Brother Konflik 027

877 70 1
                                    

Antarez melangkah menjauh dari lokasi kejadian, dan berhenti di depan sebuah apotek yang sudah tutup. Dari sana, ia masih bisa mendengar suara tawuran antar geng LEOPARD melawan geng DEATH VENOM. Antarez menggerogoh saku celananya, mengambil benda pipih itu dan mencari nomor ponsel Klein.

Panggilan berdering beberapa saat, sebelum akhirnya terdengar sahutan jawaban dari sana. "Iya Bang?" balas Klein dengan napas tersengal, kondisinya sekarang pasti acak-acakan karena tawuran.

"Mundur," titah Antarez lalu mematikan panggilan tersebut.

Setelah mendapatkan perintah seperti itu, dengan lekas Klein langsung memerintahkan kepada seluruh anggota DEATH VENOM untuk berhenti dan menyudahi perkelahian ini. Rasanya sungguh gila, padahal sudah hampir dua jam mereka berkelahi tapi masih belum ada satupun yang tumbang.

Dari sini, Klein bisa mengakui jika geng LEOPARD didikan dari Antarez memang sekuat ini. Ia semakin merasa bangga, jika geng DEATH VENOM berada di bawah naungan Antarez. "MUNDUR!!!" teriak Klein kepada seluruh anggotanya.

Mereka semua pun bergegas menyudahi perkelahian itu dan naik ke atas motor sportnya masing-masing. Geng LEOPARD yang merasa heran dengan kepergian mereka yang tiba-tiba, meninggalkan rasa penasaran dalam diri mereka. "Bangsat," umpat Garuda menyeka samping bibirnya yang terdapat luka merah kebiruan.

"Siapa geng bastard itu hah! Apa mau mereka?!" emosinya yang ia tujukan kepada anak-anak LEOPARD, mereka semua terlihat kelelahan sambil masih berusaha mengontrol napas. Pertarungan barusan benar-benar gila, dan lebih gilanya lagi mereka seperti monster yang hilang akal. Semakin kuat, semakin besar pula apinya.

"Mereka nggak jelas anjay, dateng tiba-tiba nantang terus pergi gitu aja," sahut Arken sempat terkena pukulan di bagian punggungnya, pulang nanti ia harus minta pijet biar nggak jadi remaja jompo.

"Lo semua aman?" tanya Garuda kepada mereka, dan kompak dibalas anggukan yang menandakan kalau tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Kita harus cari tahu geng mana itu, gue penasaran apa alasan mereka tantang geng LEOPARD. Kalau cuman iseng, gue nggak yakin," ujar Moza terdengar serius.

"Setuju, tapi untuk sekarang kita balik ke markas dulu. Sebelum ada orang yang tahu kita di sini," balas Garuda lalu berjalan beberapa langkah, menghampiri sebuah slayer tengkorak yang tergeletak di aspal.

Pandangannya menunduk menatap kain tersebut, dan menginjaknya dalam satu pijakan, seakan-akan sedang memuntapkan emosinya yang masih belum usai. "DEATH VENOM, gue yakin ada otak seseorang di balik ini. Tapi.. siapa?" pikir Garuda dipenuhi tanda tanya.

********

Setelah membeli barang yang ia inginkan, akhirnya Antariksa kembali ke tempat semula dimana Genandra sedang menunggu dirinya sekarang. Bola matanya membelalak, ketika memandang tubuh laki-laki itu tengah duduk di tanah dengan tangan kanan berada di atas kursi halte bus. "Bang Genan!" panik Antariksa segera berlari menuju Genandra.

Antariksa semakin dibuat terkejut, pada saat menemukan banyak sekali luka di wajah Abang tirinya itu. Napas Genandra lemah, sorot matanya juga menunjukkan rasa sakit, ada beberapa bercak noda darah di baju dan hidung. Pasti, telah terjadi sesuatu ketika ia pergi.

"Bang, lo kenapa?" tanya Antariksa sekali lagi disertai nada khawatir, membantu Genandra untuk berdiri dan duduk di kursi halte bus.

"Ck sstt," desis Genandra memegang rahangnya yang sakit, "tadi ada orang gila tiba-tiba pukul gue," sambungnya.

"Orang gila?" kening Antariksa mengerut keheranan. "Kok bisa? Emang Abang bikin dia marah?"

"Shit! Lo bisa diem nggak, wajah gue lagi sakit, dia tiba-tiba dateng dan pukul gue gitu aja. Gue nggak bikin dia marah," balas Genandra kesal.

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang