Brother Konflik 035

1K 72 20
                                    

Suara ketukan pintu beberapa kali seketika membuat bibir Antarez terkunci, jantung dia berdegup kencang disertai perasaan cemas yang sekarang mengambil alih tubuhnya. Setelah mendapat kabar dari Zavian, ia tidak tahu lagi siapa sosok dibalik daun pintu itu, nyali Antarez sedikit goyah, bagaimana jika dia adalah orang yang telah membongkar makam nya?

Zavian:
"Rez, lo masih ada di sana?" tanya Zavian dalam telepon, dengan segera Antarez langsung mematikan panggilan tersebut tanpa memberikan jawaban. Ia menaruh benda pipih itu perlahan di atas meja, manik matanya memandang sejenak ke arah pintu sebelum beralih kepada pistol di dekatnya.

Bersama senjata api yang kini dipegangnya, Antarez berjalan penuh kehati-hatian menuju pintu. Dengan perasaan ragu, tangan kanannya terulur memegang gagang coklat tersebut, untuk menariknya saja ia harus berperang terlebih dahulu dengan isi pikirannya. Bagaimana jika dia adalah orang yang membongkar makamnya? Bagaimana jika penyamaran ia selama ini terbongkar sia-sia?

"Cih," decak Antarez merasakan otaknya begitu berisik, rahang lelaki itu mengeras. Sekuat tenaga ia berusaha menepis semua prasangka buruk itu dan memutuskan membuka pintu.

Perlahan, pintu mulai terbuka. Anehnya, Antarez tidak menemukan keberadaan siapapun di sana, hanya semak-semak belukar serta pohon-pohon lebat seperti biasa. Genggamannya pada pistol kembali mengerat, darimana asal suara ketukan pintu itu jika tidak ada orang diluar? Mencurigakan.

Sudah beberapa menit Antarez berdiri di sana, memastikan keadaan benar-benar aman. Mungkin, ini cuman perasaan dia saja karena terlalu cemas setelah mendapat kabar dari Zavian barusan. Setelah dirasa aman, baru saja dia berbalik badan langkah kakinya dibuat berhenti karena suara seseorang.

"Ternyata dugaan gue benar, lo masih hidup, Antarez," ujarnya seketika membuat raga anak itu mematung.

********

Sedangkan di tempat lain, di perusahaan Kasela. Antariksa yang telah duduk di kursi kerjanya sambil ditemani Pak Sam di sisinya, sekarang, remaja itu terlihat frustasi oleh setumpukan dokumen di atas meja.

"Pak Sam, Papa tidak berniat membunuh ku kan?" tanya Antariksa ngelantur, sambil meremas rambutnya seperti orang frustasi. Ayolah, dia masih awam terjun dalam dunia perkantoran, lagipula dirinya juga masih belum lulus sekolah. Kenapa harus dibebani tugas sebanyak ini?

Pak Sam tersenyum kecil, sejujurnya dia juga merasa kasihan menyaksikan kondisi Tuannya sekarang, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah mandat dari Tuan Agral. Jika nanti Antariksa sudah benar-benar mengambil alih tugas perusahaan, tanggung jawab dia akan lebih berat daripada ini.

"Tuan Agral pasti tahu kenapa beliau memberikan tugas ini kepada anda Tuan, karena beliau yakin anda bisa menyelesaikannya," balas Pak Sam berharap bisa sedikit menghibur Antariksa.

"Orang tua itu suka sekali menyusahkan anaknya, tapi beruntung Papa tidak seburuk dulu," gumam Antariksa seraya memijat kening. Baru setengah dari setumpuk berkas menggunung yang mesti ia selesaikan, bisa-bisa dia dibuat masuk rumah sakit karena ini.

"Lo kayaknya kesulitan banget dek," seru seseorang dari ambang pintu, membuat perhatian Antariksa dan Pak Sam tertarik ke arah sumber suara.

"Bang Genan," ucap Antariksa cukup terkejut dengan kedatangan Genandra kemari, bagaimana lelaki itu tahu jika dia sedang berada di kantor sekarang. Penampilannya juga rapi, mengenakan setelan jas serta sepatu hitam, seakan-akan sudah merencanakannya dari awal, bukan sekedar mampir sambil memakai baju seragam SMA.

Genandra berjalan memasuki ruangan, ketukan sepatu yang dikenakannya menimbulkan suara gema disepanjang langkah yang ia ambil. Sampai, laki-laki bertubuh jangkung itu berhenti, dan duduk di sebuah kursi putar depan meja Antariksa.

Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sembari melipat kaki, "muka lo kenapa kaget gitu, nggak suka gue dateng ke sini?" tanya Genandra memandang ekspresi Antariksa.

Mendengar hal itu Antariksa pun menggeleng cepat, "nggak, cuman heran aja, kok Abang bisa tahu gue ada di sini," balas Antariksa dan mendapat helaan napas dari Genandra.

"Haah, memang kenapa? Gue cuman mau lihat lo doang kok, gue tahu ini perusahaan punya lo, takut gue ambil ya?" respon Genandra mendapat kerutan alis dari Pak Sam.

"Lo kok bilang gitu sih Bang, gue nggak ada niatan apapun kok, biasanya kan jam segini lo masih latihan basket di sekolah," ujar Antariksa merasa jawaban Genandra sedikit berlebihan.

"Lagi libur, gue juga males cuman tiduran di rumah, karena gue pikir lo lagi ada di kantor makanya gue datang ke sini," balas Genandra dan menyadari setumpuk berkas di atas meja Antariksa.

"Wuih, belajar jadi orang sibuk lho ya sekarang?" celetuk Genandra dan mendapat tawa renyah dari Antariksa. Benar, jika semua temannya ada di sini sekarang, terutama Hans dan Bams, mereka pasti juga akan memberikan reaksi yang sama.

"Hahaha, iya nih sibuk banget, sampai pusing kepala gue," balas Antariksa tersenyum.

"Keliatan banget sih dari wajah lo, tertekan banget," ledek Genandra menyadari ekspresi Antariksa yang kelelahan.

"Ngomong-ngomong ini berkas dari siapa? Papa?" sambungnya bertanya.

"Iya, Papa yang kasih ini buat gue," balas Antariksa mengangguk.

"Oh gitu ya, mau gue bantuin nggak? Tenang, lo nggak perlu bilang Papa, ini gratis kok, gue ikhlas."

"Yang bener lo bang? Nggak ngerepotin kan?" senang Antariksa mulai merasakan separuh bebannya sedikit berkurang.

"Ta-tapi Tuan, ini tugas untuk anda, bukan Tuan Genandra," sela Pak Sam mengingatkan.

"Cih, dasar pak tua, bisa-bisa rencana gue gagal karena dia," batin Genandra kesal.

"Tapi Pak, saya juga tidak mungkin bisa menyelesaikan semua berkas ini dalam satu hari sendirian, jika dia membantu saya pasti akan selesai lebih cepat. Bapak tidak mau dimarahi Papa karena keterlambatan saya kan?" balas Antariksa membuat Genandra tersenyum smirk.

"Bagus Sa, terusin, bela gue," batinnya senang.

"Lagipula, dia juga tidak meminta balasan, dia hanya ingin membantu, Genandra juga bukan orang asing, dia saudara saya," tambah Antariksa semakin membuat Pak Sam terpojok.

"Haah, baiklah Tuan jika itu memang mau anda, tapi biarkan saya tetap berada di sini untuk mengawasi kalian," hela Pak Sam dan mendapat anggukan kepala dari Antariksa.

"Seperti perkataan Tuan Antarez, saya harus berhati-hati dengan laki-laki ini," batin Pak Sam seperti merasakan firasat buruk yang akan terjadi.

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang