"Kamu bisa membohongi orang lain dibalik derasnya hujan sekalipun. Tetapi, kamu tetap tidak bisa membohongi dirimu sendiri walau sebanyak apapun kamu tersenyum."
********
Bel berbunyi dua kali, pertanda jam istirahat pertama. Semua siswa-siswi langsung tergopoh-gopoh berlarian keluar dari dalam kelas menuju kantin sekolah, mereka semua sudah merasa tidak sabar untuk segera mengisi perutnya yang sudah panas dan lapar.
Nampak lautan manusia memenuhi area kantin sekolah, sangat ramai dan berdesak-desakan, seperti zombie-zombie yang sedang kelaparan, mereka semua menggila dengan perut yang keroncongan.
"Gila, rame banget Rez," keluh Garuda merasa pasrah melihat keadaan kantin dari luar, dia sudah kehilangan semangat, pasti makanannya sudah pada habis kan.
"Hm," deham Antarez, tadi di rumah Antarez sempat lupa untuk sarapan pagi, dan hanya menyeruput kopi hitam buatan Bi Rina, itupun tidak sampai habis.
"Udahlah, mending kita cepetan masuk, keburu makanannya pada habis, ngeluh terus di sini gak bakal bikin perut Lo kenyang," ucap Antarez, mau tak mau dia harus ikut bergabung dalam segerombolan manusia itu.
Antarez dan Garuda tidak mau ribet, mereka berdua ke sini niatnya cuman mau beli makan, bukan tawuran, desak-desakan hanya untuk berebut makanan. Kedua laki-laki itu tetap sabar berdiri di barisan belakang, nakal-nakal begini Antarez dan Garuda masih ngerti artinya ngantri.
Perlahan demi perlahan posisi barisan Antarez dan Garuda mulai maju ke depan, sebentar lagi mereka bisa memesan makanan, walau dari kejauhan makanan yang tersisa mulai sedikit, tidak apa masih ada harapan.
Dua murid barisan depan sudah selesai memesan makanan, dan melipir pergi. Akhirnya, inilah saat-saat yang sangat dinantikan oleh Antarez sedari tadi. Kakinya melangkah begitu mantap untuk segera memesan makanan, tapi tiba-tiba saja Antarez diselat oleh seseorang, dan langsung memesan minuman tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Antarez merasa begitu marah, sudah hampir lima belas menit dia menunggu di sana, tapi tiba-tiba saja anak itu datang dan menyelat barisannya. "Lo punya mata apa buta sih?" ucap Antarez kepada siswa tersebut.
"Kenapa? Lo gak suka?" balasnya dengan senyum menyeringai, seraya mengunyah permen karet.
Tangan kanan Antarez mengepal begitu kuat, nampak otot-otot tangan timbul, sangat siap untuk menutup mulut brengsek itu. "Rez," bisik Garuda meminta agar Antarez tenang, ini bukanlah tempat yang tepat untuk dia melampiaskan kemarahannya.
"Lo boleh pukul dia, tapi jangan di sini," sambung Garuda mencoba meredam emosi Antarez, anak itu sudah banyak terkena kasus dan sering keluar masuk BK, Garuda tidak mau Antarez harus mendapat masalah lagi.
Antarez menganggukkan kepalanya, dia lebih memilih menurut kepada perkataan Garuda, lagipula marah dengan kondisi lapar, pasti bisa membuat Antarez kehilangan akal pada saat baku hantam dengan anak yang bernama Radja itu.
"Thanks yah Bu," ujar Radja sembari memberikan selembar uang lima ribu kepada Bu kantin.
Radja membalikkan tubuhnya, dan dengan sengaja menumpahkan sedikit es jeruknya pada baju seragam putih milik Antarez, hingga meninggalkan noda kuning di sana.
Radja, siswa berprestasi yang pialanya memenuhi lemari kaca SMA Darmawangsa, rata-rata adalah penghargaan lomba fisika dan kimia, tingkat kabupaten hingga provinsi. Dia sangat tidak menyukai Antarez dan gengnya, Radja yang merasa memiliki prestasi segudang bisa kalah famous dengan Antarez yang hanya modal tampan dan anak berandalan sekolah.
"Ups, sorry," ujar Radja disertai senyuman mengejek kepada Antarez.
Wajah Antarez merah padam, dia merasa sangat marah. Tanpa ragu-ragu, Antarez menjambak rambut Radja, dan membenturkan kepalanya ke dinding kantin. Semua orang berteriak histeris menyaksikan kebrutalan Antarez.
Tak sampai di situ saja, Antarez juga memberikan pukulan beruntun kepada Radja, mulai dari wajah hingga perut. Garuda hanya menonton, dia tidak bisa menghalangi Antarez sama sekali. Karena memang Radja yang mengundang kemarahan temannya itu.
Sebab merasa belum puas, Antarez mengangkat tubuh Radja dan melemparnya kepada meja besi di sana, punggung anak itu terhantam benda keras tersebut, badannya terasa remuk dan lemas.
Antarez tersenyum smirk, dia sangat suka melihat lawannya tersiksa seperti ini. Dia mengambil sebotol air mineral yang tergeletak di atas meja, membukanya, lalu menumpahkannya ke baju Radja, sama seperti yang anak itu lakukan kepada dirinya. "Sorry," ujar Antarez mengangkat sudut bibirnya.
Antariksa yang sudah sampai di luar kantin, dia mendapat informasi kalau kakaknya Antarez sedang berkelahi dengan Radja. Ternyata laporan itu benar, kondisi dalam kantin sudah acak-acakan karena ulah Antarez.
"KAK!" teriak Antariksa bergegas masuk ke dalam sana, mata elang yang masih penuh amarah itu melirik kedatangan Antariksa.
Antariksa melihat ke arah Antarez dan Radja secara bergantian, Radja sudah dipenuhi darah dan luka lebam terutama bagian mulut dan pelipisnya.
Antarez berjalan menghampiri Antariksa bersama Garuda mengekor di belakangnya, berdiri di hadapannya seperti mengintimidasi. "Mau apa Lo datang ke sini? mau jadi sok pahlawan?" ucap Antarez menatap mata Antariksa penuh kebencian.
"Najis! urusin temen Lo itu, mau mati dia," pungkas Antarez sekilas melihat Radja, dan lekas pergi dari sana bersama Garuda, nafsunya untuk makan hilang seketika.
Selepas kepergian Antarez, Antariksa lekas menghampiri Radja yang sudah tidak sadarkan diri. Dia lekas memanggil anak PMR untuk segera membawa Radja ke UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Fiksi Remaja[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...