Eps 33

6.3K 456 12
                                    

"Dulu kita memang bukan siapa-siapa, tapi hubungan pertemanan menyatukan kita seperti keluarga."

-Garuda-

********

"Nih!" Garuda menyodorkan sepotong roti berisikan daging kepada Antarez, yang tengah duduk di tempatnya dengan wajah tertekuk.

"Makan, gua tahu Lo laper," ucap Garuda menyuruh agar Antarez mengambil sepotong roti itu dari tangannya.

Antarez menatap sepotong roti yang terlihat begitu menggiurkan, sepertinya sangat lezat. Apalagi perut anak itu tidak bisa berbohong sekarang, kalau dia sedang merasa sangat lapar.

"Tadi katanya Lo gak bawa bekal?" ujar Antarez kepada Garuda.

"Yah maaf, gua lupa Rez, baru inget nih waktu pulang dari kantin. Udah cepet makan gih! Atau perlu gua suapin nih!" balas Garuda hendak memasukkan makanan tersebut ke dalam mulut Antarez.

"Ayo buka mulutnya sayang, pesawatnya sudah datang."

"Jijik Da!" geli Antarez menjauhkan kepalanya dari tangan Garuda. "Gua masih waras!" tambahnya.

"Yah makanya makan dong! Gua sudah punya inisiatif buat suapin, Lo tahu kan kalau ini itu momen langka, gak semua cewek bisa dapetin kesempatan ini."

"Tapi gua cowok astagfirullah," batin Antarez menyebut. Supaya tidak mendapatkan perlakuan aneh dari sahabatnya itu lagi, Antarez langsung mengambil sepotong roti pemberian Garuda itu.

"Makasih," ujar Antarez lalu memakannya dengan lahap.

"Sama-sama," balas Garuda tersenyum, dan duduk di depan Antarez ikut memakan sepotong rotinya yang lain.

"Oh yah Da, gimana keadaan mama Lo? Sudah membaik kan?" tanya Antarez disela-sela makan.

Garuda mengangguk beberapa kali seraya masih mengunyah makanan yang berada dalam mulutnya. "Alhamdulillah, kemarin baru aja pulang dari rumah sakit," jawab Garuda.

Nyonya Zahra, wanita yang begitu berjasa dalam hidup Garuda. Beliau mengidap penyakit gangguan pernafasan yang semakin memburuk akhir-akhir ini, hingga beberapa kali dilarikan di rumah sakit. Ayah Garuda, tuan Alam, juga sangat memperhatikan soal kondisi istrinya. Dan mengupayakan segala cara agar wanita itu cepat sembuh.

Mama Garuda sudah Antarez anggap seperti Bundanya sendiri, wanita itu begitu baik. Antarez seringkali mendapatkan perlakuan hangat layaknya seorang ibu dari nyonya Zahra, begitupun juga dengan tuan Alam.

Antarez tidak mendapatkan kasih sayang sama sekali di keluarga dia sendiri, melainkan bisa merasakannya di keluarga temannya yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan dirinya.

"Alhamdulillah, kalau Lo butuh apa-apa buat pengobatan Bunda Aza, bilang aja sama gua, gua pasti bantu kok," balas Antarez, Bunda Aza begitulah cara dia memanggil nyonya Zahra.

Garuda mengangkat kedua sudut bibirnya, dia merasa begitu beruntung memiliki teman baik seperti Antarez. "Iyah, thanks Rez," balas Garuda.

"Santai, Mama Lo sudah gua anggap seperti Bunda gua sendiri."

"Asek, berarti kalau begitu gua saudara Lo dong! Jadi gua boleh panggil Lo Abang," sahut Garuda antusias.

"Gak!" tolak Antarez mentah-mentah. "Ogah gua punya saudara pecicilan macam Lo," sambung Antarez membuat Garuda mengerucutkan bibirnya.

*******

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, seluruh jam pembelajaran segera diakhiri. Mata-mata kantuk yang semula terlihat dari siswa-siswi terutama yang anak duduknya paling pojok, kembali jernih dan bersemangat. Sungguh dahsyat!

Antarez memutuskan untuk langsung pulang, sebenarnya hari ini adalah jadwalnya anak-anak futsal latihan untuk mempersiapkan turnamen nanti. Garuda sudah memaksa Antarez berulang kali agar mau ikut, tapi ia tetap menolak. Ada janji yang harus dia tepati dengan tuan Agral waktu itu, dan Antarez tidak bisa mengingkarinya begitu saja.

Antarez pergi ke parkiran sekolah terlebih dahulu untuk mengambil sepeda motornya, betapa terkejutnya, ia melihat selembar brosur perlombaan futsal tersebut tertempel di bagian tangki bensin yang direkatkan dengan selotip.

"Gak ada kerjaan banget sih," sebal Antarez mengambil brosur tersebut, dia baru menyadari kalau ada tulisan tersembunyi berada dibelakangnya. "Kita mau Lo ikut," Antarez mengeja kalimat itu dengan perlahan, dan membuang napas panjang.

Antarez tidak memberikan respon apapun, dan langsung membuang brosur itu ke tong sampah. Lalu kembali menaiki sepeda motornya, dan pulang.

Dalam perjalanan, Antarez menaikkan kecepatan sepeda motornya, sebab keadaan jalan raya yang cukup sepi, dia bisa berkendara sesuka hati, sangat menyenangkan seperti burung yang terbang bebas di angkasa.

Terlihat Antarez melirik kaca spion beberapa kali, dia merasa seperti ada yang sedang mengikuti dirinya sejak anak itu keluar dari sekolah. Jaraknya juga tidak terlalu jauh, dan gerak-geriknya cukup misterius, hal itu membuat Antarez merasa tidak nyaman.

Pikiran Antarez semakin berkecamuk, dia langsung membelokkan kemudi sepeda motornya ke arah lain, sebuah lapangan rumput dekat rel kereta api.

Ternyata dugaan anak itu benar, ketika Antarez memberhentikan kendaraannya di tempat sepi tersebut. Pengendara motor misterius itu juga ikut berhenti, memarkirkan sepeda motornya tak jauh dari tempat Antarez berdiri.

"Cepet juga Lo sadarnya," ujar orang tersebut sambil melepaskan helm full face yang menutupi wajahnya.

"Hi bro, kita ketemu lagi," kedua mata Antarez membulat, selepas melihat siapa orang yang sedang berdiri di hadapannya.

Regan, yah kalian tidak salah dengar, ketua geng BLACK PANTHER itu kembali menghadap Antarez. Dia merasa tidak terima dengan pertempuran besar kemarin, separuh anggotanya habis ditahan oleh polisi, Regan merasa bersalah dan juga kecewa pastinya. Sebagai seorang ketua, dia ingin membalaskan dendam gengnya.

"Mau apa Lo sama gua? urusan kita di pertempuran kemarin sudah selesai," ujar Antarez terdengar serius, pertempuran antara dua geng terkuat yang dipicu oleh kesalahan anak geng BLACK PANTHER itu sendiri, mereka salah menawan seseorang yang mereka kira itu adalah Antarez. Ternyata salah, melainkan dia adalah Antariksa.

"Haha, gua mau apa?" tawa Regan sinis. "Yah pasti mau jadiin Lo mayat lah!" sambung Regan sembari mengeluarkan sebilah pisau tajam yang nampak baru saja diasah, dari dalam jaket yang dia kenakan.

"Gua akan bunuh Lo, dan jadikan kepala Lo sebagai bukti kemenangan geng BLACK PANTHER!" aura balas dendam terasa begitu pekat keluar dari dalam tubuh Regan, ia terlihat tidak main-main dengan ucapannya.

°•••Brother konflik•••°

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang