Eps 39

5.8K 426 2
                                    

°•••Brother konflik•••°

Yovela pun kembali masuk ke dalam kelasnya, baru saja dia memijakkan salah satu kakinya di ambang pintu, semua tatapan sinis tertuju kepada gadis tersebut, beberapa anak perempuan juga menyindir pedas kepada Yovela.

"Ini nih si beban, baru juga jadi anak baru udah bikin masalah," sindir seorang siswi sambil memutar bola matanya.

"Iyah tuh, main gampar wajah kak Antariksa lagi, emang siapa Lo?" sahut temannya menyolot.

"Mimpi apa sih gua kemarin, bisa dapet temen kelas gak tahu malu macam dia."

Yovela tidak berani untuk melangkah lebih jauh, dia tetap berdiri di sana dengan tirai poni yang menutupi area wajahnya. Hati Yovela begitu sakit, baru dua hari dia bersekolah di sini. Tapi langsung mendapatkan perlakuan buruk seperti itu.

Tangan kanan Yovela langsung ditarik masuk oleh seseorang, mengajak perempuan tersebut untuk duduk di tempat duduknya. Ruby, gadis bermata coklat itu menggenggam telapak tangan Yovela erat. "Gak usah nangis, angkat kepala Lo," ujar Ruby tersenyum simpul.

Ruby, teman perempuan pertama yang ia kenal dan bisa langsung akrab dengan Yovela. Ruby terkenal baik kepada siapapun, walaupun sifatnya agak tomboy.

"Gak perlu ditanggepin, biasalah fans fanatik," lanjutnya.

"Hm," deham Yovela yang mulai merasa tenang, untung saja ada Ruby, kalau tidak Yovela tidak tahu lagi harus berbuat apa.

"Vel, gua boleh tanya sesuatu? Gimana ceritanya Lo sampai berani tampar kak Antariksa? Setahu gua dia anaknya baik," tanya Ruby penasaran.

"Jadi gini," Yovela mulai menceritakan segalanya kepada Ruby, termasuk peristiwa kemarin. Yovela berusaha menceritakan kejadian itu sedetail mungkin.

"Kayaknya laki-laki yang nyuruh Lo dandan menor itu bukan kak Antariksa deh," balas Ruby menerka, setelah selesai mendengarkan cerita dari Yovela panjang kali lebar.

"Hah?" bingung Yovela mengerutkan keningnya, kalau bukan Antariksa lalu siapa?

"Model pakaian dia gimana? berantakan gak?" tanya Ruby masih belum puas.

"Seingat gua iyah sih, gak pakai dasi, sabuk, sama baju seragamnya dikeluarin," balas Yovela berusaha mengingat-ingat semuanya kembali.

"Fiks, dia kak Antarez bukan kak Antariksa," balas Ruby menepuk meja, ternyata dugaannya memang benar.

"Kak Antarez? Itu siapa lagi?" batin Yovela semakin dibuat pusing.

Ruby melihat ekspresi kebingungan terlukis di wajah Yovela, tidak ada salahnya kalau sampai Yovela bingung. Karena dia memang masih anak baru, jadi wajar kalau tidak tahu.

"Di SMA ini punya murid kembar, namanya Antarez sama Antariksa, dua-duanya sama-sama jadi idola di SMA Darmawangsa. Cuman bedanya, kalau Antarez lebih ke bad boy, kalau Antariksa lebih ke soft boy. Dan cowok yang kerjain Lo kemarin itu pasti kak Antarez, karena gua yakin kak Antariksa gak mungkin sejahil itu sama anak baru," jelas Ruby.

"Owh," Yovela manggut-manggut mengerti.

"Makanya, sebenarnya gua juga kesel sama Lo, mau aja dijadiin badut sama cowok! Lo itu emang polos atau bodoh?" kesal Ruby menonyor dahi Yovela.

"Ish, namanya juga gua gak ngerti, wajah mereka terlalu mirip makanya gua susah buat bedain," balas Yovela mengerucutkan bibirnya.

"Kalau gak ngerti itu harusnya mikir, mana ada di sejarah sekolah anak baru disuruh dandan menor terus berdiri di tengah-tengah lapangan upacara Yovela."

"Iyah-iyah Bu nyai Ruby, saya salah."

********

Di rooftop sekolah, ada dua murid laki-laki sedang bersantai di sana, menyesap rokok sembari melihat pemandangan SMA Darmawangsa dari atap. Semilir angin sepoi-sepoi semakin menambah kenikmatan.

"Rez, gua boleh tanya sesuatu gak?" ujar Garuda kepada Antarez yang berdiri di sampingnya.

Antarez mengeluarkan kepulan asap dari dalam mulutnya, "apa?"

"Gua perhatiin, akhir-akhir ini Lo semakin banyak berubah, dari sikap Lo yang semakin kasar sampai cara Lo bertarung," balas Garuda to the point, beberapa Minggu terakhir setiap malam geng LEOPARD selalu disibukkan dengan acara balap liar, sampai tawuran.

Biasanya, Antarez tidak terlalu meladeni hal-hal tidak penting seperti itu. Berbeda dengan sekarang, siapapun yang berani menantang geng LEOPARD, Antarez akan menerimanya dengan senang hati.

"Terus?" Antarez mengetukkan rokoknya beberapa kali, membuat abu-abu rokok tersebut rontok dan berjatuhan.

"Lo gak mau cerita sama gua? Apa alasan yang bisa bikin Lo berubah kayak gini?"

"Semuanya gak harus Lo tanggung sendiri Rez, kadang kala Lo juga perlu buat ceritain sedikit keluh kesah Lo kepada orang lain."

"Gua tahu, tapi sampai sekarang gua masih belum menemukan tempat yang Lo maksud itu," balas Antarez.

"Lo nganggap gua pemimpin kan? Dan menurut gua, seorang ketua disebut gagal jika dia menceritakan kesedihannya kepada anak buahnya, hidup kalian sudah berat, gua gak mau nambah beban pikiran Lo lagi."

"Lebih baik sekarang Lo fokus aja sama kesehatan Bunda Aza, nanti waktunya dia control ke rumah sakit kan."

"Iyah," balas Garuda menundukkan kepalanya, dia kembali teringat akan keadaan nyonya Zahra.

Terdengar suara decitan pintu terbuka dari arah belakang, membuat Antarez dan Garuda menolehkan kepalanya.

"Rez! Antariksa nyuruh Lo dateng ke ruang OSIS," ucap laki-laki tersebut menyampaikan pesan.

"Buat apa?" balas Garuda.

"Gua gak tahu, pokoknya Lo suruh datang ke sana sekarang."

"Oke, bilangin ke dia gua segera ke sana, Da gua pergi dulu yah," Antarez menepuk pundak Garuda, lalu pergi dari rooftop menemui Antariksa.

Bersamaan dengan kepergian Antarez, saku celana Garuda bergetar. Ia pun segera mengambil benda pipih itu dari dalam sana. Ternyata, ada sebuah pesan masuk dari seseorang.

-Ayah-

Ayah:
"Garuda, keadaan mama semakin memburuk, sekarang mama ada di rumah sakit, dia mau ketemu sama kamu, Papa sudah diizinin sama kepala sekolah. Kamu boleh pulang.

Garuda:
"Iyah Yah, aku pulang sekarang."

°•••Brother konflik•••°

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang