Eps 59

5K 449 21
                                    

Antariksa duduk anteng di joke motor belakang, ia diam saat dibonceng oleh Antarez sambil sibuk memakan es krim pemberian kakaknya.

"Kalau makan es krim jangan belepotan kayak anak kecil," ujar Antarez seraya melihat Antariksa dari kaca spion motor.

"Kata siapa?" balas Antariksa.

"Tuh pipinya, mau gua bantu bersihin apa Lo sendiri?" ujar Antarez melihat banyak sekali sisa krim es krim yang terdapat di kedua pipi Antariksa.

"Enggak perlu," Antariksa langsung cepat-cepat membersihkan sisa-sisa es krim tersebut menggunakan punggung tangannya.

Melihat hal itu membuat Antarez tersenyum simpul, padahal Antariksa sudah berumur tujuh belas tahun tetapi sikapnya masih seperti anak kecil, tidak berubah sama sekali.

"Gua gak akan biarin Devan deketin Lo sampai sakiti Lo Sa, untuk sekarang gua akan jadi perisai pelindung buat Lo," batin Antarez.

Di tengah-tengah perjalanan pulang mereka, tiba-tiba langit mulai mendung, awan-awan hitam berkumpul, nampak siap untuk menumpahkan semua isi cairan itu. Disusul dengan terpaan angin dingin, Antariksa yang pada saat ini tidak mengenakan jaket, membuat tubuhnya sedikit kedinginan. Ia menggosok-gosokkan tangannya pada kulit, agar tubuhnya kembali hangat.

Tak lama kemudian, rintik-rintik air hujan mulai berguguran jatuh membasahi seisi kota. "Sial," kesal Antarez yang terpaksa harus memberhentikan motornya di sebuah halte bus dekat sana, sebab hujan yang turun semakin deras. Sangat berbahaya jika mengendarai pada saat kondisi seperti ini, dan Antarez tidak mau mengambil resiko.

"Ck, pakai acara hujan segala lagi," decak Antarez yang sudah berteduh di halte bus bersama Antariksa berdiri tak jauh dari sisinya.

"Gak boleh begitu kak," ucap Antariksa selepas mendengar keluhan dari Antarez.

"Hujan itu rezeki dari Allah, kalau gak ada hujan tanaman jadi layu, tanah kering, cuaca jadi panas gak sejuk. Emang kakak mau kemarau terus?"

"Yah enggak, cuman kan waktunya gak tepat, kalau begini gimana gua bisa pulang," balas Antarez.

"Mungkin udah waktunya hujan kak, jadi terima aja."

Hujan turun semakin deras, tubuh Antariksa menggigil kedinginan. Tangannya sudah tidak mempan untuk membuat tubuhnya kembali hangat. Ia bisa merasakan hembusan napas dingin keluar dari dalam mulutnya.

"Nih!" Antarez melepaskan jaket LEOPARD dan memakaikannya di tubuh Antariksa. "Pakai jaket gua."

Jantung Antariksa berpacu cepat, perlakuan Antarez sama sekali tidak bisa dia tebak. "Buat apa?" tanya Antariksa.

"Jangan pura-pura bego, gua tahu Lo kedinginan," balas Antarez.

Sekarang, hanya seragam putih yang membalut tubuh Antarez, sebab guyuran hujan tadi membuat bajunya menjadi basah, mengakibatkan seragam putih itu sedikit menerawang dan mengecap lekuk tubuh sampai otot-otot Antarez.

Antariksa melongo melihat tubuh kakaknya yang ideal dan bagus, "kak!" panggil Antariksa membuat Antarez menoleh.

"Hm?"

"Cara biar perutnya mirip roti sobek itu gimana sih? Aku pingin soalnya, biar gak kayak tahu bulat gini," tanya Antariksa seraya memegang perutnya.

"Emang buat apa Lo mau bentuk perut macam gua?" tanya balik Antarez.

"Yah gak kenapa-kenapa, keren aja gitu lihatnya."

"Sama itu, Antariksa juga mau punya otot kayak kak Antarez, biar Antariksa kuat dan jago beladiri."

"Terus kalau Lo sudah jago beladiri?"

"Antariksa gak perlu ngerepotin kakak lagi, aku bisa lawan siapapun yang mau sakiti aku, dan bisa lindungi Bunda sama temen-temen juga," jawab Antariksa sudah membayangkan semuanya di dalam khayalannya.

Antarez menggeleng beberapa kali sambil tersenyum mendengar perkataan dari Antariksa, dan berjalan beberapa langkah menghampirinya.

"Kalau Lo jadi kuat terus gua harus lindungi siapa?" tanya Antarez kepada Antariksa.

"Sudah tugas seorang kakak buat melindungi adiknya, kalau Lo jadi kuat, nanti gua gak bisa pamer kekuatan lagi dong," sambung Antarez mengacak-acak rambut Antariksa.

"Tetep jadi Antariksa yang gua kenal, gak perlu kuat agar Lo ditakuti orang lain, karena jaman sekarang mainnya mental bukan fisik. Yang sebenarnya harus kuat itu ini," Antarez mengatakan hal tersebut sambil menunjuk ke arah dada Antariksa.

Antarez sudah merasakan banyak sekali penderitaan, jadi dia paham betul apa yang dia katakan. Jaman sekarang mainnya mental bukan fisik, itu terbukti bagaimana rasa sakit yang Antarez hadapi saat dikhianati oleh Bunda dan Papa.

"Jangan nilai orang dari penampilannya Sa, semua itu bisa menipu. Bahkan gurun pasir pun bisa memberikan harapan palsu berupa danau yang indah, tetapi malah kekecewaan yang orang itu dapat. Orang yang polos belum tentu dia polos," ucap Antarez seperti menyindir tentang Devan.

Antariksa seperti merasakan hal yang lain dari Antarez, dia tidak seperti kakak yang Antariksa kenal.

"Hujannya sudah sedikit reda, ayo kita pulang!" ucap Antarez dan diangguki oleh Antariksa. Walaupun masih ada sedikit rintik-rintik air hujan, Antarez memutuskan lebih baik segera pulang sebelum hujan turun kembali deras.

Disaat motor kembali menyala, dan melaju membelah kesunyian kota, jalanan yang sepi dengan suasana sedikit mendung. Aroma angin khas hujan, sungguh membuat candu.

Sesekali Antariksa menengadahkan kepalanya ke atas ke arah langit, membiarkan setiap tetes rintik air membasahi wajahnya. Antariksa tersenyum simpul, ini terasa sangat menyenangkan dan menenangkan. Rasanya seperti dibawa terbang bebas.

Hingga tidak terasa, motor Antarez sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Antariksa. Ia memberhentikan motornya di depan sana.

"Kakak gak mau masuk dulu?" tawar Antariksa seraya mengembalikan jaket milik Antarez.

"Enggak perlu, gua mau langsung pulang," balas Antarez.

"Mmm kakak gak mau ketemu sama Bunda dulu?"

Antarez mengedarkan pandangannya ke arah rumah Antariksa, hatinya kembali terasa sesak. "Gak perlu Sa, anak berandalan macam gua gak pantes ketemu sama Bunda," jawab Antarez mengingat bagaimana peristiwa waktu itu. Dimana Antarez yang semula datang mengharap cinta dari Bundanya, malah pulang dengan membawa luka lebih pedih.

"Gua pamit pulang dulu," pamitnya dan berlalu pergi dengan mengendarai sepeda motornya dari area rumah Antariksa.

"Hati-hati kak!" balas Antariksa melambaikan tangan, seraya melihat motor Antarez yang mulai menjauh.

°•••Brother konflik•••°

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang