Eps 65

5.7K 446 233
                                    

Semenjak peristiwa kemarin, diibaratkan seperti sebuah bencana yang semakin menambah jarak diantara mereka berdua. Antariksa yang semula murah senyum bahkan kerap menyapa kakaknya, sekarang lebih memilih acuh dan bersikap dingin ketika mereka berpapasan.

Antarez pun sama, anak itu juga memilih tidak menghiraukan keberadaan Antariksa. Dari dulu ia sudah tidak berharap banyak dari hubungan persaudaraan ini, memang mau apa lagi yang harus diperjuangkan? Mungkin bersikap saling tidak mengenal itu jauh lebih baik.

*******

Keesokan harinya....

Tidur nyenyak Antarez dibuat terganggu dari suara dering handphone yang sedari tadi terus saja berbunyi, anak itu sudah tidak kuat dan langsung mengambil benda pipih tersebut yang terletak dia atas nakas samping tempat tidur.

"Ck, ini anak gabut apa gimana sih!" sebal Antarez melihat nama kontak Garuda muncul di layar handphonenya.

Jari jempol Antarez menekan tombol berwarna hijau dan menerima panggilan telepon tersebut.

-Garuda-

Antarez:
"Halo Da, Lo gabut apa gimana sih brengsek? Pagi-pagi telpon gua, emang ada apa?"

Garuda:
"Rez, gua punya berita penting banget."

Antarez:
"Berita penting? Yaudah cepetan kasih tahu, gua masih ngantuk nih."

Garuda:
"Ini soal Antariksa."

Antarez seketika terkejut, tatapan matanya mulai terlihat serius setelah mendengar nama Antariksa disebut.

Garuda:
"Gua dapet kabar kenapa akhir-akhir ini Antariksa gak masuk sekolah, dia lagi dirawat di rumah sakit Rez. Dan katanya sekarang kondisi anak itu lagi kritis."

"A-apa?!" bola mata Antarez membulat, ternyata inilah alasan kenapa Antarez tidak pernah melihat adiknya di sekolah selama beberapa hari sebelumnya.

"Antariksa... kritis?" pandangan Antarez bergeser ke arah sebuah kalender yang menggantung di tembok, ada sebuah angka yang sengaja ia lingkari. Dua puluh delapan, sebuah angka yang terdapat lingkaran berwarna merah.

"Kata dokter, fisik Antariksa semakin melemah, dokter masih berusaha carikan pendonor jantung untuk Antariksa. Dan tanggal dua puluh delapan nanti, adalah operasi terakhir yang harus Antariksa jalani." Ingatan Antarez kembali mengingat ucapan Antariksa waktu itu, rahang wajah Antarez mengeras.

Garuda:
"Halo Rez, Lo masih ada di sana?" terdengar suara Garuda dari dalam telepon, sebab anak itu telah mendiamkan Garuda cukup lama.

Antarez:
"Iyah, Da gua boleh minta tolong?"

Garuda:
"Boleh, apa? Selama gua sanggup bakal gua lakuin."

Antarez:
"Tolong bilangin ke guru gua izin gak masuk hari ini, gua mau pergi ke rumah sakit."

Garuda:
"Oke beres, tenang aja."

Antarez:
"Thanks Da, kalau begitu gua tutup dulu, assalamu'alaikum!"

Garuda:
"Wa'alaikumussalam." Panggilan pun terputus, Antarez bergegas bangun dari atas ranjangnya, untuk bersiap-siap pergi ke rumah sakit.

"Tunggu gua Sa," ucap Antarez melihat pantulan dirinya di depan sebuah cermin, mengenakan jaket LEOPARD serta topi hitam sebagai pelengkap tampilannya hari ini.

Antarez lekas pergi keluar dari dalam kamarnya, menuju lantai bawah dengan menuruni anak-anak tangga.

"Mau pergi kemana kamu?" tanya Papa melihat Antarez hendak keluar melewati pintu rumah.

Langkah Antarez terhenti saat mendengar suara berat itu, perlahan Antarez memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat menghadap Tuan Agral.

"Mau bolos sekolah kamu?" sambung Tuan Agral sebab melihat dandanan Antarez yang mengenakan baju santai, bukannya seragam sekolah.

"Antarez izin gak masuk hari ini Pa," balas Antarez kepada Tuan Agral.

"Hm, kenapa?" tanya Papa bersedekap dada.

"Aku mau pergi ke rumah sakit, aku sudah minta izin ke teman Antarez kalau hari ini aku gak bisa masuk."

Kening Tuan Agral berkerut. "Pergi ke rumah sakit? Mau jenguk siapa kamu?"

"Aku mau ketemu sama Antariksa, sekarang dia lagi dirawat di rumah sakit Pa, keadaannya kritis." Raut wajah Tuan Agral terlihat sama terkejutnya, selepas mendengar kalau anak bungsunya tengah dalam kondisi buruk.

"Antarez mohon Pa, beri aku izin keluar buat pergi ke rumah sakit nemuin Antariksa. Kalau pun Papa larang, Antarez bakalan tetep pergi," ucap Antarez.

Tuan Agral tidak bersuara selama beberapa detik, laki-laki itu sedang sibuk bertengkar dengan isi kepalanya sendiri.

"Kalau begitu Papa juga ikut," balas Tuan Agral nampak serius. "Papa antarkan kamu ke rumah sakit," pungkas Tuan Agral dan segera pergi keluar bersama Antarez, lalu masuk ke dalam mobil putih yang sudah terparkir di teras rumah.

Mereka berdua pun berangkat menuju rumah sakit Byantara, dengan Tuan Agral sendiri yang mengemudikan mobil tersebut.

Sesampainya di sana, setelah selesai memarkirkan mobilnya. Tuan Agral dan Antarez bergegas masuk ke dalam rumah sakit dengan langkah terburu-buru.

-Lobi rumah sakit.

"Permisi suster, apa ada pasien yang bernama Antariksa Gifar Kasela? Kalau benar, sekarang dia dirawat di ruangan mana yah?" tanya Antarez dengan nada terburu-buru.

"Benar, apakah anda berasal dari pihak keluarga atau kerabat dari pasien Antariksa?" tanya suster tersebut kepada Antarez dan Tuan Agral.

"Iyah suster, kami... kami keluarganya," balas Antarez.

"Baik kalau begitu, mari saya antarkan!" ucap suster tersebut dan mengantarkan mereka berdua menuju ruangan dimana Antariksa sedang dirawat.

"Ru-ruang ICU?" batin Antarez terkejut melihat dimana suster itu menunjukkan ruangan tempat Antariksa sedang dirawat.

"Pasien masih berada di dalam, tolong tetap tenang dan mohon untuk menunggu di luar," ujar suster tersebut, lalu berpamitan pergi dari sana untuk kembali melakukan tugasnya.

"Baik suster terima kasih," balas Antarez kemudian melihat ke arah pintu ruang ICU yang tertutup rapat. Tatapan matanya nampak sendu. "Semoga Lo baik-baik aja Sa," batin Antarez.

"Antarez!" tiba-tiba saja Nyonya Mawar datang dan memeluk tubuh Antarez seraya menangis. "Hiks, adik kamu nak, adik kamu kritis," tangis Nyonya Mawar dalam pelukan Antarez.

"Iyah Bunda, Bunda tenang yah, Antariksa pasti baik-baik aja kok," balas Antarez mengelus punggung Bundanya, agar wanita itu merasa lebih tenang.

"Mawar," panggil Tuan Agral kepada Nyonya Mawar, Nyonya Mawar yang merasa ada yang sedang memanggil namanya, ia pun melepaskan pelukannya dari tubuh Antarez lalu menoleh ke arah Tuan Agral.

"Apa yang kamu lakukan di sini?!" tanya Nyonya Mawar marah.

"Ini semua gara-gara kamu Agral! Ini semua karena kesalahan kamu, anak saya masuk ke rumah sakit karena perbuatan kamu!"

"Bunda sudah," sela Antarez mencoba menenangkan Nyonya Mawar.

"Antariksa juga anak ku Mawar, kedatangan ku kemari juga karena mengkhawatirkan soal kondisinya," balas Tuan Agral lembut. Namun Nyonya Mawar sama sekali tidak mengindahkan kata-kata itu, ekspresi wajahnya terlihat kecewa.

Apa, khawatir? Kalaupun benar laki-laki itu khawatir, lalu kenapa dirinya sampai tega berselingkuh bersama wanita lain, yang tak lain adalah dokter pribadi Antariksa sewaktu kecil.

Apakah ini yang dinamakan cinta? Atau sebuah hati terlalu lucu untuk dimainkan seperti halnya boneka?

°•••Brother konflik•••°

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang