BROTHER KONFLIK 09

1.3K 90 28
                                    

Geng LEOPARD masih berusaha mencari-cari dimana keberadaan Antariksa, mulai dari sekolah, sampai ke tempat-tempat yang biasanya dia kunjungi, tapi sayangnya hasilnya nihil.

"Dimana lagi kita harus cari dia?" bingung Garuda mengacak rambutnya frustasi, sudah memakan waktu beberapa jam tapi mereka tidak menghasilkan apa-apa.

"Kita istirahat dulu, kasihan anak-anak," sahut Arken melihat para anggotanya yang kelelahan karena sudah berusaha mencari Antariksa tanpa henti.

"Gak! Kita harus cari Antariksa sampai ketemu," jawab Garuda disertai penekanan sontak membuat kemarahan Arken tersulut. Antariksa termasuk bagian penting dalam rencana mereka, itu sebabnya Garuda mau anak itu segera ditemukan.

"Terus? Lo mau bikin anak-anak kelelahan cuman buat cari bocah nggak berguna macam dia? Hah, gitu maksud lo?" bentak Arken kesal. "Egois lo Da! kalau Antarez masih hidup pun dia bakal lebih pentingin anggota daripada individu."

"Sudah gue duga, lo sama sekali nggak becus jadi ketua!" pungkas Arken membuat tubuh Garuda berbalik dan melangkah cepat menghampiri anak tersebut.

Garuda menarik kerah jaket Arken hingga wajah mereka saling berdekatan satu sama lain, sorot mata tajam bak pisau asah itu saling beradu tanpa celah sedikitpun. "Ulangi sekali lagi, gue pastikan mulut lo hancur," kecam Garuda serius.

"Kenapa? Apa lo takut menerima kenyataan, kalau sampai kapanpun lo tidak akan pernah bisa memimpin geng LEOPARD sebaik Antarez," jawab Arken tidak takut sama sekali, ia malah membalasnya sambil tersenyum smirk.

"Bangsat, seharusnya gue keluarin lo dari dulu dari geng."

"Garuda," sahutan suara dari seseorang, seketika membuat kepala mereka bersama-sama menoleh ke sumber suara. Pemuda bertubuh tegap, berbahu lebar, dan merupakan anggota LEOPARD tertua dalam geng, Moza.

"Bang Moza," sebut Garuda reflek melepaskan cengkeramannya dari kerah jaket Arken, Garuda sangat menghormati Moza, selain karena dia adalah anggota tertua. Akan tetapi juga, karena Moza sudah banyak berjasa bagi geng LEOPARD dari dulu hingga sekarang.

"Gue barusan dapat kabar dari Zavian, kalau geng RHINOCEROS habis dibantai sama geng motor misterius di kandang mereka sendiri," ujar Moza menyampaikan informasi yang sangat mengejutkan mereka berdua.

"Apa? Dibantai? Geng mana yang bisa bantai geng kuat macam RHINOCEROS, lo yakin informasi itu bener Bang?" balas Arken memastikan.

"Zavian nggak mungkin kasih berita palsu, sebaiknya kita segera pergi ke sana buat ngecek," ujar Moza lalu berbalik badan, tapi sebelum pergi ia sempat memberikan sekilas tatapan dingin kepada Garuda.

Garuda yang menyadari sorot mata itu pun hanya bisa diam dan menundukkan kepala, Garuda menyadari kesalahannya, tidak seharusnya dia berkata seperti itu apalagi posisinya adalah sebagai ketua. Selama ini, ia selalu berusaha keras agar bisa menjadi leader yang baik bagi geng LEOPARD. Namun tetap saja, sekuat apapun ia berusaha dirinya tidak akan pernah bisa menjadi seperti Antarez.

"Bahkan setelah kepergian lo, gue masih belum bisa sepenuhnya masuk ke hati mereka Rez. Cih, pelet lo apaan sih," batin Garuda menutup separuh wajahnya sambil tersenyum.

********

Di markas geng RHINOCEROS, Zavian sudah sampai di sana terlebih dahulu bersama dia anggota LEOPARD yang lain. Mereka benar-benar terkejut, menyaksikan lautan manusia berceceran dengan sejumlah luka menghiasi tubuh mereka, aroma darah begitu kuat memenuhi seisi bangunan. Apa yang sudah terjadi, kenapa bisa sebrutal ini?

"Kira-kira apa yang sudah terjadi sama mereka?" tanya salah satu anggota LEOPARD kepada Zavian.

"Yang pasti lawan mereka bukan geng biasa," balas Zavian merasakan bulu kuduknya berdiri ketika menatap tumpukan raga tak bernyawa itu.

"ZAVIAN!" teriak anggota yang lain, sembari berlari menuju ke arah mereka berdua sambil membawa sesuatu di tangan kanannya. "Gue temuin ini, kayaknya barang ini milik geng yang bantai RHINOCEROS tadi," ucapnya, memberikan slayer bermotif tengkorak itu kepada Zavian.

Ia menerimanya, dan terlihat tengah mengamati slayer itu baik-baik. Sampai, manik matanya terpaku pada sebuah logo dibagian ujung kain tersebut. "Venom Death, jangan-jangan dia yang suruh, tapi.... kenapa?" batin Zavian seperti teringat sesuatu.

"Zav, lo kenapa?" bingung mereka berdua sebab melihat ekspresi wajah dari laki-laki itu.

"Gue pergi dulu, ada urusan yang mesti gue urus. Lo berdua tetap di sini, sebentar lagi geng LEOPARD dateng," balas Zavian terburu-buru dan segera keluar dari dalam markas tersebut, menaiki sepeda motor sportnya lalu pergi menuju ke suatu tempat.

Zavian mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, melaju membelah keramaian kota Bymantara di sore hari. Langit sudah berwarna oranye kuning keemasan, burung-burung berkicau membentuk barisan di selimut angkasa. Jalanan yang semula ramai perlahan-lahan sepi, alur yang Zavian ambil perlahan mulai menjauhi kota dan menuju ke tempat terpencil.

Alas yang semula aspal kini berganti menjadi hamparan tandus yang ditumbuhi rerumputan liar. Tidak ada lagi bangunan tinggi, mobil mewah, dan gemerlap lampu kota modern, semuanya digantikan oleh pohon-pohon rimbun, sawah, dan rumah-rumah sederhana ala pedesaan.

Bisa dibilang tempat ini cukup terpencil dan jauh dari keramaian kota, tidak banyak orang yang mengetahui tentang tempat ini, karena memang sekecil itu dan jalan akses menuju ke lokasi tersebut tidak mudah.

Langit hampir gelap, motor sport berwarna hijau itu memasuki gapura selamat datang di desa Kalimati, dan tak lama kemudian kendaraan tersebut berhenti di depan sebuah rumah gubuk yang sederhana.

Sebelum mengetuk pintu, Zavian mengeluarkan handphonenya terlebih dahulu, menggulir layar untuk mencari-cari nama kontak seseorang hingga berhentilah pada nama 'Orion'.

"Z05, gue ada di depan, buka pintunya sekarang," pinta Zavian seperti menyebutkan sebuah kode di awal percakapan, dan tak lama kemudian pintu yang terbuat dari bambu itu pun terbuka.

Ia melihat, kemunculan seseorang dari balik ruang gelap yang diterangi oleh temaram lampu kuning. Lama-kelamaan sosok itu semakin jelas, dan akhirnya berdiri di hadapan Zavian, seseorang dengan bekas luka cambukan yang masih membekas, serta ciri khas manik mata tajam bak elang.

 Lama-kelamaan sosok itu semakin jelas, dan akhirnya berdiri di hadapan Zavian, seseorang dengan bekas luka cambukan yang masih membekas, serta ciri khas manik mata tajam bak elang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Antarez," panggil Zavian kepada pemuda tersebut.

"Ya, ada perlu apa lo datang ke sini?" balas Antarez bersedekap dada, sembari menatap dingin ke arah Zavian.

Orion adalah Antarez, itu adalah nama kontak samaran yang digunakan oleh dirinya agar tidak ada seorangpun tahu terutama Garuda. Benar, kalian tidak salah lihat. Antarez tidak mati, melainkan memalsukan kematiannya.

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang