Main dibelakangnya?

925 66 15
                                        

Happy Reading!! Maaf kalau ketemu typo's!!

Jam ketiga-kelima pelajaran olahraga sudah akan dimulai selama 3 jam lamanya dikelasnya yang mendatang.

Mea terlihat mencari sesuatu dalam tasnya, baju ganti olahraganya mana ya? gumam Mea. Ia tidak mungkin lupa membawanya. Mea pasti akan selalu mengingat jadwalnya pelajarannya itu.

Setelah cukup lama beberapa saat mencari dan tidak menemukannya juga terpaksa Mea mengikuti olahraga menggunakan seragamnya tadi.

Meski sempat mendapat teguran dari guru yang mengajar olahraga itu karena banyak alasannya padahal memang itu sebenarnya, ia kehilangan baju gantinya itu.

"Yasudah Mea kamu cepat masuk barisan, lain kali kamu tidak punya alasan lagi!!" Mea meanggukkan kepalanya tak berani membalas ucapan guru itu.

Selama melakukan pemanasan Mea benar kesulitan untuk bergerak bebas dengan kakinya yang hanya memakai rok pendek seragamnya itu. Berulang kali Mea mencoba menutupinya agar pahanya tidak terlihat.

Kevan tersenyum sinis memperhatikan gadis itu dari belakang. Mata tajam Kevan lebih mengarah pada kedua paha Mea, ia baru dapat melihat hasilnya itu sekilas, ada bekasan luka gores dari sayatan panjang atas ulah perbuatannya beberapa hari yang lalu pada gadis itu saat dia lemah tak sadarkan diri dikamarnya sendiri, Kevan dengan leluasa sengaja melakukannya tanpa peduli bagaimana akan keadaan gadis itu saat terbangun merasakannya. Kevan terkekeh jahat membayangkannya saat itu.

"Gue lebih suka melihat hasil karya yang gue buat itu, ada dipaha indah Lo itu Mea!" gumam cowok berdarah dingin itu--Kevan, sudut bibirnya melengkung tertarik ke atas sebentar, dia sangat senang melakukannya pada gadis itu yang dia benci selama ini. "gue akan mengulanginya lagi sama lo! bahkan lebih dari itu! Tunggu aja sayang... Lo pasti akan suka nantinya..." batin Kevan bersuara kecil lalu sedikit terkekeh samar masih menatap ke arah depan sana pada gadis itu.

"Gue tahu apa yang Lo pikirin Kev, gak akan gue biarin lo!!" sahut Axel pelan seolah bisa membaca raut mukanya. Kevan mendecih tajam lalu mengabaikannya.

"Lihat aja nanti." desah Kevan kasar.

Setelah selesai melakukan gerakan pemanasan cukup lama, kini berganti. Mea harus berlari karena mendapat hukuman peringatan dari guru yang membimbingnya tadi.

Teman-teman sekelasnya yang lain sudah selesai berlari sebentar sedangkan Mea masih harus memutari lapangan beberapa kali lagi.

Napas Mea sedikit ngos-ngosan, ia melihat sebentar ke arah semua teman sekelasnya sudah bermain dilapangan sedang Mea harus menjalani hukumannya dulu. Langkah kakinya juga mulai berubah memelan, ia kurang kuat untuk tetap terus berlari menjalaninya.

"Mea awas!!" teriak orang itu yang tak sengaja melemparkan bola basket ke arah gadis itu yang berdiri disana.

Mea mengangkat wajahnya dan mata melebar cepat saat melihat bola itu melayang ingin mengenainya. Mea langsung memejamkan matanya. Tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya tubuhnya membiarkan punggungnya terhantam keras oleh bola basket itu tadi. Ia dapat mendengar suara bola itu, pasti akan terasa sangat sakit jika Mea yang kena.

Mata Mea terbuka perlahan sambil menelan ludahnya saat tahu seseorang yang memeluknya hangat tadi adalah Rendra Sandego. Dulu Mea pernah memberikan Rendra pelukannya pada cowok itu saat ia baru pertama kali sampai di rumah barunya. Kini giliran Rendra yang memberikan pelukannya pada pada gadis itu untuk melindungi dirinya. Ini yang kedua kalinya, mereka berdua kembali berpelukan.

Rendra melonggarkan pelukannya itu lalu menatap Mea dengan sorot khawatir lebih, padahal Rendra tahu dirinya sendiri yang menahan sakit itu tadi, ia meringis tertahan tanpa gadis itu sadari.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang