawaban seperti itu dari Antariksa.
"Bisa aja itu tadi pesan terakhir dari Antariksa, kalau sampai nyawa aku gak selamat."
"Antariksa!" Bentak ibunda tiba-tiba mengerem mendadak, membuat tubuh Antariksa sedikit terdorong ke depan.
"Kamu ngomong apa sih sama bunda? nyawa, nyawa apa!" Iris mata nona Kasela berubah menjadi tajam, dirinya merasa kesal kepada sifat anaknya sekarang. Sebab, jarang sekali Antariksa sampai berani beradu mulut dengan dirinya.
Beberapa detik ibunda melihat penampilan Antariksa mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut, nampak ada perubahan yang cukup signifikan dari penampilan anak itu, berbeda dari pertama awal mereka bertemu.
"Dagu kamu, kenapa ada luka lebam disana?" Tanya ibunda memegang dagu putih Antariksa. "Terus, tas kamu kemana?" Sambungnya selepas sadar kalau dari awal Antariksa masuk kedalam mobil, ia tidak membawa apapun.
"Antariksa, jawab bunda! kenapa dandanan kamu jadi preman seperti ini? kamu ikut tawuran?" Kemarahan ibunda semakin memuncak, Antariksa hanya diam tidak memberikan penjelasan.
Baru kali ini, nona Kasela melihat anak kesayangannya berpenampilan urakan seperti itu. Baju tidak dimasukkan ke dalam, rambut acak-acakan, dua kancing atas baju terbuka, dan yang semakin mengejutkannya terdapat lumayan banyak bekas luka ditubuh juga wajahnya.
"Bunda baru sadar? memang daritadi mata bunda lihat kemana?" Lirih Antariksa tersenyum smirk.
"Antariksa gak tawuran kok bun, aku cuman jadi tawanan," Pungkasnya mampu membuat kedua bola mata ibunda terbelalak.
"Tawanan apa?" Tanya ibunda sekali lagi, dan akhirnya Antariksa pun menceritakan semua, soal sebenarnya apa yang sudah terjadi kepada dirinya.
Nona Kasela semakin dibuat terkejut, setelah mendengar bahwa Antarez anak sulungnya itu adalah ketua geng motor dan juga terlibat dalam pertarungan besar tersebut.
"Kalau bukan karena kakak, bunda pasti cuman bisa lihat mayat Antariksa sekarang," Ujar Antariksa selepas selesai menceritakan semuanya.
"Bunda gak perlu terkejut, ini bukan salah kakak kok bun. Kakak Antarez menjadi berandalan seperti itu karena ulah kita berdua, terutama bunda."
"Ini semua salah bunda, kenapa dulu bunda cuman bawa pergi Antariksa aja dari rumah papa? kenapa kakak juga gak dibawa?" Ujar Antariksa mengungkit kembali masa lalu kelam itu, membuat keping-kepingan memori tersebut kembali terekam di dalam pikiran nona Kasela.
"Ini semua bunda lakukan, hanya demi kebaikan kalian berdua," Jawab ibunda dengan raut muka datar.
"Demi kebaikan siapa!" Bentak Antariksa kepada ibunda. "Demi kebaikan bunda sendiri agar bisa terbebas dari papa," Sarkas nya, lalu sebuah tamparan keras mendarat di pipi Antariksa.
"B-bunda ... bunda tampar aku?" Kejut Antariksa masih memegang pipi kirinya yang terasa panas, ibunda terdiam seketika menatap tak percaya ke arah telapak tangannya yang terbuka, masih membekas rasa hangat disana.
"A-apa yang sudah ku lakukan?" Batinnya, nona Kasela sama sekali tidak pernah memarahi atau sampai menyakiti Antariksa sedikitpun sedari ia kecil. Semua itu ia lakukan untuk menjaga perasaan serta diri Antariksa agar bisa bahagia dan tumbuh dengan baik. Tetapi, baru kali tangannya ia layangkan untuk menampar pipi anaknya.
"Jadi sekarang aku mengerti apa yang kakak rasakan," Ujar Antariksa menurunkan tangannya dari pipi, menundukkan sedikit kepala membuat beberapa helai poni menutupi matanya.
"Ternyata disakiti sama orang terdekat kita itu sakit yah, bunda yang dulu gak pernah sakitin aku aja ternyata bisa sampai seperti ini. Apalagi kakak yang tinggal berdua sama papa," Sambung Antariksa, ibunda yang mendengarkannya pun semakin merasa bersalah.
"Bunda tahu kan, kalau papa itu punya sifat tempramental bahkan sampai main tangan. Antariksa dulu waktu kecil juga sering lihat sama kakak, kalau papa selalu menggunakan kekerasan supaya bunda mau menuruti semua kemauan papa."
"Bunda sebagai istrinya yang sudah hidup bertahun-tahun dengan papa aja bisa sampai disakiti seperti itu, lalu bagaimana dengan kakak Antarez bun?" Ujar Antariksa menoleh kepada ibunda seolah-olah meminta jawaban dari wanita itu.
"Antariksa tidak tahu, sudah berapa banyak luka yang papa berikan kepada kakak. Tapi- aku berharap semoga saja tidak ada, aku tidak mau melihat kakak sengsara bun, terutama mentalnya."
"Walaupun begitu, aku tidak pernah melihat kakak mengeluh," Antariksa tersenyum simpul. "Bahu kakak Antarez terlalu kuat."
"Sayang, bunda tidak bermaksud untuk memisahkan kalian berdua," Ujar ibunda memegang pundak Antariksa, tetapi gagal saat anak itu menjauhkan sedikit tubuhnya.
"Enggak apa-apa kok bun, lagipula sekarang kakak sudah benci sama Antariksa. Padahal sudah berkali-kali aku coba bersikap baik sama kakak, tapi dia tetap dingin," Balas Antariksa merasa seolah-olah Antarez seperti membuat dinding besar sebagai pembatas antara ia dengan dirinya.
"Kita pulang aja bun, aku sudah capek," Pinta Antariksa mengalihkan pandangannya ke pintu kaca mobil.
"Oke," Jawab ibunda singkat, ia tidak tahu lagi harus memberikan respon seperti apa. Kejadian hari ini sungguh diluar dugaannya. Lalu, mesin mobil pun kembali menyala, dan berjalan menuju arah pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Подростковая литература[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...