"Tidak perlu berjuta waktu, kalau satu detik pun akan sangat diriku hargai jika itu aku habiskan untuk bersama mu."
-Antariksa.
********
"Rez, Lo mau langsung pulang? Makan-makan dulu yok, sekalian buat ngerayain kemenangan tim kita," ajak Samudera.
"Ide bagus, eh bentar," balas Antarez merasakan ada sesuatu yang bergetar di kantong jaket yang ia kenakan. Tangan Antarez pun menggerogoh isi dalam saku tersebut, untuk mengambil benda pipih itu.
-Papa-
Papa:
"Papa ke sekolah kamu sekarang."Kedua mata Antarez membulat selepas membaca isi pesan tersebut, dirinya terkejut bukan main. "Shit!" batin Antarez mengumpat.
"Samudera, maaf yah kayaknya gua gak bisa deh. Gua pergi duluan yah, ada urusan penting soalnya," pamit Antarez kepada Samudera, lalu berlari tergopoh-gopoh menuju sepeda motornya yang terparkir di dekat pohon.
Antarez menaiki kendaraannya itu dengan kecepatan penuh, ia harus sampai di sekolah terlebih dahulu sebelum Tuan Agral. Jangan sampai beliau tahu kalau Antarez tidak ada di sana. "Semoga masih sempat," batin Antarez hanya terfokus pada jalanan yang ada di depannya.
Sesampainya di SMA Darmawangsa, Antarez memilih untuk masuk ke dalam sekolah melalui gerbang belakang, dia mencari aman, siapa tahu kalau seumpama Antarez melewati gerbang depan ia malah berpapasan dengan Papa.
Antarez memarkirkan sepeda motornya asal, lalu lekas pergi ke toilet siswa untuk mengganti pakaian Jersey bola yang ia kenakan dengan seragam sekolah.
Di depan cermin, Antarez merapikan sedikit pakaian putih abu-abunya, menyisir rambut hitam itu dengan sela-sela jari. Dirasa penampilannya sudah cukup rapi, Antarez segera keluar menuju pintu gerbang utama sekolah untuk menemui Papa di sana.
Antarez berlari-lari kecil, lama-kelamaan langkah kaki itu mulai melambat, lalu pada akhirnya berhenti dan bersembunyi dibalik pohon.
"Itu Papa kan? Kok dia ngobrol sama Antariksa," gumam Antarez mengamati Tuan Agral yang sedang berbincang bersama Antariksa. Ternyata benar, Papa datang lebih cepat sesuai dugaannya.
Suara mereka terlalu kecil, Antarez tidak dapat mendengar perbincangan Tuan Agral dan Antariksa sama sekali.
Setelah melihat Papa pergi dan masuk kembali ke dalam mobilnya yang berada di luar gerbang, barulah Antarez keluar untuk menemui Antariksa.
"Kakak sudah pulang, gimana tadi turnamennya?" tanya Antariksa kepada Antarez.
"Lo ngomong apa aja sama Papa?" balas Antarez berbalik bertanya.
"Gak ada, cuman pertanyaan kecil biasa. Kakak belum izin sama Papa yah kalau ikut turnamen futsal? Tadi Papa ngirain kalau Antariksa itu kakak, untung aja Antariksa bisa jawab, jadi Papa gak curiga," jelas Antariksa.
"Owh."
"Cuman owh aja?" sahut Antariksa.
Antarez mengerutkan keningnya, "maksud Lo?"
"Yah bilang makasih atau apa gitu, kan Antariksa sudah nolongin kakak."
"Hm, makasih," jawab Antarez dingin.
"Sudah? Cuman makasih aja?" ucap Antariksa sekali lagi, Antarez memutar bola matanya jengah. Sebenarnya apa sih yang adiknya itu mau?
"Terus gua harus apa?" balas Antarez merasa geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Fiksi Remaja[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...