Brother Konflik 021

1.1K 93 21
                                    

Kepala Antariksa hanya bisa menunduk ketika berjalan melewati beberapa murid, hati ia masih sakit. Bagaimana bisa Manda melakukan hal seperti itu? Memfitnah dirinya seperti ini dan bahkan membuat skenario kebohongan pada saat di ruang BK. Kesalahan apa yang sudah dia lakukan? Perasaan Garuda tidak pernah membuat masalah dengan dirinya.

"Cih," tangan Antariksa mengepal kuat, rahang laki-laki itu mengeras emosi. Hari ini sangat sial, bisa-bisanya dia difitnah seperti itu dan semua orang memakan mentah-mentah rumor tersebut. Kenapa manusia lebih percaya telinga daripada mata? Kenapa mereka lebih mempercayai sepihak tanpa mendengar pihak yang lainnya?

Bahkan seribu kebaikan yang telah ia lakukan harus kandas cuman karena setitik tinta hitam, bahkan itu pun tidak terbukti kebenarannya. Antariksa merasa seperti dikucilkan, mungkin mereka tidak mengatakan apapun ketika berada di hadapannya. Namun, tatapan mereka menjelaskan semuanya.

BRAKK!!!

Kerah baju belakang Antariksa tiba-tiba ditarik lalu tubuhnya dihantamkan ke dinding, bibir Antariksa meringis kesakitan pada saat merasakan keningnya terbentur tembok cukup keras. Kepala anak itu pusing, pandangannya menjadi sedikit buram, lalu melihat raga laki-laki berdiri di hadapannya menatap tajam.

"Garuda," panggil Antariksa kepada cowok bertubuh jangkung itu, ia kembali melangkah menghampiri Antariksa dan menghadiahkan pukulan keras di rahang bawah. Bug!

"Berani-beraninya tangan kotor lo sentuh cewek gue," dingin Garuda menatap jijik sembari menekan tubuh anak itu ke dinding. Tatapan mereka berdua saling beradu, api kemarahan tengah membara panas dalam diri Garuda sekarang.

"Udah mulai berani lo ya, cowok modal hidup jantung Antarez jangan sok," sarkas Garuda semakin menekan kedua bahu Antariksa, anak itu meringis kesakitan.

"Itu nggak benar Da, gue nggak salah," balas Antariksa berusaha menjelaskan jika ia sama sekali tidak bersalah. Garuda adalah kekasih Manda, jadi wajar saja jika laki-laki itu marah. Tapi, menggunakan cara kekerasan seperti ini juga tidak benar.

"Cih, lo pikir gue bakal percaya sama omongan cowok munafik macam lo? Ternyata emang benar, nyatanya lo itu cowok brengsek yang bersembunyi dibalik muka polos!" ucap Garuda lalu menjauhkan tangannya dari bahu Antariksa.

"Ini peringatan yang terakhir, sekali lagi lo usik gue dan orang-orang gue, gue pastikan jantung pemberian Antarez itu nggak berguna buat lo. Lebih baik dulu lo yang mati, bukan dia," pungkasnya tersenyum sinis, dan berbalik badan meninggalkan Antariksa begitu saja.

Menatap punggung Garuda yang semakin menjauh, Antariksa menggigit bibir bawahnya menahan emosi. Bulir bening yang sudah ia tahan sejak tadi akhirnya meleleh juga, "benar, lebih baik gue yang mati, bukan dia."

********

Sepulang dari sekolah, Zavian mengendarai sepeda motor sportnya menuju sebuah tempat dimana Antarez tinggal. Desa terpencil yang lokasinya cukup jauh dari kota Byantara. Dia harus rutin memberikan laporan mengenai geng LEOPARD beserta kondisi saudara kembar anak itu, apalagi hanya dirinya lah yang mengetahui jika Antarez masih hidup.

Sesampainya di sana, ternyata Antarez baru saja selesai olahraga. Ia meminta kepada temannya itu agar masuk ke dalam untuk mengobrol, mendengar laporan dari Zavian membuat Antarez menyemburkan kopi yang baru ia minum. Bola matanya terbelalak tidak percaya, telinganya pasti bermasalah.

"What the fuck Zav!" kejut Antarez syok, dan hanya mampu dibalas anggukan kepala oleh Zavian.

"Adek gue lecehin cewek? Yang bener aja lo," sambung Antarez berharap jika Zavian cuman bercanda. Antarez tahu betul bagaimana watak Antariksa, dia anak yang baik. Tidak mungkin dia melakukan hal sebejat ini.

"Kalau lo nggak percaya lo bisa datang ke sekolah sendiri, berita ini lagi rame sekarang. Cowok good attitude macam dia jago juga makan cewek," balas Zavian tersenyum meledek, lalu kembali menyesap rokok.

"Nggak, gue nggak percaya kalau itu ulah adik gue, pasti ada kesalahpahaman di sini," balas Antarez masih membela Antariksa. Dia tidak akan percaya sebelum melihat dan mendengarnya sendiri dari mulut si adik.

Zavian mengetuk-ngetuk kan rokok itu ke asbak, membuat serbuk abu nya rontok. "Apa yang membuat lo nggak percaya jika itu perbuatan Antariksa?" tanya Zavian kembali menyesap rokok nya, dan mengeluarkan kepulan asap dari mulutnya.

"Dia adik gue, tentu gue tahu. Walaupun gue tinggal sama dia cuman sebentar, tapi sebagai saudara gue paham baik watak dia. Tidak ada asap tanpa api Zav, pasti ada sesuatu di sini," balas Antarez terdengar serius.

"Hm, gue setuju," respon Zavian membuat kening Antarez berkerut.

"Setuju? Maksud lo?" bingung Antarez.

"Sejujurnya, gue juga merasa janggal dengan hal ini. Gue ngerasa ragu, kalau cowok macam Antariksa bisa melakukan hal seperti itu. Seandainya itu lo, gue sih nggak kaget," balas Zavian dan mendapat lemparan puntung rokok dari Antarez.

"Bangsat, maksud lo apa? Senakal-nakalnya gue, gue nggak pernah kepikiran buat ngerusak cewek," kesal Antarez dan mendapat tawa kecil dari Zavian.

"Haha, sorry bre gue nggak bermaksud."

"Jadi kenapa lo juga setuju kalau bukan Antariksa pelakunya?" tanya Antarez kembali serius.

Zavian menghela napas, "ya tentu aja karena Antariksa cowok polos, walaupun gue nggak deket sama dia gue juga paham. Gue nggak kayak murid lain yang asal makan omongan mentah-mentah."

"Dia waktu di sekolah tadi juga kasihan, semua murid pada ngomongin anak itu. Gue juga nggak lihat Genandra sama dia, padahal dia abangnya," sambung Zavian, kening Antarez semakin mengerut mendengarnya.

"Genandra?" ulang Antarez, dia merasa agak terganggu di kata 'abang'.

"Iya Genandra, lo belum baca berkas yang gue kasih ke lo ya? Ck, capek-capek gue bikin laporan buat lo Rez tapi cuman dianggurin, atit ati gue," balas Zavian diselipi candaan, tapi tak dapat merubah raut wajah serius Antarez sama sekali.

"Gue mau denger langsung dari lo," balas Antarez.

"Genandra itu saudara tiri Antariksa, dia anak dari Papa lo sama dokter pribadi adik lo waktu kecil," mendengar penjelasan pertamanya saja langsung membuat emosi Antarez memuncak.

"Brengsek, jadi itu alasan orang tua gue cerai, cuman gara-gara cewek gatelan, jijik gue," geram Antarez mengeraskan rahang, ia dibuat ingat dengan masa lalu kelamnya.

"Tapi sekarang dia jadi Abang tiri Antariksa, gue juga lihat mereka cukup deket di sekolah. Apa lo nggak takut Rez? Kalau posisi lo sebagai saudara bakal tersingkir?" goda Zavian, dan malah dibalas senyum smirk oleh anak itu.

"Saudara modal ortu selingkuh buat apa gue takut? Level gue sama dia beda," balas Antarez biasa saja.

"Iya iya, gue takut mah kalau sepuh udah bilang gini. Balik ke topik, gue rasa adik lo dijebak sama seseorang," ujar Zavian kembali ke mode serius.

"Dijebak?"

"Iya, feeling gue ada orang yang jatuhin harga diri Antariksa. Entah kenapa pikiran gue langsung tertuju ke satu nama, Genandra."

"Kenapa lo bisa target nama dia?" tanya Antarez.

"Coba lo berpikir licik sedikit Rez, kalau lo mau kekuasaan lo harus main kotor. Genandra anak tiri sedangkan Antariksa anak kandung, saham keluarga Kasela menurun, dan sekarang penerus perusahaan mereka tengah mendapat kasus 'pelecehan', kira-kira siapa yang diuntungkan?"

"Dia," balas Antarez langsung paham dengan penjelasan dari Zavian.

"But Zav, cowok itu belum tahu kalau putra pertama keluarga Kasela masih hidup. Saingan sebenarnya dia itu gue, bukan Antariksa," sambung Antarez tersenyum smirk.

"Gue akan tunjukkan ke dia, mana majikan mana bawahan."

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang