Eps 78

4.6K 417 42
                                    

Tanpa berpamitan Garuda pergi meninggalkan markas dengan menaiki sepeda motor ninjanya, ia pergi bersama rasa marah yang masih tersulut di dalam dirinya. Jika saja mereka tidak memisahkan Garuda dengan Arken, anak itu mungkin sudah mati sekarang.

Garuda melipirkan kendaraannya di lapangan rumput hijau dekat danau, ada perasaan kerinduan tersendiri di sana. Sebuah tempat yang mampu membuat pikiran juga hatinya tenang.

Anak itu duduk seorang diri di tengah karpet hijau yang luas, bersama sang langit berselimutkan tinta hitam, bertaburkan mutiara bintang, serta ditemani sapuan angin malam.

Garuda menutup matanya rapat-rapat, membiarkan hembusan angin membelai lembut wajah tampannya.

"Tumben ke sini, kenapa? Lagi ada masalah?" tanya seseorang terdengar jelas di sisi kanan tubuh Garuda.

Mendengar suara itu, sontak membuat mata Garuda terbelalak, langsung menolehkan kepalanya pada sumber suara. "A-Antarez," kejut Garuda bukan main.

Garuda bisa melihat persis Antarez sedang duduk di samping, seraya menengadahkan kepala menghadap langit. Rasa sedih bercampur bahagia menyatu dalam hati Garuda, dia tidak tahu lagi bagaimana harus mengekspresikan perasaannya. "A-Antarez, lo kok bisa ada di sini?" bingung Garuda menatap sosok yang amat dirinya rindukan itu.

"Hm," deham Antarez tidak mengubah pandangannya sama sekali. "Bisa aja, kenapa emangnya? Lo gak kangen sama gua?" tanya Antarez menolehkan kepala, melihat Garuda.

Antarez tersenyum, ada rasa sedih saat menatap lengkungan bibir itu. Kemarin, Garuda menangis sambil menyaksikan pemakaman Antarez, tapi sekarang, dia bisa melihat utuh tubuh sahabatnya itu tengah duduk bersama dirinya, apakah ini mimpi?

/PAK/

Tangan Garuda melayang, menampar pipi kiri Antarez cukup keras. "Sakit bangsat!" sebal Antarez mengumpat.

"Owh," respon Garuda seperti orang tidak bersalah, walaupun melihat pipi kiri Antarez merah, mengecap kelima jari tangannya.

"Kampret, lo udah tampar gua, pakai masang muka sok polos. Gua copotin gigi lo mau!" geram Antarez gemas, rasanya ingin sekali mencekik leher Garuda.

"Gua cuman mau memastikan aja, ini beneran Antarez atau bukan," balas Garuda.

"Bangke, yah ini gua lah, lo pikir siapa?" ucap Antarez.

/PAK/

Sekali lagi, Garuda menampar pipi Antarez untuk yang kedua kalinya. Wajah laki-laki itu semakin merah, akibat tamparan cap lima dari Garuda.

"BANGSAT, MAU LO APA SIH GOBLOK!!!" teriak Antarez dengan emosi memuncak.

Namun, seketika Antarez terdiam, saat Garuda tiba-tiba saja mencengkram kerah jaket hitamnya. Sebulir air mata jatuh membasahi pipi Garuda, Antarez bisa mendengar isakan tangisan kecil dari mulutnya.

"Da, ngapain lo nangis?" tanya Antarez bingung, kepada Garuda yang masih mencengkram kerah jaketnya seraya menunduk.

"Brengsek," lirih Garuda sedikit gemetar.

"Lo brengsek Rez, bisa-bisanya lo pergi gitu aja ninggalin gua dan geng LEOPARD. Lo pikir cuman lo aja yang bosen hidup, GUA JUGA REZ!" bentak Garuda tepat di wajah Antarez.

Garuda menghempaskan cengkraman nya kasar, lalu menyeka air mata menggunakan punggung tangan. "Waktu itu lo cuman pamitan sama gua lewat telepon, dan besoknya... tiba-tiba gua denger kabar kalau temen gua sudah meninggal," ujar Garuda mengepalkan tangan.

"Lo pikir segampang itu buat ninggalin semuanya yang di sini? Gua, anak-anak LEOPARD, juga geng yang sudah kita jaga sampai sebesar sekarang. Dan isi otak lo cuman untuk donorin jantung lo ke Antariksa, adik lo yang brengsek itu?"

"Terus dimata lo gua ini apa? Gua sahabat lo kan? Jadi kenapa, lo gak pernah mau cerita sama gua tentang masalah di hidup lo Rez?" tanya Garuda menatap wajah Antarez.

"Gua ingin jadi rumah buat lo Rez, gua pingin buktikan kalau sebenarnya di dunia masih ada orang yang perduli sama lo, yang sayang sama lo, tapi hati lo selalu tertutup."

Antarez sengaja tidak membalas perkataan dari Garuda, ia membiarkan anak itu mengeluarkan semua kekesalan yang menumpuk di dalam hatinya. "Thanks," ujar Antarez menepuk lembut kepala Garuda.

"Thanks sudah menjadi sahabat gua yang paling baik. Gua emang sengaja gak biarin semua orang tahu soal apa yang gua rasain, karena gua susah buat percaya sama manusia, selamanya," balas Antarez.

"Buat apa juga gua harus cerita sama kalian, lagipula dia yang di atas sudah mengetahui semua tentang isi hati gua," sambung Antarez sesaat melirik ke arah langit.

"Posisi gua sebagai ketua geng Da, gua gak mau menunjukkan sisi lemah seorang ketua, dan pikiran kalian juga sudah berat, gua gak mau nambah beban lagi di diri kalian," pungkas Antarez diakhiri dengan senyuman.

"Geng LEOPARD sedang membutuhkan leader mereka yang baru, dan gua sudah menunjuk lo sebagai ketua."

"Tapi Rez, gua gak mau merubah posisi lo begitu aja, bagi gua lo itu leader geng LEOPARD selamanya," balas Garuda membuat Antarez menghela napas.

"Lo masih ingat kan, apa kata-kata yang gua ucapkan waktu itu di telpon? Kalau seandainya besok kedua mata gua masih tertidur, gua percayakan geng LEOPARD ke lo, ingat?" tanya Antarez mengulang kembali perkataan yang pernah ia ucapkan kepada Garuda.

"Hm," deham Garuda mengangguk.

"Haha, kalau gitu lo udah paham kan harus apa? Selamat boy, gua percayakan geng LEOPARD ke lo, buat geng kesayangan kita terkenal, bukan seantero Byantara saja, tapi lebih dari itu," ujar Antarez senang, seraya menepuk-nepuk punggung Garuda.

"Siap," jawab Garuda ikut tersenyum.

"Kayaknya ada yang lagi cariin lo, gua pamit dulu yah!" Garuda refleks memutar tubuhnya, melihat ke arah tepi jalan, benar ada seorang anggota geng LEOPARD baru saja memarkirkan sepeda motornya di sana.

"Rez, gua," baru saja Garuda kembali menatap Antarez, anak itu sudah hilang dari hadapannya. "Padahal gua masih ingin ngobrol banyak sama dia," batin Garuda kecewa.

"Garuda!"

°•••Brother konflik•••°

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang