[Tahap revisi]
"𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑."
𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊.
Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I just want to be happy like all of you." (Aku hanya ingin bahagia seperti kalian)
-Antariksa Gifar Kasela-
********
-Rumah sakit Byantara.
Tubuh Antariksa langsung diletakkan ke atas brankar, dengan segera membawa laki-laki itu menuju ruang ICU. Beberapa suster dan juga dokter tengah sibuk menangani Antariksa, Antarez hanya bisa melihat adiknya dari jendela kaca kecil di bagian pintu.
"Separah itu kah?" pikir Antarez menelan salivanya, alat-alat medis mulai dipasangkan pada tubuh Antariksa.
Tersirat perasaan khawatir di kedua mata Antarez, ia tidak pernah menduga kalau Antariksa mempunyai penyakit separah ini. Bahkan waktu itu ia berpikir kalau Bunda berkata bohong mengenai sakit yang di derita Antariksa, itu hanyalah alibi yang digunakan untuk bisa menutupi kesalahannya.
Antarez berjalan ke sana-kemari tidak tentu arah, pikiran juga hatinya sama-sama merasa resah. Sekarang yang Antarez inginkan hanyalah berharap kesembuhan adiknya.
Dua jam kemudian, Antarez yang sedang duduk sendirian di kursi tunggu melihat sang dokter keluar dari dalam ruang ICU. Laki-laki itu sontak langsung berdiri, dan berlari menghampiri dokter tersebut.
"Dok bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan dok?" tanya Antarez sangat takut.
Dokter tidak langsung menjawab pertanyaan dari Antarez, dia menatap intens penampilan Antarez mulai dari bawah sampai atas. Kenapa anak ini memiliki wajah yang sama seperti Antariksa?
"Apa anda saudara kembar dari Antariksa?" tanya dokter itu dengan name tag Dr Ali, tersemat di baju putih khas dokter tersebut. Dokter Ali, adalah dokter yang sering menangani sakit Antariksa, bahkan mengenai cuci darahnya seminggu sekali.
"I-iyah dok," jawab Antarez sedikit ragu.
"Keadaan Antariksa sekarang berangsur membaik, tadi penyakit jantung dia tiba-tiba kambuh karena syok, untung saja kamu membawa dia ke sini dengan tepat waktu," ujar dokter.
"Apa penyakit Antariksa tiba-tiba kambuh karena lihat gua berantem tadi?" batin Antarez.
"Saya peringatkan, saudara kamu tidak boleh sampai kelelahan, beraktivitas terlalu banyak, atau segala sesuatu yang bisa membuat sakitnya semakin parah," tutur dokter.
"Sekarang kamu sudah boleh menemui dia di dalam, saya permisi!"
"Baik dok, terima kasih," balas Antarez, setelah kepergian dokter dari sana, ia segera masuk ke dalam ruangan menemui Antariksa.
Hal pertama yang bola mata Antarez tangkap adalah remaja laki-laki yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit, dengan infus serta beberapa alat medis yang terpasang di tubuhnya.
Antarez berjalan perlahan menghampiri Antariksa, lalu duduk di sebuah kursi samping brankar. "Kak," panggil Antariksa lemah, melihat kedatangan Antarez di sisinya membuat ia tersenyum kecil.
"Makasih sudah bawa aku ke rumah sakit," ujar Antariksa berterima kasih.
"Hm," deham Antarez.
"Dokter bilang setiap seminggu sekali Lo selalu cuci darah ke rumah sakit, itu bener Sa?"
Antariksa mengangguk beberapa kali, "iyah kak, bahkan aku sampai bosen lihat darah aku sendiri," balas Antariksa dengan tatapan kosong menatap ke arah langit-langit atap rumah sakit.
Antarez bisa melihat kalau Antariksa sudah merasa pasrah dengan penyakit yang dia derita. "Lalu bagaimana caranya Lo sembuh? Dengan donor jantung?"
"Mungkin, tapi sampai sekarang dokter masih belum dapet pendonor jantung buat aku," jawabnya.
"Haahh," Antarez menghela napas panjang sambil berdiri dari kursinya, "tenang aja, gua yakin Lo pasti sembuh," ujar Antarez menatap wajah Antariksa, berharap dengan kata-kata yang ia ucapkan bisa sedikit membuat Antariksa bersemangat melawan penyakitnya.
"Gua pulang dulu," pamit Antarez berjalan pergi menuju pintu keluar. "Oh yah, untuk tanggal dua puluh delapan nanti gua janji bakal datang, dan gua harus lihat Lo sembuh sebagai gantinya," perlahan Antariksa melihat tubuh kakaknya mulai lenyap, menutup pintu ruangan dan meninggalkan ia sendiri di dalam sana.
"Sembuh?" gumam Antariksa mengulang-ulang kembali perkataan Antarez di dalam pikirannya. "Sembuh bagi gua itu ada dua, tetap singgah di dunia ini atau sembuh pergi ke tempat lain yang jauh lebih baik."
Antariksa memejamkan kedua matanya rapat-rapat, kembali membayangkan bagaimana perihnya ketika jarum infus itu menusuk kulitnya, betapa sakitnya ketika dadanya seperti dihantam beribu batu. Darah menetes deras dari dalam hidung, darah segar mengalir melalui selang-selang yang dihubungkan ke mesin pencuci darah. Itu adalah pemandangan lumrah bagi seorang Antariksa.
Tak lama kemudian, Nyonya Mawar masuk ke dalam ruangan dengan langkah tergesa-gesa. Wajah wanita itu nampak sangat cemas.
"Sayang, kamu enggak kenapa-kenapa kan?" cemas Nyonya Mawar memeluk Antariksa.
"Antariksa baik-baik aja kok Bunda," balas Antariksa.
Nyonya Mawar melonggarkan pelukannya, menangkupkan kedua tangannya pada pipi Antariksa. "Bunda dapet kabar dari dokter Ali kalau kamu sekarang lagi dirawat di rumah sakit. Makanya Bunda cepet-cepet dateng ke sini."
"Iyah Bunda makasih yah, maaf sekali lagi sudah bikin repot Bunda," Balas Antariksa balik memeluk Nyonya Mawar.
********
Antarez memarkirkan sepeda motornya di sebelah mobil hitam milik Tuan Agral, "Papa sudah pulang?" Sebelah alis Antarez terangkat, tumben-tumbenan Papanya pulang jam segini.
"Assalamu'alaikum," salam Antarez sembari membuka pintu rumah, terdapat dua orang sedang berbincang-bincang di ruang tamu.
Seorang wanita yang mengenakan baju kerja namun terlihat sedikit seksi, satu kata yang terlintas di benak Antarez 'genit'.
"Wa'alaikumussalam, kau sudah pulang," balas Papa kepada putra sulungnya yang masih berdiri di ambang pintu.
"Kenalkan nak, nama dia Nyonya Sofia, dia adalah rekan kerja Papa di kantor," ujar Tuan Agral memperkenalkan wanita tersebut.
"Hai Antarez, saya sudah mendengar banyak tentang mu dari Tuan Agral," sahut Nyonya Sofia kepada Antarez.
"Tante buat apa dateng ke sini?" celetuk Antarez.
"Kalau mau cari sasaran duda kaya yang banyak duit jangan ke Papa saya, cari aja cowok lain di luar sana yang mau sama Tante," ucap Antarez gamblang.
"Papa saya urus satu anak aja belum becus, mau punya bini lagi."
"Antarez!" tegur Tuan Agral.
"Bener kan Pa? Tante Sofia gak mau kan jadi samsak nya Papa saya? Nanti wajahnya rusak semua lagi ditinju sama Papa, berhenti aja yah Tan, jangan genit-genit ke Papa saya," setelah selesai meroasting Nyonya Sofia, dan dirasa puas. Antarez pergi begitu saja menuju ke kamarnya.
Tuan Agral melihat kepergian anaknya, ia merasa sangat marah dengan perkataan kurang ajar Antarez kepada Nyonya Sofia. Tapi berusaha untuk meredam emosinya.
"Tolong maafkan perilaku anak saya yah!" ujar Tuan Agral tidak enak.
"I-iyah Tuan, tidak apa-apa," balas Nyonya Sofia, kalau boleh dikatakan dia juga merasa kesal. Tetapi menjaga atitude di depan atasan adalah hal yang utama.