Di markas geng LEOPARD
Garuda yang baru saja tiba dan memarkirkan sepeda motor sportnya di dekat pintu markas, ia melepaskan helm full face tersebut lalu meletakkannya di atas joke motor. Seperti biasa ritualnya para cowok, Garuda merapikan rambutnya terlebih dahulu menggunakan jari-jari di depan spion.
Setelah dirasa cukup, ia pun melangkahkan kakinya memasuki markas. Sudah ada kumpulan anggota LEOPARD yang menunggu kedatangan Garuda di sana, atensi mereka langsung beralih pada saat mendengar suara langkah kaki dari pintu markas.
Moza, terlihat duduk di tepi sofa sambil memainkan tongkat baseball besi. Ekor matanya juga ikut melirik kepada Garuda yang baru saja datang. Posisi tubuhnya kembali berdiri, sembari menaruh benda tersebut ke pundak.
"Mana Zavian?" tanya Garuda sebab tidak menemukan keberadaan anak itu di sana. Ini sudah yang kesekian kalinya Zavian datang terlambat bahkan tidak mengikuti rapat. Kadang Garuda dibuat kesal dengan perilakunya, Zavian termasuk anggota inti mestinya ia bisa mengerti.
"Dia belum dateng," balas Moza lalu berjalan menghampiri Garuda, berdiri di hadapan laki-laki tersebut. Tatapannya memandang datar raga anak itu dari bawah sampai atas, Moza mendaratkan tepukan di pundak Garuda.
Bahu Garuda sedikit bergetar dibuatnya, seperti sengatan listrik yang memulihkan kesadaran. Moza yang belum juga angkat bicara membuat tenggorakan Garuda kering, sungguh, sejak kepergian Antarez dari geng ini sifat mereka semua berubah menjadi orang lain.
"Lo sendiri darimana?" tanya Moza tanpa merubah mimik wajah, tangan yang masih memegang bahu Garuda itu rasanya semakin berat.
"Gue dari-"
"Gue nggak perduli, jangan heran jika anggota lo telat, kalau ketuanya sendiri aja nggak menghargai waktu," potong Moza tak memberi kesempatan kepada Garuda untuk menjelaskan. "Awal kita janji rapat jam berapa? Jam tiga kan, sekarang jam berapa gue tanya?"
Pertanyaan itu membuat mata Garuda reflek melirik ke jam tangannya, "jam lima."
"So, lo udah telat dua jam. Malam nanti kita bakal tawuran lawan geng sebelah, gue paham geng LEOPARD bakal menang, karena gue tahu skil mereka bau tanah. Tapi apa salahnya juga sih tepat waktu?"
"Lagipula dari dulu kita nggak pernah remehin soal tawuran kan," pungkas Moza dan tidak mendapat balasan apapun dari Garuda.
"Kita mulai rapatnya, kasihan anak-anak yang lain udah pada nungguin daritadi." Akhirnya, rapat LEOPARD pun dimulai untuk membahas tentang tawuran yang akan mereka mulai tengah malam nanti di alun-alun kota Byantara.
Geng RENEGADES adalah geng motor yang akhir-akhir ini cukup terkenal di kalangan anak-anak motor. Dikarenakan mereka memiliki nyali yang cukup besar dan tidak takut melawan geng manapun, sudah tiga kali mereka menantang geng lain dan mendapat kemenangan telak.
Oleh sebab itulah, geng RENEGADES berpikir jika mereka sudah cukup kuat untuk mengalahkan geng LEOPARD, sebuah geng yang diakui sebagai raja serta ditakuti oleh semua orang. Jika nantinya geng RENEGADES berhasil merenggut mahkota geng LEOPARD, mereka akan menjadi penguasa di kota Byantara serta menjadikan LEOPARD sebagai budak.
"Gue mau lo ratain mereka semua, kroco bau tanah macam mereka pantes ada di bawah, di kaki geng LEOPARD," ucap Garuda kepada para anggota geng LEOPARD, kata-kata itu mampu memantik kobaran api dalam jiwa mereka.
"Gue denger mereka udah berhasil ngalahin tiga geng lain, kita buat yang keempat ini jadi mimpi buruk. Jangan lupakan ritual kita seperti biasa, hancurkan jaket mereka termasuk bendera geng RENEGADES," sambung Garuda tersenyum smirk. Malam ini, geng LEOPARD siap menyambut pesta.
Rapat sudah selesai, sekarang mereka semua terlihat sedang bersantai di dalam markas sembari menunggu tengah malam tiba. Suara deru motor yang memasuki tempat, membuat beberapa atensi menoleh ke sumber suara. Garuda, ia hanya melirik sekilas seakan-akan tidak tertarik dengan kedatangan Zavian.
"Gila, darimana aja lo bre?" sapa Arken terkesan menyindir. "Rajin banget jam segini baru dateng."
"Hahaha, sorry ya bro, habis ada urusan gue," balas Zavian, urusan yang ia maksud adalah bertemu Antarez untuk memberikan laporan. Hanya dialah satu-satunya anggota geng LEOPARD yang mengetahui jika anak itu masih hidup, dan dia harus menjaga rahasia ini sebaik mungkin.
"Alasan lo, lo kan pengacara, pengangguran banyak acara," celetuk Arken dan ditanggapi bercanda oleh Zavian, lebih baik seperti ini daripada dicurigai.
Zavian memberikan jaket miliknya kepada Arken. "Gue nitip jaket gue bentar ya, gue mau ke toilet dulu," ujar laki-laki itu dan diangguki oleh Arken. Akhirnya, Zavian pun berjalan pergi untuk melaksanakan misinya terlebih dahulu.
Arken menunggu kedatangan Zavian di samping motornya sambil membawa jaket anak itu, sudah beberapa menit ia pergi ke toilet. Hingga, Arken merasakan ada sesuatu yang bergetar di kantong jaket Zavian. Ternyata, itu berasal dari handphone miliknya, kening Arken mengerut ketika membaca nama kontak di layar pipih tersebut.
"Orion, Orion siapa?" gumam Arken. "Apa gue angkat aja kali ya, bilang kalau Zavian masih di toilet," pikirnya dan berencana menekan tombol hijau.
Kurang sedikit lagi ujung jempol Arken menyentuh layar, dengan panggilan masih berdering ia tak memiliki prasangka apapun selain ingin memberitahu. Namun, "eits, makasih bre udah bawain," ujar Zavian dengan sigap mengambil handphone itu dari genggaman Arken.
"Sama-sama, tadi ada yang telepon lo barusan rencananya mau gue angkat," balas Arken membiarkan Zavian mengambil kembali barang-barangnya.
"Oh," Zavian memandang layar handphone nya yang terdapat dua kali panggilan tak terjawab dari kontak Orion. "Bangsat, ini anak ada apa sih?!" batinnya panik, kalau saja dia tidak datang tepat waktu alamat sudah.
"Kalau begitu gue mau gabung sama anak-anak yang lain dulu ya," sambungnya memasukkan benda pipih itu ke dalam kantong celana.
"Hm oke," angguk Arken. Sedangkan dari kejauhan, Moza yang sedari tadi memperhatikan obrolan mereka sembari menyandarkan punggungnya ke dinding.
********
Pukul 23.58, sebuah pesta penuh kekerasan bercampur darah sebentar lagi akan segera dimulai. Desiran angin dingin semakin menyulut api semangat mereka, keadaan kota yang benar-benar sudah sepi, beberapa titik jalan sengaja di blokade agar tidak menggangu.
Vano—ketua geng RENEGADES yang berdiri di barisan paling depan mengunyah permen karet sambil membawa bendera geng. Tatapannya terpancar sinis ketika memandang geng LEOPARD di hadapannya.
"Jadi ini geng LEOPARD?" ujar Vano membuang permen karet yang ia makan ke sembarang tempat. "Geng yang katanya raja, tapi ketua mereka udah mokat nggak sih?" remeh Vano dan dibalas tawa para anggotanya.
Garuda yang merasa tidak terima harga diri Antarez direndahkan seperti itu, ia pun mengambil tongkat kayu dan menyentuhkan ujungnya pada sisa permen karet tersebut sampai menempel. Lalu, tanpa disangka-sangka menyodokkan benda keras tersebut ke mulut Vano.
BRAAKK!
Dua gigi kelinci Vano patah, ditambah hidungnya mengeluarkan darah. "Mulut bau menyan macam lo nggak usah banyak bacot," tajam Garuda.
"Brengsek, lo semua ngapain diem aja, lawan sekarang!" emosi Vano sembari memegangi mulut dan hidungnya yang dipenuhi darah. Mendapat perintah seperti itu, tanpa pikir panjang anggota RENEGADES langsung bergerak melawan geng LEOPARD.
"Cih, lawan geng kroco bau tanah, buang-buang waktu aja," ujar Garuda tidak merasakan takut sedikitpun. "Menangkan seperti biasanya," sambungnya kepada anak-anak LEOPARD.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Ficção Adolescente[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...