Eps 82

6K 424 27
                                    

"Aku memang bukan dia, yang seringkali kau lafazkan namanya. Tapi izinkan aku masuk ke dalam hatimu, walau bukan di tempat paling istimewa."

-Genandra Aksa Kasela-

********

"Antariksa," cengang Genandra menyaksikan betapa bencinya dia, nampak jelas dari kedua manik matanya menyala penuh kemarahan. Genandra hanya ingin dekat dengan adiknya, ia hanya ingin tahu bagaimana rasanya memiliki seorang saudara.

Tetapi Antariksa menolak keras untuk mengakui hal itu, hati Genandra seperti tercabik-cabik, sangat sakit. Ia paham, pertemuan dirinya bersama Antariksa bisa dibilang belum lama, namun Genandra sudah bisa merasakan rasa nyaman, ruang kosong di dalam hatinya terisi kembali karena kehadiran anak itu.

Dia yang dulu selalu kesepian, kehilangan peran seorang ibu, serta keluarga yang menyedihkan, Genandra tidak tahu lagi apa itu dunia yang indah. Lukanya semakin bertambah parah, ketika Antariksa mengatakan kalau ia tidak akan pernah mau mengakui hubungan persaudaraan dengan dirinya.

"Sudah aku katakan Agral," lirih Nyonya Mawar tajam, menatap lurus ke arah pintu rumah tersebut.

Tuan Agral menelan ludah, pria itu tidak pernah menyangka kalau ujung-ujungnya akan seperti ini, angan yang tersusun jikalau nanti kedua saudara itu akan saling menyayangi satu sama lain, ternyata  hanyalah sebuah ilusi.

********

Antariksa terus berlari seraya menangis, ia kecewa, bagaimana bisa dengan segampang itu, Papa membawa sesosok baru ke dalam kehidupannya lalu mengatakan kalau ia adalah saudaranya. Antariksa tidak menginginkan siapapun, Antariksa tidak memerlukan siapapun. Cukup kembalikan kakaknya Antarez, hanya itu yang ia mau.

"Kakak," isak Antariksa sudah berdiri di hadapan makam Antarez.

"Kenapa kakak harus pergi ninggalin aku kak! Lihat! Papa membawa orang asing lagi dalam kehidupan keluarga kita, dia bilang kalau anak itu adalah saudara Antariksa," kesalnya masih dengan derai air mata.

"Antariksa gak butuh saudara baru kak, Antariksa gak butuh siapapun dalam hidup aku, hiks Antariksa cuman mau kak Antarez," tangis Antariksa duduk meringkuk di dekat makam Antarez.

"Aku mohon kembalilah kak, Antariksa sendirian, Antariksa butuh kakak," pinta Antariksa menundukkan kepala, membiarkan bulir-bulir air mata berjatuhan mengecup tanah.

"Sudah gua bilang jangan cengeng," Antariksa merasakan seperti ada sebuah tangan kekar tengah mengelus rambutnya. Dengan perlahan, kepala Antariksa mulai terangkat ke atas. "Hiks, kakak," sedihnya melihat sosok laki-laki yang ia rindukan, berdiri di hadapannya sekarang.

"Hm," deham Antarez tersenyum. "Ngapain datang ke sini? Pulang sana!"

"Gak mau," tolak Antariksa.

"Ngapain sih nangis mulu? Demen banget buang-buang air mata," sahut Antarez.

"Ini semua karena kakak!" bentak Antariksa. "Papa bawa saudara baru ke rumah, entah datangnya dia darimana, Papa bilang kalau anak itu kakak Antariksa," ucapnya.

"Bagus dong kalau lo punya kakak lagi, harusnya lo itu seneng bukannya nangis, akhirnya ada seseorang lagi yang bakal jagain lo sebagai adik," balas Antarez.

"Tapi... tapi aku maunya kak Antarez, bukan orang lain," ujar Antariksa dengan bibir yang melengkung ke bawah.

"Tapi gua sudah pergi Sa, bahkan yang di depan lo ini pun bukan diri gua yang sebenarnya. Dunia kita sudah berbeda adik, terima dan sadar kalau gua sudah tiada," jawab Antarez sekali lagi dengan senyum yang terlihat begitu pedih bagi Antariksa.

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang