Eps 40

6.5K 427 79
                                    

"Tidak ada kebahagiaan abadi di dunia ini, Manusia lebih pandai menggores luka daripada mengukir senyuman dibibir seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak ada kebahagiaan abadi di dunia ini, Manusia lebih pandai menggores luka daripada mengukir senyuman dibibir seseorang."

********


Perlombaan turnamen futsal sebentar lagi akan dimulai, hari terasa semakin singkat dan dekat saja. Tim futsal SMA Darmawangsa berlatih begitu giat, setiap pulang sekolah mereka selalu menyisihkan waktu untuk berlatih walaupun kadang hanya sebentar.

Tiga hari terakhir, Garuda berkali-kali meminta izin kepada pelatih kalau dia ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan, anak itu tengah sibuk menjaga nyonya Zahra di rumah sakit.

Keesokan harinya, di kediaman Garuda....

"Nak Garuda kok masih di sini? Katanya mau tanding sepak bola, kenapa belum berangkat?" tanya seorang pembantu rumah tangga kepada Garuda, hari ini adalah hari turnamen futsal itu diadakan.

"Enggak apa-apa Bi, niatnya aku mau keluar dari tim," balas Garuda yang masih mengenakan kaos hitam polos, Antarez juga sudah beberapa kali berusaha menghubungi Garuda, dan memang sengaja tidak ia angkat, bahkan beberapa chat beruntun juga sengaja tidak dia balas.

"Loh kenapa den? Kemarin-kemarin semangat banget latihannya sampai pulang petang, sekarang kok tiba-tiba berubah pikirannya?" tanyanya heran.

"Kasihan loh den teman-teman nak Garuda yang lainnya, mereka pasti berharap nak Garuda ikut tanding sekarang."

"Bibi panggilin pak sopir yah suruh nganter, nak Garuda cepetan siap-siap sekarang."

"Enggak perlu Bibi Garuda yang cantik," balas Garuda sembari mengambil nampan berisi makanan yang dibawa oleh wanita tersebut.

"Biar aku aja yah yang bawa ini ke kamar Mama," sambung Garuda lalu pergi membawa makanan tersebut bersama dirinya.

Garuda berjalan menuju kamar nyonya Zahra dengan membawa nampan makanan tersebut, sekilas bola matanya melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit, turnamen futsal akan dimulai pukul sembilan. Dia tetap santai, karena memang Garuda dari awal berniat tidak mengikuti turnamen tersebut.

"Mama," sapa Novan sembari membuka pintu kamar.

Dari dalam sana, Garuda dapat melihat nyonya Zahra yang tertidur lemas di atas ranjang, dengan sebuah infus terpasang di pergelangan tangan kirinya.

Nyonya Zahra mengetahui kedatangan anak laki-lakinya, Garuda. Melihat anak itu masuk ke dalam kamar lalu menaruh nampan tersebut di atas meja samping tempat tidur.

"Garuda kok belum berangkat?" tanya nyonya Zahra dengan nada serak, tatapan kedua matanya juga nampak sayu.

"Enggak, aku gak mau ikut turnamen hari ini Ma, Garuda mau jaga Mama aja di rumah," balas Garuda duduk di tepi kasur dekat nyonya Zahra.

"Tapi temen-temen kamu kasihan loh nak, mereka pasti nungguin kamu sekarang. Mama sehat-sehat aja kok, kamu pergi berangkat sana," balas nyonya Zahra tersenyum lemah.

"Enggak Ma, Garuda gak mau berangkat, lagipula percuma juga kalau aku nanti ikut, pikiran Garuda gak bisa tenang, karena kepikiran Mama terus di rumah," jawab Garuda lebih mementingkan soal kondisi Mamanya. "Garuda mau Mama sembuh, kesehatan Mama lebih penting buat aku," sambungnya terdengar sedih.

"Garuda," panggil nyonya Zahra mengelus lembut punggung tangan Garuda.

"Mama sehat kok, gak perlu khawatir gitu, di sini sudah ada Ayah, Bibi, ada banyak orang di rumah yang jagain Mama, Garuda gak perlu takut."

"Berangkat yah nak!"

"Tapi Ma-"

"Garuda, katanya mau jadi pemain sepak bola terkenal, harus dikejar dong impiannya. Antarez sama teman kamu lainnya lagi nungguin anak kesayangan Mama di sana."

"Mama janji, kalau kamu berangkat turnamen futsal hari ini, pulang nanti Mama pasti sembuh."

"Beneran Ma?"

"Iyah sayang."

"Yasudah, kalau begitu Garuda berangkat, tapi Mama janji yah, pulang nanti Garuda harus liat Mama sembuh," balas Garuda menyodorkan jari telunjuknya kepada nyonya Zahra.

"Iyah Mama janji," balas nyonya Zahra menerima janji tersebut dengan mengaitkan jari telunjuknya kepada jari telunjuk milik Garuda.

"Kalau hari mu tak berwarna, maka temukan seseorang untuk dicintai."

-Garuda-

********

-Perusahaan Kasela

Sebuah gedung bertingkat yang sangat besar dan juga tinggi tentunya, Tuan Agral sedang mengadakan pertemuan penting dengan seseorang untuk membahas soal bisnis yang mereka berdua jalankan.

"Kalau begitu, terimakasih banyak atas waktunya Tuan Liam, besok bisnis kita akan segera dijalankan," ucap Tuan Agral kepada seorang laki-laki berjas hitam yang duduk di hadapannya.

"Sama-sama Tuan Agral, saya juga berterimakasih kepada anda karena sudah mau menjalin kerjasama dengan perusahaan saya," balas Tuan Liam ramah.

"Oh yah Tuan Liam, setelah ini anda berencana pergi kemana? Apa saya boleh mengajak anda untuk minum kopi bersama di cafe?" tawar Tuan Agral.

"Itu ide yang bagus Tuan Agral, tapi saya masih ada urusan, saya harus pergi ke gedung sepak bola untuk melihat turnamen futsal, tim anak saya ikut bertanding di sana," jawab Tuan Liam.

"Owh, apa mungkin anak anda Antarez juga ikut, kita bisa pergi bersama-sama kesana untuk menonton mereka."

"Haha, sayang sekali tidak Tuan Liam, Antarez tidak saya beri izin untuk mengikuti ekstra sepak bola di sekolahnya, saya mau dia menjadi seorang TNI sama seperti saya dulu," balas Tuan Agral.

"Ide yang bagus, ternyata anak dan bapak sama saja. Kalau begitu, bagaimana jika anda menemani saya ke sana? Sepulang nanti, kita bisa pergi ke cafe terdekat untuk berbincang-bincang."

"Baik, kebetulan jam kerja saya sedang kosong sekarang," balas Tuan Agral mengiyakan ajakan dari Tuan Liam untuk pergi bersama-sama menonton pertandingan sepak bola bergengsi antar SMA itu.

°•••Brother konflik•••°









BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang