Brother Konflik 010

1.2K 80 10
                                    

"Andai, dewasa itu seindah seperti apa yang dulu aku bayangkan, mungkin sekarang aku masih baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Andai, dewasa itu seindah seperti apa yang dulu aku bayangkan, mungkin sekarang aku masih baik-baik saja."

-Antarez Putra Kasela-

********

Zavian berdiri di hadapan pemuda itu, tatapannya terpaku pada sepasang manik mata tajam yang masih menyiratkan sejuta misteri, dan aura dingin yang tak mampu dijelaskan. Bahkan hingga sekarang dirinya masih tidak menyangka, kalau ia menjadi satu-satunya anggota geng LEOPARD yang mengetahui bahwa Antarez masih hidup.

"Gue mau bicarakan sesuatu yang penting," ucap Zavian lalu melihat tubuh Antarez berputar arah.

"Masuk ke dalam," balasnya, dan berjalan memasuki rumah gubuk tersebut bersama Zavian yang mengekor di belakangnya.

Bagi kalian pasti berpikir dan bertanya-tanya, bagaimana Antarez masih hidup? Bukankah dia telah mendonorkan jantungnya kepada Antariksa? Harusnya dia sudah sepenuhnya pergi dari dunia ini, lalu bagaimana bisa dia tinggal di daerah terpencil dan memilih untuk mengasingkan diri?

#Flash back#

Beberapa tahun yang lalu, lebih tepatnya sebelum tanggal dua puluh delapan, hari dimana Antariksa akan melaksanakan operasi. Antarez sempat mendapatkan kabar dari Antariksa sendiri, kalau adiknya itu akan menjalankan operasi terakhir pada tanggal dua puluh delapan nanti. 

Sejak saat itu juga, diam-diam Antarez berusaha mencari informasi soal penyakit yang di derita oleh Antariksa melalui rumah sakit, dan kepada dokter yang kerap menangani anak tersebut. Dia mengetahui, kalau ternyata Antariksa membutuhkan pendonor jantung agar bisa sembuh, dan untuk mendapatkannya memang tidak semudah itu.

Disinilah Zavian berperan penting, sebab ayahnya adalah dokter ahli bedah dan kebetulan pada saat itu memiliki barang penting yang dibutuhkan oleh Antarez. Antarez berusaha membuat karangan sebaik mungkin agar bisa lepas, lalu keluar dari kota Byantara mengasingkan diri sejauh-jauhnya.

Kenapa? Tentu saja karena Antarez lelah, dia lelah harus selalu mendapatkan kekangan setiap hari, dituntut untuk memenuhi impian Tuan Agral yang terlalu tinggi. Dipaksa menggapai langit dengan kondisi tubuh setengah mati, memangnya siapa yang kuat dengan kondisi seperti itu?

Keluarga yang toxic, pergaulan bebas, dunia penuh kekerasan. Meskipun Antarez juga dikelilingi oleh teman-teman yang menyayangi dia, serta sebuah geng yang telah ia besarkan seperti rumah. Apakah itu semua sudah menjamin kebahagiaannya?

Antarez juga manusia biasa, setidaknya dia juga membutuhkan tempat untuk pulang selain mereka yang dirinya sebut sebagai teman. Siapa? Tentu saja keluarga, siapa yang Antarez mau? Tentu saja Bunda, tapi apa wanita itu menginginkan dia? Tidak, penolakan hari itu sudah cukup menghancurkan hati Antarez berkeping-keping.

Antarez juga sempat gelap mata dan ingin mengakhiri hidupnya sendiri, dengan berencana menembak kepalanya menggunakan pistol yang telah ia pegang kuat-kuat, menempel di bawah dagunya.

Tangan laki-laki itu gemetar, merasakan dinginnya mulut pistol yang menyentuh kulitnya yang hangat, akibat darah mendidih naik sampai ke sel-sel otak. 

"Besok Arez mau jadi pemain sepak bola terkenal."

"Bundaaa, kalau besar nanti Arez mau jadi astronot kayak adek Riksa, boleh nggak?"

"Bunda, sekarang Antarez mau mati aja ya, Arez capek hidup," gumam Antarez disertai linang air mata yang berselancar deras membasahi pipinya, bulir bening itu menetes mengecupi punggung tangannya yang semakin melemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bunda, sekarang Antarez mau mati aja ya, Arez capek hidup," gumam Antarez disertai linang air mata yang berselancar deras membasahi pipinya, bulir bening itu menetes mengecupi punggung tangannya yang semakin melemas. 

Sepasang bola mata hitam itu menatap putus asa ke arah langit-langit kamar, lucu ya? Mengingat dahulu sewaktu ia masih kecil, dengan mudahnya mengatakan semua impian  tanpa berpikir, rasanya sangat mudah tanpa ada rasa keraguan sedikitpun. Tapi sekarang? Hanya untuk mewujudkan satu keinginan saja rasanya sungguh berat, pada akhirnya memilih menyerah dan pasrah.

"Haha bangsat, sehancur ini gue sekarang," tawa lemah Antarez mengasihani dirinya sendiri, seorang anak kecil yang dulunya memiliki sejuta impian, sebentar lagi akan menghancurkan dirinya sendiri. Menangis tanpa suara memang sesakit ini, berusaha tidak berteriak, dan menghancurkan diri secara perlahan memang sesakit ini. Tapi entah mengapa, ia menikmati luka di setiap detiknya, seolah-olah memang inilah makanan yang pantas ia dapatkan.

"Andai... andai gue terlahir sebagai Antariksa, pasti hidup gue bahagia, andai gue nggak berpura-pura kuat waktu itu, pasti Bunda mau bawa gue keluar dari rumah ini," monolognya, dengan jari telunjuk siap menarik pelatuk.

"Bukan, bukan itu penyebabnya. Andai, gue tidak terlahir dalam keluarga ini pasti hidup gue bahagia, menjadi seorang anak yang pantas dihargai dan mendapat kasih sayang tanpa mengemis," Antarez perlahan menutup kelopak matanya, merasakan peluru panas yang sebentar lagi akan melesat mengenai bawah dagunya.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk membuat niat Antarez urung, mata yang semula tertutup kini kembali terbuka dan melihat ke arah handphone nya yang menyala di atas nakas. Ia pun memutuskan menaruh pistol tersebut di samping tubuhnya, lalu mengambil benda pipih tersebut.

Zavian sends you a message~

Zavian: "Gue sudah dapet barang yang lo mau."

Antarez tersenyum miring setelah membaca pesan singkat tersebut, sebelum kedua jari jempolnya menekan-nekan keyboard pada layar handphone. 

Antarez:
"Oke, kita ketemuan di bar tempat biasa, ada hal yang mau gue kasih tahu."

Zavian: "Oke."

Laki-laki itu menghela napas panjang, lalu melirik ke arah pistol yang masih berada di atas ranjangnya. Ia tersenyum kecil, "kenapa setiap kali gue coba pergi, selalu aja ada sesuatu yang membuat gue berhenti?" 

"Hari ini boleh gagal, tapi bukan berarti gue menyerah," sambungnya, lalu segera bersiap-siap untuk menemui Zavian di tempat yang sudah mereka tentukan.

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang