Eps 18

6.9K 567 132
                                    

"Dunia itu keras, hanya orang bermental kuat yang bisa bertahan."

-Antarez.

********

//Pak// tuan Agral menampar keras wajah Antarez, hingga suaranya menggema seisi rumah. Pipi Antarez terluka, terdapat luka lecet serta lebam di sana.

Antarez mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi beserta rasa sakit itu, ia tidak bisa melakukan apa-apa selain diam, membiarkan papanya menyakiti dirinya sekali lagi.

"Apa ini Antarez apa!" Bentak tuan Agral menunjukkan sebuah surat peringatan dari sekolah. "Apa yang kamu lakukan di sekolah? kamu bikin papa malu tahu gak," Pungkas tuan Agral melemparkan surat tersebut tepat pada wajah Antarez.

Surat itu berisi peringatan yang ditujukan kepada Antarez. Sebab, dia selalu berkelahi dengan anak-anak murid di sekolahnya, banyak dari mereka yang sampai terluka bahkan parah. Surat itu sudah diberikan untuk yang kesekian kalinya, jika sampai Antarez berani melanggar satu kali lagi, bisa-bisa ia dapat dikeluarkan dari sekolah.

"Mereka yang cari gara-gara duluan, aku cuman bela diri aja," Balas Antarez enggan menatap mata tuan Agral.

Tuan Agral langsung mencengkram kerah baju anaknya, membuat wajah mereka berdua saling berdekatan. "Dengarkan saya Antarez, saya menyekolahkan kamu agar kamu menjadi anak yang terdidik dan pintar, bukan jadi berandalan!" Ucap tuan Agral menghempaskan cengkraman tersebut dengan kasar, membuat tubuh Antarez sedikit terdorong ke belakang.

"Sebentar lagi kau ada ulangan sekolah bukan? saya mau, kamu mendapatkan nilai yang bagus dan merebut piala siswa terbaik dari tangan adik mu itu!"

"Adik mu Antariksa adalah anak yang berprestasi, dia selalu berhasil meraih gelar juara. Hh, pantas saja bunda mu lebih memilihnya dari pada dirimu, kau hanya pandai membuat masalah saja," Sambung tuan Agral membuat Antarez menggertakkan giginya.

"Kenapa Mawar tidak meninggalkan Antariksa saja di sini, dan membiarkan aku mengurus anak pembawa sial seperti dia," Lirih tuan Agral sembari berjalan melewati Antarez, kata-kata itu masih bisa terdengar begitu jelas di telinganya.

"Antariksa," Batin Antarez menelan ludah, rahangnya kini mulai mengeras.

"AAAHHHHH," Teriak Antarez marah, melemparkan semua benda yang berada di sekitarnya hingga pecah, dan berserakan dimana-mana.

"Antariksa Antariksa Antariksa! kenapa semua orang sayang sama dia! kenapa semua orang suka sama dia!"

"Kenapa semua orang benci sama gua!" Bentak Antarez mengeluarkan seluruh amarahnya, dia merasa begitu lelah, dia sudah tidak kuat. Dunia ini tidak adil, kenapa semua orang hanya menyayangi adiknya? kenapa harus dia yang dianggap seperti sampah.

Mereka kembar bukan? bukankah juga harus mendapatkan kebahagiaan yang sama?

Keringat bercucuran membasahi pucuk-pucuk rambut Antarez, iris matanya menangkap sebuah benda tajam yang tergeletak di atas meja.

Dengan lekas, Antarez langsung mengambil pisau buah tersebut, dan mengarahkannya kepada pergelangan tangan tepat dimana urat nadi berada. "Mungkin kalau gua mati, gua bisa bahagia," Pikiran Antarez mulai gila, ia bahkan tidak sadar apa yang dia lakukan sekarang.

Antarez terus memandangi pisau tersebut, yang kurang sedikit lagi akan menusuk pergelangan tangannya itu, sebulir air mata jatuh, disaat pikirannya mulai kembali tenang, Antarez membuang benda tajam itu jauh-jauh.

"Hiks, gua cuman mau bahagia, gua cuman mau hak gua sebagai anak. Apa itu sulit?" Batinnya.

"Gua seperti seekor singa dengan ribuan anak panah menancap di punggungnya."

-Antarez.

°•••Brother konflik•••°

Di warung pinggir jalan, malam ini Antariksa beserta kedua temannya yaitu Hans dan Bams berniat menikmati malam Minggu ini dengan menyantap nasi goreng langganan mereka bertiga.

"Matanya dijaga!" Ujar Bams mengusap wajah Hans, "Genit banget, anak orang diliatin terus dari tadi," Sambung Bams, karena sejak awal Hans terus melihat anak-anak perempuan yang berada di sekitar sana. Namanya juga rezeki gratis kan? sekalian cuci mata.

"Tangan Lo bau Bams, habis ngapain sih Lo!" Kesal Hans mencium aroma aneh dari telapak tangan Bams.

"Ngupil," Jawab Bams santai lalu tertawa puas.

"Jorok Bambang!" Pukulan panas mendarat begitu mulus di punggung lebar Bams, lelaki itu meringis kesakitan. "Sakit Hans, gaya Lo cewek banget sih apa-apa main tabok," Ujar Bams mengelus punggungnya.

"Apa, mau lagi? gua kempesin badan Lo sekarang kalau mau, diem-diem kek jadi anak, kayak Antariksa noh kalem."

Antariksa terlihat lesu, hanya memainkan nasi gorengnya yang sudah tidak lagi hangat. Bahkan, saat Bams dan Hans bertengkar dia juga tidak tertawa.

"Sa? Lo kenapa? diem mulu perasaan, gigi Lo sakit yah?" Tanya Bams kepada Antariksa.

"Apa hubungannya sama gigi?" Sahut Hans menepuk bahu Bams. Yah Hans emang gitu, kalau ngomong apa-apa tangannya mesti ngikut.

"Yah sakit lah Hans, buat nganga aja susah. Gigi Lo gak pernah ada ulatnya yah?" Balas Bams, reflek membuat Hans mengangkat teh panas yang ada di sebelahnya.

"Lo ngomong jorok lagi gua siram," Kecam Hans kepada Bams, dibilang alay sih juga bukan. Sebab Hans memang tidak suka kalau disaat berada di tempat makan, harus membahas hal-hal yang memang membuat kita tidak lagi nafsu makan.

"Bro, caranya biar gua bisa baikan lagi sama kakak gua gimana yah?" Tanya Antariksa ditengah-tengah perang antara Hans dan Bams.

"Lo mau baikan sama dia?" Balas Hans balik bertanya.

"Iyah, gua gak suka terus-terusan bertengkar sama dia," Jawab Antariksa.

"Halah buat apa Sa, percuma. Kakak Lo aja gak perduli, ngapain Lo harus mikirin. Orang egois macam dia gak pantes buat diajak baikan," Tambah Bams.

"Iyah Sa gua setuju sama Bams, kita kasihan lihat Lo setiap di sekolah selalu dicuekin sama dia," Antariksa kembali menekuk kepalanya ke bawah, selepas mendengar respon dari temannya seperti itu.

"Tapi," Ujar Hans menjeda kalimatnya, membuat Antariksa kembali mengangkat kepalanya.

"Tapi apa?"

"Mungkin bisa aja sih Lo baikan sama dia," Sambung Hans.

"Caranya?"

"Mmmm, kakak Lo suka sama apa? atau hobinya apa gitu? kalau ada Lo bisa ikutin juga, sedikit-sedikit Lo bisa cari perhatiannya dia. Secara gak langsung kalian pelan-pelan bisa mulai deket lagi, sebenarnya cuman butuh waktu aja sih," Usul Hans.

"Setahu gua sih Antarez suka main bola, tapi akhir-akhir ini gua gak pernah lihat dia latihan lagi, mungkin udah keluar," Ujar Bams.

"Hobi? selain main sepak bola, hobi kakak adalah," Batin Antariksa kembali teringat geng motor Leopard yang dipimpin oleh Antarez, semua memori akan peristiwa waktu itu kembali terekam di dalam pikirannya.

°•••Brother konflik•••°






BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang