Brother Konflik 020

1.1K 67 14
                                    

"Daripada mata, manusia lebih suka melihat menggunakan telinga."

********

Antariksa kembali mencari buku yang diminta oleh Bapak guru, kurang satu buku lagi maka tugasnya selesai. Ketika anak itu sedang berjalan sembari melihat-lihat ke arah rak, tiba-tiba saja seorang siswi datang dan menabrak tubuhnya. Hal ini membuat buku yang dibawa oleh gadis tersebut jatuh, karena merasa tidak enak Antariksa pun ikut membantunya.

"Sorry ya, sini gue bantu," ujar Antariksa sembari membantu mengambil buku-buku perempuan itu, dia tetap saja diam menunduk tidak merespon sama sekali perkataan dari Antariksa. Sampai, tiba-tiba saja tangan siswi itu menarik dasi Antariksa dan membuatnya tertarik mendekat.

"Ma-Manda," cengang Antariksa, ternyata perempuan itu adalah Manda. Sekarang posisi mereka cukup dekat, kedua tangan Antariksa berusaha menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke arah anak itu. Antariksa mencoba menarik raganya menjauh, tapi Manda malah semakin menarik dasinya mendekat.

"Man, maksud lo apa?" tanya Antariksa dengan kening berkerut, apa yang dipikirkan anak itu? Apa dia tidak sadar, dengan apa yang sedang dia lakukan sekarang?

"Sorry Sa," gumam Manda sangat lirih, sampai Antariksa tidak mampu mendengarnya. Genggamannya semakin mencengkram erat, hingga...

"JANGAN, JANGAN SENTUH GUE!!!" teriak Manda tiba-tiba seperti orang ketakutan, sambil meringkuk di hadapan Antariksa seakan-akan baru saja dilecehkan oleh laki-laki.

"Hiks, jangan sentuh gue, gue nggak mau!" sambung Manda terus-menerus dan membuat Antariksa bingung. Dia tidak melakukan apapun, malahan Manda lah yang menarik dasinya mendekat, tapi sekarang ia malah berakting seperti ini? Sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Tak lama kemudian, segerombolan orang bergegas datang menghampiri sumber suara. Mereka dibuat tercengang, pada saat melihat Manda bersama Antariksa di sana. Ditambah lagi ekspresi si perempuan yang menangis dengan posisi meringkuk, dan jarak Antariksa yang cukup dekat. Pasti sudah terjadi sesuatu, ya mereka semua berpikir seperti itu.

"Ada apa ini!" tanya Ibu penjaga perpustakaan, dan bergegas menghampiri Manda. "Apa yang sudah terjadi, jelaskan sama saya!" ucapnya sembari merangkul raga perempuan tersebut.

"Saya nggak ngapa-ngapain Bu," balas Antariksa mencoba membela diri, berusaha menjelaskan agar tidak ada kesalahpahaman di sini.

"Apa benar seperti itu nak?" tanya wanita tersebut kini ditujukan kepada Manda, alangkah terkejutnya Antariksa menyaksikan kepala gadis itu menggeleng cepat.

"Dia... dia ingin lecehin saya Bu, hiks," balas Manda seperti orang tidak berdaya, sontak membuat Antariksa tersulut amarah.

"Maksud lo apa Man! Bu, dia bohong Bu!" emosi Antariksa kepada Ibu penjaga perpustakaan, dia tidak menyangka jika Manda akan menjebak dirinya dengan cara menjijikkan seperti ini. Melihat sorot mata Antariksa, wanita itu masih menaruh kepercayaan kepada dirinya. Apalagi Antariksa adalah siswa teladan, bagaimana mungkin dia melakukan hal bodoh.

"Apa buktinya kalau Antariksa melecehkan kamu?" tanya Ibu penjaga perpustakaan kepada Manda, lalu tangan gadis itu pun terangkat dan menunjuk ke arah saku celana laki-laki tersebut.

"Di saku dia ada pisau lipat Bu, dia tadi gunakan itu untuk mengancam saya jika saya menolak," balas Manda membuat perhatian mereka semua tertuju kepada kantong celana Antariksa.

"Pak, tolong periksa kantong celananya!" pinta Ibu penjaga perpustakaan kepada Pak Joko, pria empat puluh lima tahun itu pun bergegas menghampiri Antariksa untuk memeriksanya. Karena merasa dirinya tidak bersalah, Antariksa membiarkan kantong celananya diperiksa.

Pak Joko meraba satu persatu kantong celana laki-laki itu, ia tidak menemukan apapun di kantong sebelah kiri. Namun, pada saat memeriksa kantong sebelah kanan ada sebuah benda yang menonjol ketika merabanya. "Ini Bu," ucap Pak Joko menemukan pisau lipat tersebut ada di dalam kantong celana Antariksa.

"Apa, se... sejak kapan?" batin Antariksa tak percaya, sejak kapan benda tajam itu ada di dalam kantongnya.

"Saya tidak menyangka kalau kamu melakukan hal seperti ini, Antariksa," kecewa wanita tersebut.

"Bu, saya bersumpah Bu, saya tidak melakukan apapun. Bahkan saya tidak tahu pisau lipat itu milik siapa," balas Antariksa masih berusaha menjelaskan jika dirinya tidak bersalah, tatapannya melirik tajam kepada Manda. Ini semua pasti akal busuk dia. "Man, jujur sama gue! Ini pasti jebakan lo kan!"

"Bu, tolong saya, saya takut," ujar Manda menatap wajah Ibu penjaga perpustakaan dengan tatapan tak berdaya.

"Sudah tenang, jangan takut," jawab Ibu penjaga perpustakaan sembari mengelus punggung Manda. "Sekarang, saya minta kalian berdua ikut saya ke ruang BK," sambungnya sambil membantu Manda berdiri.

"Tapi Bu, untuk apa? Saya tidak bersalah, dia yang menjebak saya," sahut Antariksa tak terima.

"Saya bilang cukup! Jelaskan saja nanti di ruang BK," bentaknya dan bergegas membawa mereka berdua keluar dari perpustakaan menuju ruang BK.

Siang ini, SMA Darmawangsa tengah dibuat heboh. Seorang siswa teladan seperti Antariksa, laki-laki yang terkenal pintar dan memiliki pribadi yang baik digosipkan berusaha melecehkan perempuan di perpustakaan. Mereka berdua kini sedang berada di ruang BK untuk dimintai keterangan, sedangkan di luar ruangan sudah dipenuhi oleh banyak sekali murid yang ikut penasaran dengan kejadian tersebut.

"Eh, emang bener ya si Antariksa mau lecehin Manda?"

"Serem banget, gue kira dia cowok baik-baik."

"Yahaha akhirnya topeng asli dia kebuka."

"Suara yang indah, lama gue nggak denger orang lain mencaci lo, Antariksa," gumam seseorang tersenyum smirk, di antara puluhan siswa yang tengah membicarakan tentang gosip panas tersebut.

********

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa waktu yang lalu, di dekat gudang kosong belakang sekolah. Ada sebuah pertemuan rahasia antara dua orang di sana, bahkan untuk bertemu pun mereka harus memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya.

"Akting lo keren juga, kenapa nggak ikutan casting aja lo," ujar Genandra lalu melemparkan sejumlah uang kepada Manda.

Manda menangkap uang itu dengan wajah gelisah, ia merasa bersalah telah melakukan hal seperti itu kepada Antariksa. Tapi mau bagaimana lagi, ini semua karena keadaan yang memaksa dirinya, dia membutuhkan uang untuk biaya berobat adik laki-lakinya dan kebetulan Genandra menawarkan kesepakatan. "Thanks," balas Manda.

"Uang nya cukup kan?" ujar Genandra meminta Manda untuk mengeceknya terlebih dahulu.

"Cukup."

"Wajah lo kenapa sih? Macam orang ketakutan gitu," heran Genandra memandang ekspresi Manda.

"Gue ngerasa bersalah habis ngelakuin itu sama dia, nama Antariksa jadi tercoreng buruk gara-gara gue," ujar Manda merasa bersalah, Antariksa itu cowok baik-baik. Bahkan dia tidak pernah memiliki masalah apapun dengan dirinya.

"Haha kocak lo, yang namanya berbuat buruk, buruk aja kali. Jangan munafik lo, lo ngelakuin ini juga demi adik lo kan? Ngapain harus merasa bersalah," sinis Genandra.

"Ya, gue ngelakuin ini memang demi kesembuhan adik gue. Tapi yang bikin gue heran itu lo, Antariksa itu adik lo Gen. Gue paham kalau lo berdua bukan saudara kandung, tapi tetep aja kan dia saudara lo," heran Manda tak habis pikir. Mereka bersaudara, tapi kenapa Genandra malah seolah-olah ingin menghancurkan Antariksa.

"Cih, kesepakatan lo sama gue cuman sebatas uang doang Man, nggak lebih. Jadi jangan berusaha cari tahu sesuatu yang melebihi batas lo," balas Genandra menjadi dingin.

"Gue pergi dulu, thanks kerja samanya, urusan kita udah selesai. Jadi gue anggap ini berhenti sampai di sini," pungkasnya lalu berbalik badan meninggalkan Manda.

"Tuan Agral, dimana putra Kasela yang anda banggakan sekarang. Cepat atau lambat berlian mu pasti tidak berharga, dan pada akhirnya anda harus memilih permata ini," gumam Genandra tersenyum sinis.

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang