Pulang sekolah Mea dibonceng Sadewa dengan motor vespanya. Mea tersenyum senang, bersama dengan pacarnya yang terlihat sederhana itu membuat hati Mea merasa lebih dari cukup akan tentang Sadewa. Cowoknya itu bukan anak populer. Hanya segelintir anak yang beruntung masih mempunyai kelebihan dengan otak pintarnya itu. Wajahnya juga lumayan enak dipandang. Mungkin ada juga yang mengagumi Sadewa diam-diam karena kejeniusan cowok itu.
Dan Mea merasa aman jika berada didekat cowok itu. Tak ada sedikitpun yang terdengar mencemar nama cowok itu dengan gosip lain. Sadewa itu tidak lemah. Ia pasti akan melindungi Mea dari siapapun. Baginya Mea adalalah detak jantungnya berpusat. Hanya gadis itu mampu membuatnya berani bersaing dengan para badboys. Mengingat hal itu membuat Sadewa tersenyum tipis dengan sendirinya.
Sepanjang Sadewa mengendarai motornya bersama Mea dengan agak lamban sedikit disengaja agar bisa lebih lama berduaan dengan Mea. Itulah satu-satunya ia bisa merasa keromantisan. Memang terlihat biasa saja, tapi ketahuilah Sadewa tak begitu punya banyak waktu luang untuk bersenang-senang dengan Mea diluar sana karena waktunya sangat berharga untuk meraih beasiswa jika bukan tuntutan kedua orang tuanya yang menginginkan agar mereka bangga mempunyai anak yang berguna.
Sembari sempat berbincang diperjalanan, mengisahkan hal yang mereka lalui dan sedikit mencurahkan isi hati, tak terasa Sadewa memberhentikan motornya tepat di lampu merah jalan raya sambil menunggu hitungan mundur sebentar.
Namun lain halnya mata Mea langsung melotot horor dibalik kacamatanya. Begitu melihat seseorang yang mengendarai motor besar ninjanya, raungan derum bunyi dari motor yang ditunggangi oleh lelaki yang barusan Mea lihat, sedikit membuatnya terganggu berisik. Apalagi cowok itu menoleh kearahnya melemparkan tatapan matanya ke arah dirinya cukup lama beberapa saat.
"Enak ya dibonceng pakai Vespa punya rasa senang tersendiri, apalagi sama kamu berduaan, moment yang sangat manis." Mea berucap pada pada Sadewa sambil sedikit melirik ke arah lelaki itu. Rendra Sandego. Mea memasang wajah malu-malunya membuat Sadewa gemas mencubit pipinya sebentar.
"Iya sayang. Jok belakang khusus buat kamu selamanya, apalagi di hati, hanya kamu yang spesial." balas Sadewa dengan senyuman lebarnya menatap Mea penuh kasih.
Rendra menghunuskan tatapan tajamnya, ia muak melihat keromantisan Mea dan Sadewa meski ia pun tak mengalihkan pandangannya. Barulah Sadewa melihat ke arahnya dengan senyum terkesan mengejek untuk Rendra.
"Heh Lo berdua gak usah sok pamer romantisan. Bikin pemandangan kotor tau gak?!" sinis Rendra dibalik helm fullfacenya, bisa-bisanya Mea memanasinya. Rendra akui ia memang menyukai gadis itu dulu, tapi bukan bearti cewek jutek jtu langsung berubah seketika--sengaja ingin mempermainkan perasaannya setelah tahu Rendra hendak menembaknya. Hah! Rendra membuang napasnya kasar. Ingin sekali membalas perbuatan apa yang telah dilakukan gadis itu padanya, seolah Mea tahu bahwa, ia masih menyukai dirinya. Sialan! Rendra jadi ingin memakan orang hidup-hidup.
Mea melakukan itu agar benar-benar bisa membuat Rendra tak ada lagi perasaan untuk dirinya. Agar cowok itu berhenti menyimpan perasaan dan bahkan Mea melakukan apapun agar Rendra bisa ifeel sepenuhnya.
Itu yang Mea mau. Ia benar-benar tidak ingin para cowok aneh itu menjadikan dirinya seperti barang mainan, padahal Mea bukan cewek yang harus dibanggakan tidak ada kelebihan yang Mea punya. Mungkin saja mereka pada akhirnya akan meanggap dirinya seperti boneka yang mudah dipinjamkan oleh teman-temannya. Itu ada dipikirannya Mea."Kita lanjut jalan lagi aja, kasihan orang yang nggak punya gandengan ngelihatin kita yang berduaan begini. Pasti ngarepin juga biar ada yang nemanin."kata Sadewa dengan wajahnya yang terlihat menjengkelkan dimata Rendra, ingin sekali ia meninju keras sampai wajah itu sampai tak lagi berbentuk sempurna, bahkan mengeluarkan senyuman itu, tak akan pernah bisa muncul lagi meski sekecil garis tak kasat mata, "Aku bangga punya motor butut kayak gini kalau ada kamu yang mengisinya duduk bersamaku, dibandingkan punya motor mewah dan terlihat keren tapi hampa, cuma angin doang yang nebeng,," Lanjut Dewa disertai kekehannya sambil mengelus dengkul Mea sebentar dengan terang-terangan yang juga tak luput dari pengamatan mata tajam Rendra. Gadis itu terdiam sejenak, hanya menyunggingkan senyumannya membalas Dewa, lalu memeluk pinggang pacarnya itu dengan erat.
"Bangsat Lo berdua!!" umpat Rendra yang merasa tersinggung atas cibiran Dewa yang sengaja ditekankan lebih tertuju padanya sekaligus dengan perasaan yang panas melihat Mea dengan cowok itu. Berani sekali Sadewa mengejek dirinya mentang-mentang Mea menolak dirinya dan juga teman-temannya, malah merasa seakan gadis itu seperti gadis primadona paling cantik disekolah yang mereka idam-idamkan.
Rendra yang akhirnya diam selain menahan emosinya yang mulai menaik. Ia bisa saja memaksa gadis itu, tapi bukan sekarang.
Ini karena Sadewa yang sudah lama lebih duluan menjadi kekasih dari gadis itu. Itu lah hambatannya mengapa ia belum bisa mendapatkan gadis itu.Lampu merah sudah melompat hijau, mengintruksikan Sadewa yang lebih dulu menjalankan motor vespanya menjauh, tak lama kini Rendra dari belakang muncul menyalip dengan bunyi yang sengaja digas nyaring meninggikan kecepatan lajunya, membuat Mea dan Sadewa sedikit terpekik atas tindakan lelaki itu yang sedikit gila mengendarai motor ninjanya.
Tentu saja cowok itu marah, tak lupa dengan lirikan sinisnya yang tajam ke arah mereka berdua rasakan. Mea tak mempedulikannya. Dan Sadewa malah mengulum senyum kemenangannya sudah berhasil membuat lelaki itu--Rendra menahan kekesalan amat luar biasa yang ia rasa dari tatapan matanya tadi.***
"Sialan banget tadi gue ketemu mereka berdua. Sok banget pamer hubungan di depan gue anjing! Gak tak tahu malu banget dah!!" Emosi Rendra masih belum reda sesampainya ia di tempat tongkrongan khusus bersama teman-temannya, ia langsung melemparkan tas ranselnya ke arah Kevan seolah cowok itu menjadi pelampiasannya saat ini. Wajah Rendra sedikit merah ketika mengingat hal tadi di jalan.
"Kerasukan jin sinting lo!!" Sengit Kevan, tidak terima. Rendra justru mengabaikannya dan mulai mengisap puting rokoknya dan ikut duduk bergabung bersama.
"Wah serius Lo?! Sengaja sih keknya, biar lo gak jadi nembak dia. Terus bikin lo sadar bahwa Lo emang gak pantes buat dia." tawa temannya yang lain setelah mengatakan hal itu pada Rendra. Membuat cowok itu mendengus kasar dan mendelik tajam atas ucapan Savero yang mudah sekali meluncurkan pendapat yang tidak penting untuknya, bukannya mendukung malah membuatnya semakin ingin menempeleng wajah temannya itu.
"Kek Lo juga gak sadar aja! Ngatain diri sendiri." balas Rendra kemudian dengan mendecakkan lidahnya. Savero memutar bola matanya jengah.
"Emang lo serius main-main sama cewek jutek kek dia?" Tanya temannya lagi barang kali ia salah mendengar apa yang barusan keluar dari mulut cowok itu sembari menatap setengah tak percaya saat merasa Rendra Sandego yang mulai berambisi ingin memiliki gadis itu.
"Iyalah gue serius mainnya. Persetan kalau dia nolak gue! Artinya dia nerima dengan malu-malu." jawabnya enteng, merasa paling sok tampan tanpa ditolak oleh siapapun. Kali ini membuat Axel langsung berdecih ingin muntah, seolah mencium bau tak sedap. Melihat tampang Axel seperti itu membuat Rendra bersemangat ingin menendangnya.
"Saraf Lo ngehaluin cewek yang udah jadi punya orang lain!!" kini Savero kembali menimpalinya. Membuat yang lainnya jadi terbahak lucu.
"Ganti selera lo, cari yang lain. Atau kita main ke club biar pada puas. Cewek gak cuma satu bro, banyak noh yang bakalan dijajanin. Gak bakalan rebutan kita,," Axel mengusulkan sekaligus mengajak teman-teman untuk ikut bersenang-senang nanti malam. Jangan tanya soal Kevan, cowok itu sudah paling sering berkeliaran disana bahkan sudah dianggap sebagai rumahnya sendiri. Rendra tidak habis pikir dengan temannya yang satu itu.
"Tau nih lo, sesekali ONS sama yang lain, biar gak penat pikiran Lo cuma gara-gara dia doang." Kevan meyakinkan agar Rendra mau mengikuti saran temannya itu.
"Gue gak mau yang lain, kalau pun ada yang mirip sama dia, cuma gadis itu satu-satunya yang gue inginkan!!" Kekeuh Rendra. Axel maupun Kevan mengerutkan keningnya heran dengan pantang menyerahnya cowok itu. Sedangkan Savero mulai memainkan aplikasi layar pipihnya sambil berujar karena terganggu sampai ia kurang fokus menggerakkan jarinya.
"Serah lo maunya kek gimana dah. Ribet mulu dengar omongan lo dari tadi." Savero lebih sering bergulat dengan gamenya, kadang ia bisa aja ikut kemanapun teman-temannya nongkrong. Termasuk kelab malam. Walau Savero terlihat seperti anak baik dan tidak terlalu memainkan cewek-cewek lain. Namun Savero yang hampir membuat Mea luluh, cuma karena ada nilai minus pada dirinya berteman akrab dengan the geng Axel, membuat ia berpikir ulang dan tidak jadi menerima lelaki itu. Seperti yang ia pikirkan. Mea tidak mau dijadikan boneka yang mudah dipinjamkan begitu saja ke teman-teman cowok itu jika the Axel juga menginginkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANDRA
Teen FictionDiiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara, seorang gadis penuh kesederhanaan yang mempunyai sisi menarik pada dirinya. Cantik dan tertutup. N...