"Bukan dia yang ku inginkan."
*******
Di perusahaan Anderson, Nyonya Mawar masih duduk anteng di kursi kerjanya tengah sibuk mengerjakan berkas-berkas penting perusahaan yang menumpuk. Paras cantiknya sedikit mengeluarkan peluh, sebelum jari-jemari lentiknya kembali menari-nari di atas keyboard laptop.
//Tok tok tok// terdengar suara ketukan pintu, membuat konsentrasi Nyonya sedikit terganggu.
"Siapa?" tanya Nyonya Mawar meninggikan nada suaranya.
"Nyonya Mawar, ada seseorang yang ingin menemui anda sekarang," balas orang tersebut dari arah luar ruangan, yang tak lain adalah sekretarisnya sendiri.
"Aku sedang sibuk sekarang, tolong katakan kepadanya lain kali saja," ujar Nyonya Mawar.
"Ta-tapi Nyonya, orang itu memaksa untuk bertemu dengan anda sekarang," jawab sekretarisnya lagi.
"Hah," Nyonya Mawar membuang napas kasar, siapa orang keras kepala yang bersikukuh mau bertemu dengan dia? Sangat menyebalkan.
"Apa kau tidak mau bertemu dengan mantan suami mu ini?" tiba-tiba indra pendengaran Nyonya Mawar dikejutkan, dengan suara berat yang masuk ke dalam kedua telinganya. Suara yang familiar, dan tentunya pernah mengisi waktu indah di kehidupannya dulu.
"Izinkan dia masuk!" titah Nyonya Mawar kepada sekretarisnya yang berada di luar untuk membukakan pintu.
Benda penghalang antara dia dengan laki-laki berparas tampan itu mulai terbuka, menampakkan dua insan yang dulu pernah saling mengadu kasih satu sama lain, kini hanya memasang raut muka dingin.
"Apa tujuan mu kemari?" tanya Nyonya Mawar langsung pada intinya, memerintahkan kepada sekretaris tersebut untuk pergi.
Tuan Agral, mantan suami Nyonya Mawar, sekaligus sosok ayah dari sepasang anak kembar, Antarez dan Antariksa. Masih berdiri tegap di ambang pintu. "Apa obrolan ini akan terus berlanjut dengan kondisi seperti ini? Mungkin duduk di sofa itu lebih bagus," ucap Tuan Agral melirik ke arah sofa warna merah di dekat sana.
"Tamu yang tidak di undang, untuk apa disambut dengan baik?" lirih Nyonya Mawar menyindir. "Mari!" ajaknya kepada Tuan Agral untuk bersama duduk di sofa.
"Lebih baik cepat katakan apa alasan mu datang kemari, pekerjaan ku masih banyak," ucap Nyonya Mawar malas.
"Haahh, dari dulu kau memang tidak pernah berubah Mawar, selalu berusaha melakukan apapun demi perusahaan," balas Tuan Agral sekilas melihat ke arah tumpukan berkas di meja kantor Nyonya Mawar.
"Hm, setidaknya aktivitas ku itu berguna Agral, bukan mencari kesenangan hanya demi memuaskan nafsu semata," ujar Nyonya Mawar kembali membahas peristiwa beberapa tahun silam.
"Aku mengerti Mawar, aku sadar yang aku lakukan dulu itu salah. Aku sudah membuat kecewa kalian semua, terutama anak-anak kita," balas Tuan Agral merasa bersalah.
"Seharusnya aku dapat mementingkan tanggung jawab ku sebagai kepala rumah tangga waktu itu, dan memberikan kasih sayang yang adil untuk Antarez dan Antariksa," wajah Tuan Agral nampak menyesal, bahkan manik mata laki-laki itu berkaca-kaca.
Nyonya Mawar sama sekali tidak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri saat menatap wajah mantan suaminya itu, bohong tetaplah bohong, semua yang ia dengar hanyalah omong kosong.
"Hentikan mulut busuk mu itu Agral, dimataku sekarang dirimu tidak lebih dari seorang penjahat," ucap Nyonya Mawar cukup tajam. "Aku sama sekali tidak membutuhkan kata maaf mu."
"Kenapa kau datang kemari? Meminta hubungan kita supaya bisa rujuk seperti dulu lagi? Tidak! Apa kau pikir, keluarga yang telah hancur bisa semudah itu untuk pulih Agral?"
"Apa dengan kata maaf mu bisa membuat Antariksa sembuh total tanpa pengorbanan kakaknya?! Apa dengan kata maaf mu bisa membuat anakku Antarez kembali hidup!"
"JAWABANNYA TIDAK!" bentak Nyonya Mawar dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya. "Kalau seandainya tidak karena wanita sialan itu, anak kita pasti bahagia sekarang Agral, Antarez tidak akan pergi meninggalkan kita semua," tangis Nyonya Mawar jatuh dalam dekapan Tuan Agral.
"Maaf Mawar, maaf," bisik Tuan Agral sangat sakit, jika saja dia adalah manusia yang bisa mengendalikan waktu. Maka dia berjanji tidak akan pernah melakukan kesalahan fatal tersebut, dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.
Seusai perasaan Nyonya Mawar kembali tenang, pembicaraan di antara keduanya pun berlanjut. Tuan Agral meminta persetujuan kepada Nyonya Mawar untuk mempertemukan anaknya Genandra besok dengan Antariksa.
Sebenarnya, Nyonya Mawar juga dibuat terkejut kalau ternyata mantan suaminya itu telah memiliki seorang anak dari wanita selingkuhannya. Nyonya Mawar tidak bisa langsung mengiyakan permintaan dari Tuan Agral, sebab dia lebih mengedepankan soal Antariksa. Bagaimana reaksinya nanti, jika tiba-tiba saja Papanya membawa seorang anak di hadapannya, lalu mengatakan kalau dia adalah saudaranya. Terlebih lagi, kakak kandung Antariksa belum lama telah meninggal dunia.
Setelah dipikirkan matang-matang, akhirnya Nyonya Mawar pun memberikan kesempatan. Untuk mempertemukan Genandra dengan Antariksa.
********
Keesokan harinya, sepulang dari sekolah, Genandra diantarkan pulang tidak dengan sopir pribadinya, melainkan bersama Tuan Agral. Mereka berdua langsung melaju menuju rumah Antariksa.
Sesampainya di rumah Antariksa, mobil hitam itu bergerak masuk melewati pintu gerbang rumah. Setelah selesai memarkirkan mobilnya, Genandra beserta Tuan Agral segera memasuki rumah mewah tersebut.
Kedatangan mereka berdua, sudah disambut oleh Nyonya Mawar yang memang telah menunggu kehadiran mereka. Nyonya Mawar dibuat terkejut saat melihat Genandra, mata anak itu mulai mengingatkan dirinya dengan Antarez.
"Genandra, perkenalkan dia Nyonya Mawar, Bunda Antariksa," ujar Tuan Agral.
"Bunda Antariksa, berarti Bunda aku juga kan?" balas Genandra membuat Tuan Agral dan Nyonya Mawar saling bertatapan.
"Mmm Nyonya Mawar, apa boleh Genan panggil Bunda?" tanya Genandra menatap wajah Nyonya Mawar lekat.
"I-iyah," angguk Nyonya Mawar sedikit ada rasa keraguan.
"Wah yes, akhirnya Genan punya Bunda lagi, udah lama banget Mama kandung aku pergi ninggalin aku sendirian di rumah, dia lebih mementingkan laki-laki barunya daripada Genan sama Papa," ucap Genandra senang.
"Iyah, kamu main di sini aja sama Antariksa," balas Nyonya Mawar menepuk lembut kepala Genandra, bagaimana pun juga dia adalah anak dari suaminya. Genandra, Antariksa, Antarez, mereka bertiga sama sekali tidak bersalah, posisinya hanyalah korban dari keegoisan kedua orang tuanya.
"Maksud Bunda apa?" tanya Antariksa yang berdiri di belakang mereka bertiga, ia tadi juga sempat mendengar beberapa obrolan. "Ngapain lo ada di sini?" sambung Antariksa mengerutkan kening, kepada Genandra.
"Papa yang bawa Genandra ke sini nak," balas Tuan Agral.
Dahi Antariksa semakin mengerut. "Papa tahu dia siapa, hubungan kalian berdua apa? Kok bisa saling kenal sih?" balas Antariksa curiga.
Tuan Agral kembali menceritakan semuanya, tentang siapa itu Genandra dan apa hubungan anak itu dengan dirinya. Bukannya senang, emosi Antariksa malah semakin memuncak, tangan anak itu mengepal kuat, hingga otot-otot timbul terlihat jelas di area kulit putih itu.
"Dia adalah kakak mu Antariksa," ucap Tuan Agral setelah selesai menceritakan semuanya.
"Dek," panggil Genandra begitu lembut kepada saudaranya.
Iris mata itu menyorot tajam, rahang wajahnya mengeras. "Sampai kapanpun, gua gak bakal sudi panggil dia kakak!" tekan Antariksa penuh amarah, lalu berlari keluar dari dalam rumah, dan diakhiri dengan bantingan pintu.
°•••Brother konflik•••°
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Roman pour Adolescents[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...