"Lihat Tuan, itu tim futsal SMA anak saya," seru Tuan Liam menunjuk-nunjuk ke arah seorang remaja laki-laki yang mengenakan kaos Jersey hitam abu-abu bernomor punggung 09, memasuki area lapangan sepak bola bersama seluruh teman satu timnya.
"Hm," deham Tuan Agral ikut bertepuk tangan sama seperti yang semua orang lakukan.
Perlombaan pun dimulai, kali ini tim futsal SMA Pancasila melawan tim futsal SMA Pandawa, nampaknya sangat sulit kedua tim masih bertahan dengan skor 0-0. Belum ada yang berhasil membobol gawang, kedua tim seimbang dan sama kuatnya. Penonton dibuat tegang termasuk Tuan Liam.
"Ah harusnya masuk itu tadi," greget Tuan Liam melihat bola yang nyaris saja masuk ke dalam gawang, tapi gagal dan berhasil ditangkap oleh kiper dari SMA Pandawa.
"Rez, sumpah seneng banget gua, baru juga tadi mulai udah dikasih lawan yang gampang," ucap Samudera dengan kedua sudut bibir yang mengembang.
"Iyah alhamdulilah, tapi jangan seneng dulu semuanya masih belum selesai," balas Antarez seraya melihat pertandingan SMA Pandawa melawan SMA Pancasila.
Ia lalu melempar pandangan nya ke arah penonton, Antarez tidak pernah menduga kalau akan ada banyak sekali orang yang datang menonton turnamen sepak bola hari ini. Tiba-tiba iris mata Antarez terpaku pada satu titik, tatapannya begitu fokus mengamati seseorang yang sepertinya dia kenali. "I-itu, Papa?" batin Antarez sangat terkejut.
Pagi tadi, Antarez berpamitan kepada Tuan Agral kalau dia akan pulang sore sebab ada materi tambahan di sekolah, Antarez terpaksa berbohong seperti itu agar beliau tidak marah, serta tidak tahu kalau sebenarnya Antarez mengikuti turnamen futsal.
"Ngapain Papa datang ke sini?"
"Rez ayo kita siap-siap, sebentar lagi giliran kita," ujar Samudera kepada Antarez, karena waktu permainan SMA Pandawa melawan SMA Pancasila tersisa sedikit lagi.
"I-iyah," balas Antarez ragu, bersamaan dengan itu telapak tangannya mulai berkeringat, jantung Antarez berpacu cepat. Jangan sampai disaat timnya masuk ke dalam lapangan nanti, Tuan Agral harus menyaksikan Antarez juga berada di sana.
//Priiittt// peluit wasit dibunyikan, tanda berakhirnya pertandingan yang berhasil dimenangkan oleh SMA Pandawa.
"Yah Tuan haha sekolah anak saya kalah, tidak apa-apa mereka sudah melakukan yang terbaik," ujar Tuan Liam sedikit merasa kecewa.
"Bagaimana Tuan? Masih mau mengajak saya minum kopi bersama?" sambung Tuan Liam dibalas senyum oleh Tuan Agral.
"Iyah Tuan, apa perlu kita pergi sekarang?" balas Tuan Agral yang sudah tidak ingin berlama-lama di sana, suasana yang ramai membuat Tuan Agral merasa risih.
Tuan Agral dan Tuan Liam mulai berlalu pergi menjauhi area tribun penonton.
"BAIKLAH MARI KITA SAKSIKAN PERTANDINGAN SELANJUTNYA, TIM FUTSAL SMA DARMAWANGSA MELAWAN SMA GAJAH MADA!!!" ujar seorang komentator futsal menggelegar memenuhi stadion.Langkah Tuan Agral seketika berhenti setelah mendengar nama sekolah SMA Darmawangsa disebut, entah mengapa dia memiliki perasaan aneh yang mengganjal di dalam hatinya.
"Tuan Agral, apa anda baik-baik saja?" tanya Tuan Liam heran.
"Antarez, apa perlu aku kembali lagi ke dalam dan memeriksanya?" batin Tuan Agral diambang keraguan. "Kenapa aku memiliki firasat aneh seperti ini?"
"Tuan?" satu tepukan di pundak, dari Tuan Liam membuat Tuan Agral kembali tersadar dari lamunannya.
"Apa ada masalah?"
"Tidak ada Tuan, maaf sudah membuat anda khawatir," balas Tuan Agral memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju keluar dari dalam gedung.
*********
"Santai, gak perlu tegang, anggap aja kalian lagi main sama anak kecil yang baru kenal bola. Tapi tetep, jangan terlalu remehin mereka," ujar Antarez kepada satu timnya sebelum akhirnya bersama-sama berjalan masuk ke dalam lapangan.
Seperti biasanya, sebelum pertandingan dimulai kedua tim dipersilahkan untuk bersalaman terlebih dahulu lalu menuju ke tempat posisi mereka masing-masing. Bola pertama dimenangkan oleh tim SMA Gajah Mada.
//Prriiitttt// peluit awal dimulainya pertandingan kembali berbunyi, sejauh ini tim futsal SMA Darmawangsa masih memimpin dan terus-menerus mencetak poin, mereka sudah mengungguli 3 poin, meninggalkan SMA Gajah Mada yang masih mencetak satu poin.
Penonton kembali bersorak gembira, ketika SMA Darmawangsa kembali berhasil merebut kemenangan. Babak demi babak terus mereka lalui, hingga sampailah pada final sebagai penentu sekolah mana yang akan membawa pulang piala emas bergengsi tersebut.
Skor imbang 2-2, waktu sebentar lagi sudah mau habis. Lawan yang mereka hadapi ternyata cukup sulit, Antarez dan satu timnya tidak mau kalau sampai nanti, malah harus diberlakukan tendangan adu penalti.
Garuda yang tengah menggiring bola menuju gawang lawan, dia ingin cepat-cepat menyelesaikan pertandingan ini, apalagi waktu yang tersisa hanya tertinggal hitungan menit.
Garuda langsung menendang bola tersebut sangat keras hingga melambung tinggi, Antarez sudah siap siaga berada di dekat gawang lawan walaupun sekarang posisinya tengah dikepung oleh tim lawan.
Antarez berhasil menerima bola itu, tidak membuang kesempatan Antarez langsung menendangnya ke arah gawang lawan, yang dijaga oleh tiga orang pemain di sana. Bola itu melesat melewati ketiga pemain tersebut.
"Ck!" decak Antarez melihat bolanya melambung ke arah samping gawang, raut wajahnya nampak kecewa.
Tetapi, tiba-tiba bola itu berbelok arah, kiper lawan gagal untuk menangkapnya dan masuk ke dalam gawang.
"GOOLLLL!!!! GOL GOOOOL!!!" heboh komentator sepak bola melihat tendangan laki-laki bernomor punggung 01 itu berhasil mencetak angka di detik-detik terakhir, selang beberapa saat kemudian peluit wasit berbunyi tanda permainan sudah berakhir.
Seluruh penonton berhasil dibuat takjub dengan apa yang terjadi barusan, akhirnya SMA Darmawangsa kembali berhasil pulang dengan membawa kemenangan.
"Wuuuuuhhhhh kita menang!!!" semua anggota tim SMA Darmawangsa berlari menghampiri Antarez, memeluk anak itu dengan perasaan bangga bercampur senang, begitupun juga dengan pak pelatih, tidak henti-hentinya beliau tersenyum melihat anak didiknya sekali lagi berhasil membuat harum nama sekolah.
Inilah saat yang paling ditunggu-tunggu, seluruh tim futsal SMA Darmawangsa diminta naik ke atas podium untuk menerima hadiah beserta piala emas tersebut.
Peluh keringat, energi yang sudah terkuras, badan penat. Itu semua tidak terasa lagi, disaat mereka semua bersama-sama mengangkat piala itu begitu tinggi.
"Garuda," bisik Antarez kepada Garuda.
"Iyah?"
"Bawa piala ini pulang, tunjukkan ke Bunda Aza sebagai hadiah, dia pasti senang," balas Antarez.
"Siap!" respon Garuda tersenyum lebar.
°•••Brother konflik•••°
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Novela Juvenil[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...