Di belakang gubuk tua, terdapat pekarangan yang ditumbuhi beberapa pohon pisang serta rerumputan liar. Menyisakan sedikit tempat yang biasa Antarez gunakan untuk latihan, dengan sebuah samsak yang digantungkan pada kayu.
Desiran angin malam membuat peluhnya terasa dingin, membelai permukaan kulit Antarez yang semakin terlihat jelas lekuk ototnya karena bilasan keringat. Kedua telapak tangannya yang terbalut kain, memukul keras ke arah samsak secara beruntun.
Surai rambut hitamnya yang basah ikut menari sesuai irama, sorot mata tajam bak elang itu terlihat fokus. Napas Antarez menjadi ngos-ngosan, ia memutuskan untuk berhenti sejenak.
Ia mengambil sebotol air mineral dan meneguknya, lalu diguyurkan di kepala hingga mengalir jatuh membasahi tubuh atletisnya itu. Kaos pendek yang sebelumnya sudah basah karena keringat, kini semakin mengecap sampai menerawang perut sixpack laki-laki tersebut.
"Hah," hela Antarez kasar sambil meremas botol kosong itu hingga tak berbentuk, dan melemparkannya ke tong sampah. Sudah dua jam ia latihan, lebih baik sekarang dia mengistirahatkan tubuhnya. Antarez berjalan beberapa langkah menuju tempat duduk panjang dari bambu dan mendaratkan bokong nya di sana.Biasanya, setelah latihan seperti ini kepalanya selalu saja berisik, tidak bisa tenang sama sekali, ada saja satu dua masalah yang meracaukan pikirannya. Namun anehnya, sekarang dia merasa sedikit tenang, ada kelegaan tersendiri dalam hati Antarez. Apa ini dikarenakan tadi dia baru saja menemui Antariksa? Memang serindu itu dia kepada saudaranya?
"Haha, gue nggak lucu ya Mas, tapi bagi gue lo lucu Sa," tawa kecil Antarez menumpu tubuhnya dengan kedua tangan, sembari menengadah menikmati pemandangan malam.
"Sudah lama gue nggak denger suara lo Sa, gue bersyukur kalau lo nggak banyak berubah," sambungnya menghela napas pelan, tatapannya yang semula senang kini berubah menjadi sendu.
"Sorry ya, gue masih belum berani tunjukkan muka gue di depan lo. Untuk saat ini gue cuman mau menjaga lo dari jauh dulu, tapi permainan takdir itu unik Sa, bisa aja gue bertemu sama lo tanpa rahasia apapun nantinya," Antarez mengendurkan ikatan kain yang membalut tangannya, terdapat bekas kemerahan di sana.
Telapak tangan kanannya ia angkat setinggi kepala, menutupi pandangannya dari cahaya rembulan. "Sekarang biarkan gue yang berusaha, kalau dulu ceritanya Antariksa yang mengejar Antarez, saat ini giliran gue yang mengejar lo sebagai seorang kakak," senyumnya lalu mengepalkan tangan.
"Lo hanya perlu menunggu, dek."
*******
"Umm Bang Antarez," gumam Antariksa perlahan membuka mata, merasakan kilauan sinar mentari yang menggangu pandangannya. Perlahan ia mencoba untuk duduk, meskipun rasanya seperti ada magnet yang menarik tubuhnya untuk kembali tidur. Tapi mau bagaimana lagi, hari ini dia harus sekolah.
"Semalem gue mimpi apa?" bingung Antariksa setengah ingat dengan memegang rambutnya yang berantakan, ia memejamkan matanya sejenak mencoba untuk mengulang kembali mimpinya tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Novela Juvenil[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...